Tiga hari kemudian...
Kondisi Kyra yang membaik dengan cepat membuat wanita itu diizinkan pulang oleh dokter. Yah, walaupun harus diberi beberapa obat beserta catatan panjang yang harus dituruti, Kyra tetap senang bisa kembali ke rumah. Ia mana betah tinggal di ruang rawat inap terlampau lama.
“Sayang, sarapan udah siap! Turun yuk,” teriak Kyra memanggil Darren. Pagi ini, ia kembali beraktivitas layaknya hari biasa. Memasak sarapan, lalu mengantar putranya ke sekolah. Untuk bekerja.. mungkin Kyra akan pikir-pikir dulu. Soalnya, dia juga malas.
Darren tiba di ruang makan mengenakan seragam sekolah lengkap. Semua perlengkapan sekolah ia siapkan sendiri—ia, kan, sudah terlatih mandiri sejak dulu. “Mami mau kerja?” tanya Darren melihat setelan yang Kyra pakai cukup rapi. Bocah itu duduk di kursi biasa.
Kyra mengukir senyum. Dengan cekatan, tangannya mengambilkan seporsi makanan untuk Darren. Lanjut meletakkan di depan anak itu. “Pekerjaan apa yang kamu maksud, Sayang?”
Darren mengerucutkan bibir. Ia lupa jika maminya ini multitalenta, punya banyak kerjaan. “Kerja di markas, Mi.” Ia menyendok makanan ke dalam mulut.
Kyra bergumam sebentar. “Kayaknya, sih, nggak, Sayang. Mami males ke markas. Mami mau antar kamu sekolah aja.”
Darren mengunyah cepat makanan yang berada di dalam mulut. “No, Mi. Mami nggak usah antar Darren ke sekolah.”
“Lho? Terus kamu berangkat sama siapa?”
“Uncle Reven. Tadi Darren udah telepon uncle buat ke sini, mau minta diantarin,” jawab Darren enteng. Tidak masalah merepotkan uncle-nya itu. Toh, Reven sangat baik padanya. Lelaki itu pasti tidak akan keberatan.
“Padahal, Mami udah siap-siap.” Kyra cemberut. Ia sengaja berpakaian rapi supaya bisa langsung mengantar putranya. Di luar dugaan, Darren malah menghubungi Reven.
“Mami istirahat dulu sampe pulih. Darren nggak mau, ya, kalo Mami sampe drop,” peringat Darren serius. “Nanti Darren bilang ke uncle kalo Mami lagi nggak bisa kerja. Jadi, Mami di rumah aja, istirahat.”
Ingin membantah, namun Kyra tidak sanggup menghancurkan niat baik Darren. Putranya itu mengkhawatirkannya, makanya jadi suka ngatur-ngatur begini. Alhasil, wanita itu cuma bisa pasrah.
Benar saja, tidak lama kemudian, Reven datang. Lelaki itu mengenakan pakaian santai—kaus hitam dengan jaket hitam pula. Para bodyguard yang berjaga di depan rumah membungkuk sekilas kepada sang tuan. Posisi Reven di keanggotaan, kan, memang nomor 2 tertinggi.
“Hai, Uncle,” sapa Darren.
“Halo juga.” Reven menyapa balik.
“Kamu udah sarapan, Reven?” tanya Kyra.
Reven menggeleng. “Belum, Nona,” jawabnya jujur.
“Kalo gitu, sini ikut sarapan, Uncle.” Darren menunjuk kursi kosong di sebelahnya. Meja makan mereka memang menyediakan lima kursi. Jadi, masih ada tiga kursi kosong karena di sana cuma ada Kyra dan Darren.
Reven menatap nonanya, meminta persetujuan. Kyra membolehkan. Wanita itu hampir selesai dengan jatah sarapannya.
Reven pun bergabung. Lelaki itu makan dengan tenang. Hanya sesekali bersuara ketika Darren bertanya. Sementara Kyra, wanita itu membawa makanan yang sengaja ia pisah sebelumnya ke luar rumah, berniat untuk membagikannya dengan para bodyguard.
“Kalian sudah makan?” tanya Kyra pada kedelapan bodyguard di luar. Mereka serempak menggeleng. Kyra memberikan sebaskom nasi dengan aneka lauk di wadah lain. “Sebagian berjaga di depan, sebagian makan. Harus bergantian, mengerti?”
Mereka mengangguk paham. “Mengerti, Nona.”
“Mm.. makanlah.” Kyra melenggang masuk ke dalam rumah. Meninggalkan para bodyguard yang seluruhnya merupakan pria dengan senyum tipis masing-masing.
Nona mereka memang dikatai kejam, namun itu hanya berlaku bagi orang yang berani mengusik ketenangannya. Seluruh anggota Black Rose selalu diperlakukan baik oleh Kyra. Wanita itu selalu menerapkan prinsip bahwa mereka adalah keluarga, jadi jika ada salah satu anggota yang bermasalah, maka itu akan menjadi masalah mereka semua.
Bukan sekali dua kali Kyra berbagi seperti ini. Kedelapan bodyguard itu beruntung bisa merasakan masakan Kyra yang menggugah selera.
Di dalam rumah, Darren dan Reven selesai sarapan. Selepas memasang sepatu, Darren berpamitan pada sang mami.
“Ingat, Mi, istirahat. Jangan kerja terud,” tutur Darren mengingatkan. Ia paham betul tabiat maminya ini. Kyra pasti nekat bekerja sekalipun diperingati berulang kali. Darren tahu jika Kyra bekerja keras demi dirinya. Tapi, kan, tidak sampai memforsir diri sendiri.
“Iya, iya, nanti Mami istirahat.” Lama-lama Kyra gemas sendiri.
Usai mengecup pipi Kyra, Darren melangkah menuju mobil Reven.
Kyra menatap Reven yang masih berdiri di hadapannya. “Saya titip Darren, Reven.”
Reven mengangguk. “Nona tenang saja. Saya pasti menjaga tuan kecil dengan baik. Nona istirahat saja sesuai permintaan tuan kecil.”
Reven mengangguk hormat, lalu menyusul Darren ke mobil. Bocah itu melambai melalui jendela mobil.
Kyra menghela napas ketika kendaraan beroda empat itu tidak terjangkau lagi oleh matanya. Suasana jadi sepi. Tidak ada ocehan menyebalkan dari sang anak... ataupun kalimat-kalimat gombalan dari suaminya.
Dulu, Kyra sangat mendambakan momen di mana ia dan suami mengantar Darren ke sekolah. Melambaikan tangan bersama dengan senyum bahagia. Lalu, siangnya mereka akan menjemput bersama pula.
Sayangnya, itu hanya sekadar angan yang selamanya tidak akan pernah terwujud. Wildan-nya sudah tidak ada di dunia ini.
Kyra menggeleng. Ia tidak boleh sedih, nanti suaminya ikut sedih.
...💫💫💫...
Tidak sesuai perintah Darren, Kyra duduk di ranjang kamarnya dengan laptop di pangkuan. Wanita beranak satu itu tengah berkonsentrasi mengecek data. Hari yang kini beranjak siang itu tidak dipedulikan saking fokusnya.
Ah, ada satu fakta mengenai Kyra yang belum kita ketahui.
Selain sebagai pengedar senjata inovasi terbaru dan mafia, Kyra merupakan pemilik butik yang sudah mempunyai brand sendiri. Kirren’s Boutique, itu namanya.
Butik itu berdiri sejak 3 tahun lalu. Kyra memang suka mendesain sejak kecil. Salah satu impiannya adalah menjadi designer. Dan, itu telah terwujud. Sekarang nama Kirren dengan lambang KR berhiaskan sulur-suluran sudah mendunia.
Aduh, Kyra sampai tidak tahu lagi ingin menghabiskan uangnya dengan cara apa. Tanpa banyak bergerak pun, uang mengalir ke rekeningnya. Ia benar-benar wanita kaya raya.
Walaupun begitu, identitas Kyra sebagai pemilik butik tidak pernah terekspos. Dunia sekadar tahu jika sang pendiri merupakan seorang wanita, selebihnya tidak ada informasi. Ia selalu mengandalkan Ameera, asisten kepercayaannya di butik. Kyra selalu bekerja dibalik layar. Ia cukup memberi perintah dan mengirim desain pakaian terbaru melalui Ameera.
“Hm.. semuanya baik,” gumam Kyra puas menyaksikan laporan yang Ameera berikan. Keuntungan semakin meningkat. Bahkan, pembangunan cabang butik di Kota Lyon, Prancis, sukses besar.
Ting!
Kening Kyra mengerut. Satu email masuk lagi dari Ameera. “Hm?” Ia membukanya dan membaca setiap larik dengan saksama.
“Undangan ke acara fashion?” baca Kyra pelan.
^^^To be continue...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ntar aku send nomor rekening aku ya Ra,Biar ku tolong habiskan..😂😂😜
2025-01-20
0
Nur Dafa
mantappp 👍
2024-02-28
0
Renireni Reni
luarr biasa....beda sm yg lain...biasanya single disini duda sm janda....👍👍👍👍
2023-07-14
1