Part 4

"Kak ...."

Langkah Bagas menuju kelas nya terhenti ketika seseorang memanggil nya. Merasa tahu apa yang gadis itu akan lakukan. Bagas memilih tidak memperdulikan nya dan masuk ke kelas.

"Kak, tunggu." Gadis itu memanggil Bagas lagi.

Lalu gadis itu masuk ke kelas Bagas, kelas XII A. Gadis itu tersenyum ketika menyadari hanya ada mereka berdua di dalam kelas. Itu arti nya ia lebih leluasa untuk menyatakan perasaan nya.

Bagas yang mulai sibuk dengan buku nya mendongak saat gadis itu dengan lancang merampas buku yang ada di tangan nya. Di lihat dari seragam nya, seperti nya mereka berada di tingkat sekolah yang berbeda.

"Kenapa kamu berada di sini? Ini lingkungan anak SMA. Kamu tidak takut mendapat kan hukuman dari pihak sekolah?"

Gadis itu tersenyum manis. "Ada orang-orang tertentu dan spesial, Kak."

Bagas mengangguk paham. Sangat mengerti apa maksud nya. "Baik lah, Nona manis. Apa yang kamu inginkan?" Bagas mencoba meladeni. Sebenar nya, dia tidak pernah peduli pada gadis-gadis yang selalu mengejar nya. Namun, seperti nya gadis yang satu ini cukup nekat.

"Ada yang ingin ku katakan pada mu, Kak," ucap gadis itu malu-malu.

Bagas tersenyum dan bersandar di kursi nya. "Apa itu?”

"Sebelum nya perkenal kan, aku Raline Anggelina Abraham dari kelas delapan spesial A."

Bagas mengangkat sebelah alis nya. Bukan karena dia berada di kelas spesial A yang menunjuk kan kemampuan cemerlang dari otak nya. Namun, nama dan marga gadis itu.

"Raline Abraham?"

"Iya, aku putri tunggal Fernan Abraham," jelas Raline.

Bagas mengangguk mengerti. Jelas terlihat dari penampilan nya yang terawat dan berkelas. Dia juga pernah mendengar tentang putri tunggal konglomerat itu dari teman-teman nya.

"Aku seperti nya menyukai mu, Kak. Tidak, aku mencintai mu." Raline berkata langsung pada intinya, tanpa basa-basi.

Gadis yang memperkenal kan diri sebagai Raline Anggelina Abraham itu mengernyit bingung saat Bagas tertawa. Apakah ada yang lucu dan pantas di tertawa kan?

"Kenapa, Kak?" tanya nya dengan dahi berkerut.

"Tidak, aku hanya berpikir kalau ini sangat lucu," ucap Bagas begitu menyudahi tawa nya.

"Ini pernyataan cinta gadis kelas atas, Kak," terang Raline. Terlihat tidak suka karena merasa senior nya itu menertawakan nya.

"Oh ya? Lalu, apa yang harus ku lakukan?"

"Tentu saja menerima cinta ku. Ini kesempatan langka dari pewaris Abraham Company."

Bagas terkekeh pelan mendengar nya. Astaga, gadis ini benar-benar.

"KAK!" panggil Raline. Sedikit kesal dengan sikap acuh Bagas.

Bagas berdiri dari kursi nya. Dia mengitari meja sebelum akhir nya duduk di meja itu dengan Raline yang tetap berdiri dengan jarak satu langkah di hadapan nya.

"Kenapa aku harus menerima cinta mu, Nona Raline?" tanya Bagas lembut seraya menatap mata di hadapan nya yang dia akui sangat indah.

"Karena aku cantik."

"Hanya itu?"

Raline tampak berpikir sejenak. "Sebenar nya aku banyak memiliki kelebihan. Bahkan kekurangan ku di anggap kelebihan."

Raline melipat tangan nya di dada. Wow, percaya diri sekali.

"Misal nya?"

"Aku tidak begitu tinggi, kamu suka gadis yang tidak terlalu tinggi kan, Kak?" tanya Raline bahagia.

Bagas mengangguk pelan. Ya, gadis itu ada benar nya.

"Baik Nona manis, aku akan memutuskan nya." Raline mengangguk manis. Yakin kalau senior nya itu tidak akan menolak nya.

"Berapa umur mu?"

"Januari nanti empat belas tahun, Kak."

