Part 9

Drrt drrt

"Halo," salam Raline.

"Kamu di mana?"

Raline menghela napas men dengar suara itu. "Dari mana kamu tahu nomor ponsel ku?"

"Kamu tidak perlu tahu, kamu ada di mana se-karang?"

Raline melirik ke sekeliling nya. Dia sedang duduk santai menikmati ice cream di sebuah toko di depan Indomarket.

"Kamu juga tidak perlu tahu," ucap Raline memasukan satu sendok ice cream strawberry ke mulut nya. Ehm, dingin dan lezat.

"Jangan keluyuran dan membuang waktu mu. Bukan kah per tunangan kita beberapa hari lagi. Kamu harus banyak istirahat."

"Benar kah? Kalau begitu aku harus segera pulang," ucap Raline menurut dengan ekspresi wajah sedih yang berlebihan. Ter dengar decakan gemas di seberang sana.

"Ayo, ku antar pulang."

Raline mengernyit dan menoleh kan kepala nya ke segala arah. Dia mendengkus saat melihat pria itu melambaikan tangan ke arah nya.

...M.E.M.O.R.I.E.S...

Raline mengembuskan napas bosan. Sesekali mata nya me lirik berbagai perhiasan yang ada di sekitar nya. Belanja perhiasan adalah salah satu kesenangan bagi seorang wanita seperti nya. Namun, meng ingat dengan siapa ia pergi sekarang, ini sangat lah mem bosan kan.

Raline menoleh ke kanan. Di mana Bagas tengah memilih cincin di temani seorang pegawai toko. Cincin yang kata nya akan menjadi cincin per tunangan mereka.

"Ini adalah model ter baru toko kami dan di buat dengan edisi ter batas. Cincin ini sangat cocok untuk cincin per tunangan atau per nikahan, Tuan."

Bagas meng ambil satu dari sepasang cincin berlian dari kotak beludru itu.

"Bagai mana dengan harga nya?"

Pegawai itu tersenyum ramah. "Kita selalu membayar mahal untuk sesuatu yang indah dan ber kelas, Tuan. Apa lagi jika yang memakai nya secantik calon istri Anda," ucap pegawai itu me lirik Raline yang ada di sebelah Bagas.

Itu hanya modus agar kamu membeli nya, bodoh' batin Raline.

Bagas me narik tangan kiri Raline. Di pakai kan nya cincin itu di jari manis nya. Ter lihat sangat indah dan mewah.

"Ter lihat bagus."

"Apa yang tidak pantas untuk ku," sombong nya.

Bagas tersenyum dan kembali menatap pegawai cantik itu. "Baik lah, kami akan ambil yang ini."

...M.E.M.O.R.I.E.S...

"Nona, keluarga Tuan Bagas sudah datang."

"Apa?"

Raline yang duduk di ranjang nya seketika bangkit. Raut terkejut dan gugup jelas ter lihat di wajah nya. Malam ini adalah pertunangan nya dengan Bagas. Sesaat gadis itu menerawang membayang kan masa depan nya. Tidak, dia belum mau me nikah sekarang. Dia akui memang kalau pria itu tidak kurang apa pun. Masalah nya, dia belum siap be rumah tangga dan ber komitmen itu saja.

Tiba-tiba sebuah ide ter lintas di otak Raline. Kabur. Ya, dia tahu dia nekat dan papa nya tidak akan memaaf kan nya nanti. Namun, setidak nya dia harus melakukan nya. Berhasil atau tidak, takdir nya lah yang akan menentu kan.

Kaki jenjang yang ter tutupi gaun merah itu me langkah dengan sangat hati-hati. Hentakan high heels nya sama sekali tidak ter dengar di lantai keramik yang licin saking pelan dan lembut nya gerakan gadis itu.

"Nona."

Raline menggeram kesal ketika men dengar suara itu.

"Kenapa Nona ke belakang, bukan kah para tamu ada di depan?" ucap seorang pelayan wanita seraya men dekat.

"Apa? Oh, aku... aku hanya ingin meng ambil minum, ya.... minum, itu saja," ucap Raline ter gagap.

Pelayan muda itu menatap nya aneh. "Kenapa tidak meminta bantuan saya? Nona tunggu di sini saja, biar saya ambil kan minuman untuk Nona."

Raline memaksakan senyum kecil di wajah nya. "Tidak usah, aku ingin mengambil nya sendiri. Kamu pergi saja," suruh Raline lembut.

Pelayan itu merasa sangat aneh me lihat perubahan sikap majikan muda nya itu. "Tapi Nona ...."

"Pergi. Kamu berani melawan ku?" marah Raline. Obrolan tak penting ini hanya akan membuang waktu nya.

Pelayan itu me nunduk takut sebelum akhir nya pamit. Huh sama saja. Gadis itu memang selalu menakut kan' batin nya.

"Aish, meng ganggu saja," desis Raline.

Dengan cepat dia ber lari menuju dapur. Beruntung tidak ada para pelayan nya di sini.

Mungkin mereka sibuk mengurus tamu dan semacam nya. Ter lebih Om Liam dan bibi Ria. Mereka pasti merasa sedang menikah kan anak gadis nya.

'Maaf Om, Bibi'

Raline mem buka pintu belakang. Dia keluar dengan cepat men jauh dari bangunan megah itu. Tapi bukan berarti rencana nya untuk kabur mulus-mulus saja. Tidak ada jalan keluar di sini. Harus kah ia memanjat tembok dengan gaun dan high heels ini?

"Tangga!" seru Raline senang saat mata nya me lihat sebuah tangga di sudut taman. Dengan susah payah di seret nya tangga itu dan mulai me manjat.

Hap!

Raline menghela napas lega begitu dia ber hasil keluar. Dia ber tanya-tanya, kenapa dia tidak me lakukan hal ini dari kemarin?

"Sekarang aku harus pergi," ucap Raline yakin. Baru beberapa langkah menjauh dia pun kembali ter diam.

"Dompet dan ponsel ku!" jerit nya histeris. Aish, kenapa dia bisa melupakan nya?

Mata Raline di silaukan oleh cahaya lampu dari sebuah mobil. Otak Raline langsung bekerja. Akan sangat baik jika dia meminta bantuan orang itu untuk kabur dari sini. Ya, sebelum orang-orang papa nya menemukan nya.

...B.E.R.S.A.M.B.U.N.G ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!