...Ada kertas diberi perekat...
...Kertasnya putih dalamnya hangat...
...Selamat membaca wahai sahabat...
...Semoga harimu selalu semangat....
...M.E.M.O.R.I.E.S |15|...
Bagas masuk ke rumah nya dengan tas kantor dan jas di tangan nya. Begitu masuk, langkah nya langsung menuju ruang keluarga di mana Raline tengah duduk santai sambil me ngunyah keripik kentang nya dengan kaki di atas meja.
"Malam." Bagas mengecup pipi kiri Raline. Di letak kan nya tas beserta jas nya di atas meja se belum duduk dengan me rangkul bahu wanita itu.
"Ada apa?" Bagas ber tanya saat men dapati Raline menatap nya.
"Bisa kamu singkir kan tangan mu, Tuan Wiatama?"
"Se orang suami ber hak me lakukan apa pun atas tubuh istri nya. Apa lagi kalau hanya sekedar rangkulan atau ciuman."
Raline men cibir. la kira sikap menyebal kan pria itu akan ber kurang set elah mama nya tidak ada. Dia belum ter biasa dengan skin ship yang selalu di laku kan Bagas.
"Oh ya, bagai mana me nurut mu dengan menyiap kan makan malam untuk suami?"
"Harus kah aku me nyiap kan makan malam untuk se seorang yang me maksa men jadi suami ku? Lagi pula, kamu sudah banyak me nyentuh ku selama mama mu di sini kemarin, jadi kamu yang harus menyiap kan makan malam," sinis nya. Bagas ter tawa pelan.
Di sela aktivitas me nonton dan mengunyah nya, Raline me lirik tangan kekar Bagas yang ber tengger di bahu kanan nya. Lengan itu ter lihat kokoh dan kuat.
"Bagas."
"Hm?" Bagas ikut men comot keripik kentang Raline lalu me ngunyah nya.
"Seperti nya kamu rajin berolah raga."
Bagas ter senyum. "Hanya jika aku ada waktu. Aku memang sudah ter lahir untuk menjadi se sempurna ini." Raline men cibir. Sombong,
"Kamu juga me miliki tubuh yang bagus."
Raline ter diam. Apa pria itu memuji nya? Raline meng geleng dan ber dehem. "Tentu saja. Aku sering me lakukan perawatan."
"Uhm, untuk ku?"
Raline me nyikut perut pria itu. "Aku me lakukan nya untuk tubuh ku sendiri bukan untuk orang lain. Apa lagi kamu.“
Bagas duduk ber sila lalu meng hadap Raline. "Memang nya kenapa dengan ku?"
Raline ter diam sejenak. Bingung harus men jawab apa.
Bagas menangkup wajah Raline dengan kedua tangan nya. Wajah Raline me merah dan te rasa panas.
"B-bagas."
"Kamu yakin, tidak me miliki perasaan seperti sepuluh tahun lalu?" Raline menelan l***ah nya dengan susah payah. Posisi ini mem buat nya sangat gugup.
"Jawab aku, Raline."
"A-aku.."
Raline meng gigit bibir bawah nya. Ia tidak tahu harus men jawab apa. Mungkin dia masih me miliki perasaan itu. Toh, selama ini dia juga tidak ber hasil membuang nya. Alasan dia tidak merasa keberatan men jalani per nikahan ini juga karena hati kecil nya me rasa senang dan dia sudah bisa menerima nya. Hanya saja alasan Bagas menikahi nya masih membuat nya ragu.
"K-kamu harus menjawab pertanyaan ku dulu.“
"Apa itu?"
"Uhm, bisa kamu men jauh sedikit, aku merasa sedikit tidak nyaman."
Bagas ter senyum. Dia segera menurun kan tangan nya lalu mata nya me natap manik indah itu dengan lembut.
"Jadi, apa pertanyaan mu?"
"Uhm, alasan kenapa kamu menikahi ku?" Raline mem berani kan diri nya me natap wajah Bagas. Pria itu tampak ter tawa. Raline men desis sebal. Kenapa pria itu selalu ter tawa? Apa pertanyaan nya barusan adalah sebuah lelucon?
"Jadi kamu masih me mikir kan hal itu, kamu ragu pada ku karena dulu aku sempat menolak mu?" Raline meng angguk mem benar kan.
"Raline, Raline. Kamu sudah dewasa. Kenapa tidak bisa meng gunakan otak mu dengan baik."
"Hei! Kamu menghina ku?” tanya Raline tak terima.