"Empat belas tahun, ya? Eumm...bagaimana kalau sekarang kamu belajar yang rajin dulu.“

"Apa?" tanya Raline tak mengerti.

"Perlu ku ulangi, Nona Raline?"

Raline menggenggam erat rok seragam nya. Mata nya menatap tajam ke arah Bagas. Hati nya terluka.

"Jadi, kamu menolak ku Kak?" lirih nya.

"Maafkan aku, tapi hanya itu yang bisa ku lakukan."

Raline tampak berusaha menahan air mata nya yang siap keluar. Di tolak oleh cinta pertama adalah hal yang sangat menyakitkan dan memalukan bagi seorang Raline Anggelina.

"Kenapa, kamu sudah memiliki kekasih? Siapa dia? Apa dia lebih cantik dari ku? Atau papa nya lebih kaya dari papa ku?"

"Raline, aku belum memiliki kekasih. Dan kamu cantik, aku tahu itu," terang Bagas menenangkan nya.

"Uhm, begini saja. Sekarang kamu belajar yang rajin dulu dan nikmati hidup mu. Sepuluh tahun kemudian aku akan menemui mu kalau perlu aku akan me-"

"Tidak perlu!" balas Raline dingin.

"Aku tidak mau melihat pria yang sudah melukai hati ku. Jadi jangan pernah menemui ku atau singa peliharaan kakek ku akan mencabik mu!" peringat Raline sebelum pergi.

"Raline."

Brak!

Raline menutup pintu ruang kelas Bagas dengan kasar. Sebelum pergi dia sempat berbalik dan menatap pintu kelas itu.

"Aku benci kamu, Bagas! Arghh!" Raline menendang pintu itu sebelum akhir nya benar-benar pergi. Bagas yang ada di dalam nya hanya tersenyum seraya menggeleng.

"Dasar anak SMP."

...M.E.M.O.R.I.E.S...

"Argggghhhh!"

Raline terbangun dari tidur nya dengan napas tersenggal. Mata nya dengan waspada menatap sekeliling untuk melihat di mana ia sekarang. Sesaat ia menghela napas, menyadari kalau ia baru saja bermimpi.

"Aishh!"

Gadis itu mengacak rambut nya. Inilah yang paling ia benci dengan Indonesia. Susah payah dia membuang kenangan memalukan dan konyol itu, tetapi semua nya malah semakin jelas di sini. Kenapa dia bisa memimpikan pria itu? Dan kenapa mimpi nya harus sama persis dengan kejadian sepuluh tahun lalu?

Tok Tok Tok

"Nona..."

Seorang wanita muda dengan seragam pelayan masuk ke kamar Raline. Raline yang memang sudah terbangun karena mimpi buruk itu pun hanya menatap wanita itu dengan wajah datar. Maklum, dia masih kesal dengan mimpi nya.

"Maaf mengganggu tidur Anda, Nona. Di luar ada tamu untuk Nona."

"Siapa?" tanya Raline. Suara nya masih terdengar serak karena baru bangun tidur.

"Dia hanya menyuruh saya untuk memberitahu Nona kalau ada yang bertamu."

Raline mengernyit bingung ketika pelayan itu pergi dari hadapan nya. Aneh, sebenar nya orang itu bekerja untuk nya atau untuk tamu itu. Karena merasa penasaran siapa yang mencari nya se pagi ini, Raline pun bangkit dari ranjang nya. Tanpa merapikan gaun tidur, rambut apalagi harus ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Raline menuruni tangga sambil memperhatikan sosok yang berdiri di ruang tamu rumah nya. Otak nya mencoba untuk mengenali siapa sosok tinggi yang sedang memunggungi nya itu.

"Siapa?"

Seperti efek slow motion, orang itu berbalik. Dengan senyum manis nya yang membuat Raline membeku. Pria itu? Oh God, pria itu adalah alasan kenapa ia tidak menyukai negara ini dan kenapa ia terbangun pagi ini.

"Hai, senang bertemu lagi dengan mu, Raline Anggelina."

Raline masih mematung ketika pria bertubuh atletis itu memeluk nya. Bahkan dia lupa bagai mana cara nya bergerak dan bernapas ketika pria itu memeluk tubuh nya erat.

"Bag.. Bagas?"

Bersambung ....

Dan itu sekalabat masa lalu Raline dan Bagas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!