Chapter 2 | Eiden dan Emily

“Grandma, Grandpa, Emily pulang!” seru Emily berlari masuk ke dalam mansion.

“Cucu Grandma udah pulang.” Abigail, ibu Eiden, merentangkan tangan dengan posisi berjongkok, menyambut pelukan cucu perempuannya. “Gimana tadi sekolahnya?”

“Seru, Grandma!” jawab Emily. Ia celingukan sebentar. “Grandpa di mana, Grandma?”

“Grandpa lagi keluar, Sayang, ada urusan.”

Emily manggut-manggut. Sedetik kemudian, bocah itu kembali bersemangat. “Oh, ya! Grandma, hari ini Emily dapat teman baru, lho, di sekolah.”

“Wah, Emily dapet teman baru?” ulang Abigail seraya menggendong cucunya menuju lift mansion, ingin mengantar ke kamar untuk berganti outfit.

Emily mengangguk antusias. “Namanya Kak Darren, Grandma. Kak Darren punya mami, namanya Aunty Kyra. Aunty Kyra baiiiiiikk banget. Dia juga cantik sekali, Grandma. Emily suka.”

Abigail tersenyum kecut mendengar penuturan cucunya. Sejak kecil, Emily tidak pernah bertemu dengan mommy kandungnya. Gadis kecil itu sering bertanya mengenai sang mommy, namun Eiden tidak pernah menjawab. Abigail pun tidak kuasa untuk menceritakan yang sebenarnya.

“Grandma, mommy Emily ada di mana, sih? Kok nggak pernah dateng ke sini?” tanya Emily sedikit merengek. “Emily mau main sama mommy juga seperti teman-teman Emily. Emily mau punya mommy kayak Aunty Kyra.”

Abigail menurunkan cucunya di kamar gadis kecil itu. “Nanti, ya, kapan-kapan Grandma ceritakan. Sekarang.. Emily ganti baju terus kita makan siang.”

Emily mengerucutkan bibir, kesal karena pertanyaannya tidak pernah dijawab. “No, Grandma. Emily mau makan siang sama daddy.”

“Sama daddy? Daddy masih di sini, Sayang?”

“Iya. Daddy tunggu di mobil, mau ajak Emily makan steak.”

“Oke, deh. Sekarang ganti baju dulu.”

“Siap, Grandma.”

...💫💫💫...

“Selamat da—”

“Sstt..” Eiden memberi kode supaya Garry, asistennya, diam. Pasalnya, Emily tengah tertidur dalam dekapan. Usai makan siang bersama, keduanya tidak segera pulang. Mampir terlebih dahulu ke mall untuk bermain. Mungkin efek terlalu lelah, gadis kecil itu hanyut di dunia mimpi sewaktu dalam perjalanan.

Eiden meletakkan Emily di ruang pribadinya. Posisi mereka saat ini berada di markas milik Eiden.

Eiden Athallah Kennedy, putra tunggal dari pasangan Cavan Kennedy dan Abigail Kennedy. Lelaki itu merupakan CEO perusahaan ternama yang berhasil masuk ke skala Benua Asia. Sekaligus pemimpin mafia terhebat, Blood Moon.

Lelaki itu dikenal dengan sifat dinginnya. Dia tidak tersentuh. Hanya keluarganya saja yang bisa merubah kepribadiannya menjadi lebih hangat—terutama Emily, putrinya dari hasil pernikahan pertama.

Ya, Eiden sudah pernah menikah. Namun, ikatan suci itu putus karena suatu alasan. Entah di mana mantan istrinya itu berada, Eiden tidak peduli lagi.

“Tuan Muda, tadi pagi, kita mendapat paket berisikan anggota tubuh anak buah kita,” lapor Garry. Di sampingnya, ada Michael dan Erryan, sahabat Eiden yang juga bagian dari Blood Moon. “Saya sudah meminta anak buah kita untuk menyelidikinya dan hasilnya—”

“Mafia The Zero’s yang melakukan, benar?” terka Eiden tepat sasaran. Garry pun membenarkan.

Air muka Eiden benar-benar datar, tanpa ekspresi. The Zero’s adalah musuh bebuyutan Blood Moon. Sejak dahulu, mereka terus berselisih karena suatu masalah. Bahkan, perseteruan kedua belah pihak sudah ada semenjak zaman orang tua mereka.

“Tangkap salah satu dari mereka, lalu cincang dia sama seperti mereka memperlakukan anggota kita. Impas, kan,” titah Eiden dengan seringaian bengis.

Garry, Michael, dan Erry mengangguk patuh. “Baik, Tuan Muda.”

“Lalu, bagaimana penyelidikan kalian?” tanya Eiden.

“Kami—”

“Daddy..?”

Mendengar suara serak bernada polos itu membuat Eiden menghirup napas dalam-dalam. Lanjut melengkungkan bibirnya hingga membentuk senyuman. Tidak jauh berbeda dengan ketiga sahabatnya, mereka langsung menghentikan pembicaraan dan memasang senyum di paras masing-masing.

Eiden berbalik menatap Emily. “Putri Daddy udah bangun?”

Emily mengucek-ucek matanya. Ia berjalan kecil mendekati sang daddy, memeluknya erat dengan wajah sayu. “Kita di mana, Daddy?” cicitnya merasa tidak mengenali lokasi mereka saat ini.

“Ini rumah Daddy yang lain, Sayang. Mau pulang?”

Emily mengangguk. Kepalanya ditengadahkan. Ia melambai pada ketiga lelaki yang berdiri di belakang Eiden. “Halo, Uncle,” sapanya.

Erry tersenyum gemas. Ia mencubit pelan pipi Emily. “Halo juga, Cantik.”

“Ciee.. baru bangun, ya?” goda Michael dengan wajah tengil. “Pantes bau asem.”

Bibir Emily mengerucut ke depan. “Emily wangi, nggak asem!”

“Bau asem,” ejek Michael.

Karena merajuk, Emily menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Eiden. “Daddy, Uncle El nakal. Masa Emily dibilang bau asem?”

Eiden terkekeh saja, tidak menanggapi lebih lanjut. Ia berpamitan pada ketiga sahabatnya. Garry mengangguk, sementara Michael dan Erry melambaikan tangan.

Sifat Garry memang seperti itu. Dingin seperti dirinya. Hanya saja, Eiden jauh lebih bisa mengendalikan ekspresi maupun emosi. Jadi, tolong dimaklumi jika kedua lelaki itu jarang dideskripsikan tengah mengukir senyum, oke?

“Hati-hati, Cantik,” seru Erry mengantar kepergian Emily dan Eiden.

Sepanjang perjalanan, Emily terus menanyai Eiden mengenai rumah tadi. Barusan adalah kali pertama dirinya memasuki hunian. Selama ini, Eiden memang menyembunyikan jati dirinya sebagai seorang mafia. Ia tidak mau putrinya turut dalam bahaya karena permasalahan orang dewasa.

“Daddy,” panggil Emily entah yang keberapa.

“Iya, Sayang?” sahut Eiden berusaha sabar.

“Emily mau bertemu mommy,” rengek gadis kecil itu.

Eiden terpaku. Lidahnya mendadak kelu untuk sekadar menjelaskan. Putrinya masih terlalu dini untuk mengetahui fakta sebenarnya. “Kenapa Emily ingin bertemu mommy?” tanya Eiden pada akhirnya.

“Emily, kan, mau main sama mommy, Daddy. Emily mau punya mommy seperti teman-teman Emily yang lain,” papar Emily mengutarakan isi hatinya.

“Mommy udah pergi ninggalin kita, Sayang. Emily nggak usah tanya-tanya soal mommy lagi, ya,” tutur Eiden menjelaskan secara halus. Ia tidak ingin putrinya terus mengungkit masa lalu, terutama mengenai mantan istrinya.

“Apa mommy nggak akan pernah kembali, Daddy?”

“Nggak akan, Emily.”

“Tapi, kenapa? Apa mommy nggak sayang sama kita? Sama Emily?”

“Nggak, dia nggak sayang sama Emily.” Menyadari perubahan air muka putrinya, buru-buru Eiden menambahkan kalimat. “Cukup Daddy, grandma, sama grandpa yang sayang sama Emily. Emily nggak perlu pikirin soal mommy lagi, oke?”

Walaupun tengah dilanda kesedihan, Emily tetap menganggukkan kepala. “Iya, Daddy.” Ia menundukkan kepala, sedih karena kenyataan barusan menyayat hati lembutnya.

Bukankah seorang ibu pasti menyayangi anaknya? Kenapa mommy Emily malah pergi tanpa menemui Emily sama sekali? Bahkan, Eiden mengatakan jika sang mommy tidak menyayangi Emily.

Sebenernya, mommy ke mana, sih?

“Daddy!” pekik Emily tiba-tiba. Eiden sampai terlonjak kaget dengan perubahan putrinya yang mendadak. Beruntung mobil yang ia kendarai tidak oleng karena terlampau kaget. “Kalo gitu, cariin mommy baru buat Emily!”

“Hah? Mommy baru?”