"Hei, coba kamu pikir. Menurut mu kenapa aku dulu menolak mu?" Bagas mem perhatikan Raline yang tampak ber pikir. Ekspresi bingung nya ter lihat sangat lucu dan menggemaskan.
"Karena kamu tidak menyukai ku?"
"Kenapa aku tidak menyukai mu?”
Raline kembali ber pikir. “Mungkin, karena kamu tidak mengenal ku?“
"Lalu?" kening Raline ber kerut.
"Lalu?" tanya nya balik.
"Aku harus mengenal mu lebih dulu agar aku bisa belajar mencintai mu." Raline ter diam. "Lagi pula, saat itu kamu masih kelas dua SMP, kamu mau aku menikahi mu di usia sedini itu?"
Raline meng geleng. Jelas tidak!
"Di hari kamu me nyata kan perasaan mu pada ku, aku langsung men cari tahu semua tentang mu. Begitu aku tahu dan mem pelajari nya, besok nya aku mengunjungi kelas mu dan mem bawa bekal makanan kesukaan mu. Tapi saat aku datang, Naira dan teman-teman mu yang lain mengatakan kalau kamu pindah ke New Zealand."
Raline ter diam. Speechless.
"Benar kah? Kamu melakukan nya?" tanya Raline setelah beberapa saat tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Hm, saat itu aku ingin lebih dekat dengan mu." angguk Bagas.
Raline ber debar-debar tak karuan. Bibir nya tak bisa untuk tidak ter senyum. Senang dan malu ber campur jadi satu. Jelas kenapa ia sangat bahagia sekarang.
"Jadi, kamu menikahi ku bukan hanya sekedar untuk me menuhi janji mu?“
"Tentu saja. Aku bukan pria jahat yang suka me lukai perasaan perempuan seenak nya.“
Bagas ter senyum melihat wajah merona Raline. Istrinya itu terlihat sangat manis dengan ekspresi seperti itu.
"Jangan ter senyum seperti itu, nanti aku mencium mu." Raline refleks menurun kan senyuman nya dan men dengkus.
"Siapa yang ter senyum. Aaaaaa!"
Raline men jerit saat Bagas menggelitiki pinggang nya. Dengan cepat diraih nya bantal sofa dan memukul pria itu untuk menghentikan aksi nya ter sebut.
"Jangan pernah me lakukan itu atau aku akan membunuh mu, mengerti?!"
"Hei, sudah ku bilang, seorang suami berhak me lakukan apa pun atas tubuh istri nya."
"Aaaaaa!"
Raline kembali me mekik saat tangan besar pria itu me nyentuh pinggang nya. "Ya, tapi jangan menggelitik ku, aku benar-benar tidak tahan, Bagas!"
Bagas meng hentikan aksi nya dan ter senyum senang. Di dekatkan nya wajah nya pada telinga Raline dan ber bisik.
"Benar kah? Kamu tahu, para suami biasa nya sangat menyukai istri yang penggeli, Sayang"
Wajah Raline kembali me merah.
"Apa? Hei! Kamu menjijik kan!" Raline ber niat me mukul wajah menyebal kan Bagas, tetapi selalu gagal karena pria itu ber hasil menahan tangan nya.
"Hahahaaa..."
"Ber henti ter tawa atau aku akan menutup mulut mu."
"Seperti ini?"
Tanpa di duga Bagas me narik tangan Raline hingga gadis itu maju ke depan. Dengan otomatis bibir mereka ber temu. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Bagas langsung m*****at bibir manis itu dengan lembut. Bagas sangat menikmati nya. Apa lagi kenyataan bahwa gadis itu sama sekali tidak menolak nya.
Bagas me lepas kan tautan bibir mereka saat menyadari kedua nya mem butuh kan pasukan oksigen lebih. Dia ter senyum me lihat wajah me merah Raline. Ter lebih bibir merah yang berkilauan itu.
"Sangat me narik, bukan? Kamu ingin lagi, yang lebih?" pria itu menyeringai. Raline dengan cepat me nutup wajah itu dengan bantal sofa dan ber lari menuju kamar.
Brak!
Raline me nutup pintu dengan kuat. Kedua tangan nya me nutup wajah nya yang me merah. Ya Tuhan, kenapa ia tidak bisa menghindari ciuman Bagas? Aish, ini sangat memalukan. Bagai mana cara nya ia terbangun besok pagi dan menampak kan wajah nya di hadapan pria itu?
"Aish, Raline, kamu benar-benar bodoh."
...B.E.R.S.A.M.B.U.N.G...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments