Usai mandi dan ber pakaian, Raline memutus kan untuk turun. Sejak keluar dari kamar dan sampai di ruang tengah dia bisa melihat betapa indah dan nyaman nya rumah ini.
Raline tiba di ruang keluarga. Di sini ada sebuah sofa panjang dengan dua bantal, sebuah meja ber lapis kaca, TV layar dan berbagai furniture lain nya. Dan satu hal yang me narik perhatian Raline, Foto per nikahan nya dan Bagas yang ter pajang cantik di sisi kanan ruangan itu. Cepat sekali foto itu jadi nya padahal seingat nya mereka baru me nikah kemarin.
Perhatian Raline ter alih kan saat Raline mencium aroma wangi masakan. Dengan segera ia menuju dapur dan melihat Bagas tengah menyiap kan piring beserta gelas.
"Kamu sudah selesai? Duduk lah, kita sarapan ber sama." Bagas menyiapkan kursi untuk Raline.
"Siapa yang membuat ini?" Raline ber tanya sambil menatap pancake yang di siram madu dan di atas nya ter dapat buah strawberry. Kelihatan nya sangat nikmat.
"Siapa lagi menurut mu? Di sini hanya ada kita ber dua, My Wife."
"Errr...tidak ada panggilan lain?" tanya Raline. Entah lah dia sedikit tidak nyaman dengan panggilan baru itu.
"Banyak panggilan sayang untuk mu, Raline. Sekarang makan lah, pancake nya hampir dingin."
Raline mulai memegang garpu nya. Di kunyah nya menu itu dengan tenang. Ya, dia harus tenang untuk bisa men cerna semua ini dengan baik. Seperti nya dia tidak bisa memungkiri nya lagi. Dia sekarang sudah resmi men jadi istri dari Bagas Wiatama. Bukan kah ini merupakan suatu impian nya? Tapi itu dulu, sekarang mungkin kah dia juga masih mengharapkan hal yang sama?
"Uhm, Bagas."
"Yeah." Bagas meneguk coffe-nya seraya menatap Raline yang tampak men gigit bibir nya.
"Sebenar nya, apa alasan mu untuk melakukan semua ini?" pria itu mengernyit.
"Kalau semua ini karena ke jadian sepuluh tahun lalu, kamu--"
"Memang awal nya karena ke jadian sepuluh tahun lalu." Bagas me motong ucapan Raline.
"Aku pria yang ber tanggung jawab, Ral. Aku tidak akan mengingkari janji yang ku buat sendiri, bukan?"
"Tapi... Tidak kah ini terlalu... aneh?"
"Pada bagian mana nya yang aneh?"
Bagas balik ber tanya dan menatap wajah cantik itu. Setahu nya tidak ada yang aneh. Bukan kah gadis itu menyukai nya dan membuat nya sangat menunggu sepuluh tahun itu? Bagas memang sudah jatuh cinta sejak gadis itu muncul dan me nyata kan perasaan pada nya. Dan dia tidak akan mengingkari janji nya dan mem buat Raline kecewa.
"Bukan kah kamu dulu menolak ku tapi kenapa sekarang kamu--"
Drrrt drrrt
Suara ponsel Bagas meng henti kan kalimat Raline.
"Seperti nya aku harus ke kantor sekarang. Maaf, aku tidak bisa menemani mu sampai selesai."
...M.E.M.O.R.I.E.S...
Raline menutup laptop yang sudah satu jam ini ia gunakan. Tangan nya meraih berkas-berkas yang baru di kirim oleh orang-orang papa nya sesuai perintah nya. Berkas yang ber isi kan daftar harta dan kekayaan seorang Bagas Wiatama.
"Woah... Tidak ku sangka dia begitu kaya di usia muda," kagum Raline. Seharian ini dia menghabis kan waktu nya di rumah. Me lihat seluk beluk rumah ini beserta pemilik nya. Ternyata sejak mulai be kerja, Bagas memang sudah tinggal di rumah ini dan ter pisah dari orang tua nya.
Kalau di pikir-pikir tidak ada yang salah. Dia me nikah dengan pria tampan, kaya, dan baik. Dan saat insiden pagi tadi, dia juga bisa me lihat kalau pria itu me miliki bentuk tubuh yang bagus. Namun, Raline masih bingung. Kenapa pria yang sempat me nolak nya itu kini menikahi nya? Apa benar kalau pria itu me nikahi nya karena mencintai nya atau hanya sekedar menepati janji nya. Namun, bukan kah pria itu hanya berjanji untuk menemui nya bukan untuk menikahi nya?
"Aish, ini membuat ku pusing."
Raline duduk di kursi dengan memutar-mutar nya. Mata nya mem perhatikan Bagas yang sedang menyiap kan makan malam. Pria itu pulang satu jam yang lalu. Selesai mandi dia langsung turun ke dapur dan me masak.
"Bagas."
"Yah?"
"Kamu bisa mengerjakan pekerjaan rumah?” Bagas yang sedang me motong sayuran ter senyum.
"Apa yang tidak bisa di lakukan seorang Bagas Wiatama." bangga nya menyombongkan diri.
Raline ter senyum cerah. "Benar kah? Ber arti me nikah dengan mu tidak begitu buruk.“
"Maksud mu?"
"Uhm, kamu kaya, tampan, baik. Kamu juga bisa memasak dan meng urus pekerjaan rumah. Tidak kah ini menguntungkan untuk ku?"
Bagas ter senyum. Apa gadis itu baru saja memuji nya?
Pria dengan apron yang melekat di tubuh nya itu men dongak. Menatap Raline yang duduk santai tepat di hadapan nya.
"Bagai mana kalau kamu saja yang meng urus pekerjaan dapur dan rumah. Kamu tahu kan kalau aku tidak bisa melakukan pekerjaan rumah sebelum nya. Jadi, akan sangat tidak mungkin bagi ku untuk melakukan nya.“ tambah nya.
"Kenapa tidak mulai belajar?" Bagas mendekati kompor untuk memeriksa kuah kaldu nya.
Gadis itu tersenyum. "Uhm, kalau aku tidak mau?"
"Tidak masalah."
Raline tersenyum senang. Tidak menyangka kalau begitu mudah ber negosiasi dengan Bagas.
"Benar kah?" Raline memastikan.
Bagas meng angguk. “Hm, asal kan kamu juga me lakukan peran istri dengan baik."
Raline terdiam. "Apa?"
"Hm, tugas seorang istri," ulang Bagas memperjelas.
"M-maksud mu urusan ranjang?"
Pria itu tersenyum. "Benar."
...B.E.R.S.A.M.B.U.N.G...
Kalau kalian yang disuruh memilih, kalian akan pilih opsi yang mana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
starlaa
latar belakang Bagas ini apa yaa ?
2022-11-24
1