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Hilang di telan waktu,Tapi saat mantan suami mulai bukak hati dan mulai bahagia,Dan saat itu lah MANTAN isteri nya muncul dgn drama SOK TERSAKITI,Dan pengen kembali dengan ALASAN ANAK..Udah biasa Alurnya kek gitu mana2 novel yg ku baca..🙏🙏😂😂

2025-01-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah loe Eid..Cariin Emy mommy baru..🤣🤣

2025-01-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Untung bukan genk nya Kyra..🤣🤣😜

2025-01-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 | Kyra dan Darren
3 Chapter 2 | Eiden dan Emily
4 Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5 Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6 Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7 Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8 Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9 Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10 Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11 Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12 Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13 Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14 Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15 Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16 Chapter 15 | Ledakan
17 Chapter 16 | Pembantaian
18 Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19 Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20 Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21 Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22 Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23 Chapter 22 | Diculik
24 Chapter 23 | Diculik (2)
25 Chapter 24 | Aksi Kyra
26 Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27 Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28 Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29 Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30 Chapter 29 | Menikah Dadakan
31 Chapter 30 | Perubahan Suasana
32 Chapter 31 | Malam Apa?
33 Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34 Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35 Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36 Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37 Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38 Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39 Chapter 38 | Pasti Rindu
40 Chapter 39 | Serangan
41 Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42 Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43 Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44 Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45 Chapter 44 | Ada Mama
46 Chapter 45 | Dibawa Pergi
47 Chapter 46 | Belajar di Mana?
48 Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49 Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50 Chapter 49 | Nenek Sihir!
51 Chapter 50 | Liburan di Villa
52 Chapter 51 | Pergi ke Markas
53 Chapter 52 | Kyra Menghilang
54 Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55 Chapter 54 | Fakta Baru
56 Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57 Chapter 56 | Ingin Bicara
58 Chapter 57 | Cerita Cavan
59 Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60 Chapter 59 | Kerja Sama
61 Chapter 60 | Minta Izin
62 Chapter 61 | Penuh Darah
63 Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64 Chapter 63 | Terbongkar
65 Chapter 64 | Ikut ke Markas
66 Chapter 65 | Keraguan
67 Chapter 66 | Perang Dingin
68 Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69 Chapter 68 | Apa Dia...
70 Chapter 69 | Diawasi
71 Chapter 70 | Ingin Cerita?
72 Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73 Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74 Chapter 73 | Mommy Emily?
75 Chapter 74 | Cerita Eiden
76 Chapter 75 | Ancaman Kyra
77 Chapter 76 | Mainan Baru
78 Chapter 77 | Alih Tugas
79 Chapter 78 | Perang Pecah
80 Chapter 79 | Rencana Gagal?
81 Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82 Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83 Chapter 82 | Kakek Jerome
84 Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 | Kyra dan Darren
3
Chapter 2 | Eiden dan Emily
4
Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5
Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6
Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7
Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8
Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9
Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10
Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11
Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12
Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13
Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14
Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15
Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16
Chapter 15 | Ledakan
17
Chapter 16 | Pembantaian
18
Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19
Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20
Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21
Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22
Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23
Chapter 22 | Diculik
24
Chapter 23 | Diculik (2)
25
Chapter 24 | Aksi Kyra
26
Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27
Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28
Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29
Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30
Chapter 29 | Menikah Dadakan
31
Chapter 30 | Perubahan Suasana
32
Chapter 31 | Malam Apa?
33
Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34
Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35
Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36
Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37
Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38
Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39
Chapter 38 | Pasti Rindu
40
Chapter 39 | Serangan
41
Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42
Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43
Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44
Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45
Chapter 44 | Ada Mama
46
Chapter 45 | Dibawa Pergi
47
Chapter 46 | Belajar di Mana?
48
Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49
Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50
Chapter 49 | Nenek Sihir!
51
Chapter 50 | Liburan di Villa
52
Chapter 51 | Pergi ke Markas
53
Chapter 52 | Kyra Menghilang
54
Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55
Chapter 54 | Fakta Baru
56
Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57
Chapter 56 | Ingin Bicara
58
Chapter 57 | Cerita Cavan
59
Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60
Chapter 59 | Kerja Sama
61
Chapter 60 | Minta Izin
62
Chapter 61 | Penuh Darah
63
Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64
Chapter 63 | Terbongkar
65
Chapter 64 | Ikut ke Markas
66
Chapter 65 | Keraguan
67
Chapter 66 | Perang Dingin
68
Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69
Chapter 68 | Apa Dia...
70
Chapter 69 | Diawasi
71
Chapter 70 | Ingin Cerita?
72
Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73
Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74
Chapter 73 | Mommy Emily?
75
Chapter 74 | Cerita Eiden
76
Chapter 75 | Ancaman Kyra
77
Chapter 76 | Mainan Baru
78
Chapter 77 | Alih Tugas
79
Chapter 78 | Perang Pecah
80
Chapter 79 | Rencana Gagal?
81
Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82
Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83
Chapter 82 | Kakek Jerome
84
Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!