"Mama mendengar kan ku?" tanya Raline setelah meletak kan mawar putih di gundukan tanah di hadapan nya.
"Mama, datang lah pada mimpi Fernan Abraham itu. Mama tahu betapa dia telah banyak mengatur hidup ku,“ adu Raline.
"Lihat putri mu, Mama. Anak mu Raline Anggelina Abraham, tumbuh dengan cantik dan masih muda. Aku bukan perawan tua yang tidak laku Mama, kenapa dia mem perlakukan ku seperti ini.“ Raline tengah meng oceh meski ia sadar kalau sang mama tidak akan menjawab nya.
"Mama ...."
Raline me nangis. Bukan karena mama nya tidak men jawab. Lebih kepada kerinduan nya yang men dalam. Di tinggal oleh orang ter dekat dan di cintai nya di usia kecil mem buat Raline sangat ter pukul. Di usia labil seperti itu membuat nya bingung dan merasa tidak ada lagi kasih sayang yang tulus untuk nya.
Tangis Raline ter henti kala sebuah sapu tangan muncul di hadapan nya. Pandangan nya ber alih pada sang pemilik sapu tangan yang me natap nya dengan lembut.
"Halo, calon Mama mertua. Per kenalkan, aku Bagas Wiatama, tunangan dari putri mu, Raline," salam Bagas menatap wanita cantik dengan senyum Raline yang indah yang ada di hadapan nya. Tak peduli dengan apa yang pria itu lakukan tiba-tiba ia ter kejut ketika Bagas meng genggam tangan nya.
"Izinkan aku men dapat restu mu, Ma. Aku berjanji akan selalu men jaga, me lindungi, dan mencintai nya."
Bagas ber alih menatap mata Raline dan meng genggam tangan nya erat.
"Aku akan terus men jaga dan mencintai nya, baik di saat sakit maupun senang, dalam keadaan duka maupun suka, sampai maut memisah kan ...."
Janji suci per nikahan ter ucap sudah. Pesta resepsi per nikahan super mewah juga sudah ber akhir. Menyisakan kelelahan dan rasa tidak percaya di wajah cantik itu.
"Hah..." Raline menarik napas lalu mengeluarkan nya dengan pelan.
"Ok, Raline. Ini semua hanya mimpi. Kamu cukup tenang dan tidur maka kamu akan ter bangun seperti seharus nya."
Raline meng angguk pasti dan mulai ber baring di ranjang. Ber siap memejamkan mata nya dan berharap ter bangun dengan keadaan yang dia harap kan. Ber mimpi di dalam mimpi adalah hal yang biasa, bukan? Mungkin saja saat ini dia sedang mengalami nya.
...M.E.M.O.R.I.E.S...
RALINE meng guman dalam tidur nya. Istirahat nya terasa ter ganggu saat sinar matahari menerpa wajah cantik nya. Tak lama mata indah yang ter pejam itu perlahan ter buka. Sadar bagaimana ia bisa ter tidur semalam, Raline kemudian dengan waspada me lirik ruangan di mana ia ber ada sekarang.
"Yeayyy......"
Gadis 24 tahun itu ber sorak. Melompat-lompat di atas kasur ber ukuran king size nya. Dari ekspresi wajah nya sekarang bisa di bayangkan betapa bahagia nya ia kini.
"Thanks, Mom. Pasti mama yang menyelamatkan ku."
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
Raline sontak meng hentikan aksi nya. Di tolehkan nya kepala nya ke asal suara. Mata nya mem bulat saat me lihat orang itu. Apa lagi setelah menyadari pria itu hanya meng gunakan handuk di tubuh nya.
"Bagas?" ucap nya tak percaya. Bagas yang men dengar itu ter senyum.
"Bagas? Hei, apa tidak ada panggilan yang lebih mesra?" Bagas men dekat. Raline menelan ludah. entah kenapa dia sangat gugup setengah mati dan tenggorokan nya te rasa kering.
"Pagi." Bagas mengecup kening Raline.
Gadis itu membuka mulut nya tak percaya. “Tidak mungkin,“ gumam nya pelan dan ter duduk lemah di ranjang.
"Jadi, itu semua bukan mimpi? Kita.. sudah me nikah?"
Bagas meng angguk. “Kamu bisa menyalakan TV jika masih ingin melihat nya."
Raline mengernyit. TV? kenapa ia harus menyalakan TV. Apa per nikahan nya di liput dan semua orang bisa melihat nya?
Raline men dongak. Men coba mem perhatikan Bagas yang mulai mem buka lemari untuk mencari baju nya.
"Kamu akan ke kantor?"
Entah apa yang sedang di pikir kan Raline. Yang jelas dia juga tidak tahu kenapa malah kalimat itu yang keluar dari mulut nya. Nada nya bahkan ter dengar jika ia menginginkan Bagas di sini. Bersama nya.
Ter dengar tawa Bagas yang menyadarkan Raline dari lamunan nya.
"Maaf kan aku, Sayang. Tapi aku ada pekerjaan penting hari ini, kita akan me nunda bulan madu kita. Kamu tidak marah, bukan?"
Raline memalingkan wajah nya saat wajah itu ter senyum pada nya.
"Kenapa aku harus marah? Akan lebih baik jika kita tidak sering ber temu."
"Kamu yakin?"
Raline terdiam, kenapa pria itu seolah bisa membaca pikiran nya. Ini benar-benar menyebal kan. Aish, lebih baik dia menyegarkan tubuh dan pikiran nya dengan mandi.
"Aku mau mandi."
"Ingin ku temani?"
"Jangan bodoh, Bagas!"
Bagas ter tawa puas me lihat wajah me merah Raline. Tak mau di permalukan lebih lama, Raline dengan cepat masuk ke kamar mandi dan mengunci nya dari dalam.
...B.E.R.S.A.M.B.U.N.G...
Oke, jadi ini mereka beneran udah nikah. Ini cerita emang alurnya cepat banget
Oiya, jangan lupa like, komen, dan tap favorit. Thank you.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Betty Lusiana
terlalu cepat pun Thor,, massih di pemakaman terus Uda bangun lah udah nikah juga,
semuanya lancar,,,,,,,, tapi takut ending sad ending,😥
semangat Thor 💪, dan sehat selalu 🤲
2022-11-18
2