Maira menuju guest room nomer sembilan. Kamar tamu itu ternyata di tempati oleh dua remaja laki-laki yang wajahnya hampir mirip dengan El.
"Permisi, ada kendala?" sapa Maira.
Kedua remaja lelaki yang duduk di teras itu hanya tersenyum manis ketika Maira menyapanya. Gadis ayu dalam balutan kebaya modern nan apik pun menjadi salah tingkah.
"Nah kakak datang," sorak salah satunya.
"Ngapain sih? aku kan lagi---" suara El yang enggan, lengannya di tarik adik bungsu.
Pria keturunan Turki itu terheran, mengapa ada Maira di guest room.
"Kak, ada kendala?" tanya Maira sekali lagi, kala melihat El datang.
"Kendala apa ya, Ai? aku sedang makan dessert tadi sama Bunda," El mengerti, ini adalah kejahilan ketiga adik laki-laki nya.
"Kakak laporkan kalian pada Ayah ... Ai, maaf ya ganggu tugas kamu, hmm adikku usil."
Sang putra sulung memandang lekat satu persatu wajah ketiga adiknya, ia tak suka mereka ikut campur urusan pribadi.
"Maaf Kak."
Bagai di komando, tanpa El meminta, ketiganya memohon maaf pada Maira. Gadis ayu pun kian bingung. Setelah El menjelaskan bahwa tidak ada kendala apapun, Maira berlalu dari hadapan para pria tampan.
Tak berapa lama setelah sang kapten kembali ke posisi.
Maira pamit pada laskar untuk bergabung dengan keluarga besar di dalam. Namun langkahnya terhenti tepat saat keluarga El akan pamit.
"Terima kasih banyak, sampai jumpa lagi," sapa Maira pada Ibunda El yang berjalan menggamit lengan sang putra tampan.
Gadis ayu itu berdiri tepat di standing tiang greeting, dekor yang sangat apik membuat Maira nampak bagai peri.
"Udah serasi nih, sama hijau. Coba Kak kamu di situ," ujar sang Nyonya pada El, mendorong putranya ke sisi kanan Princes Kusuma.
"Bun...." El terhuyung, belum juga berbalik badan, wajah tampan itu baru saja menoleh ke arah Maira.
"Maira, lihat tante sini bentar ya," kali ini ia bicara pada Maira.
Cekrek. Cekrek.
"Eh," Maira menoleh pada El yang berdiri disampingnya.
Cekrek. Cekrek.
"Cakep Kak. Makasih ya Maira, prewed nya udah jadi nih, tinggal Mahar aja belum," seloroh sang Nyonya.
"Hmm, gimana Tante?" Maira bingung namun El tersenyum simpul atas sikap konyol Bundanya.
"Ai, sampai ketemu lagi. Syukron, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, Fii amanillah Kak, Om dan Tante juga kalian boys." Maira membungkukkan sedikit tubuhnya melepas kepergian mereka.
Menjelang Maghrib.
Maira dan laskar beristirahat total. Tugas mereka kali ini dihandle keamanan pondok. Waktunya ia mencari Fayyadh.
Pandangan keduanya bertemu kala Maira melihat ke arah teras paviliun. Lalu mereka memutuskan untuk bicara di pendopo, yang ramai lalu lalang keluarga besar juga para santri khidmat.
Maira membuka percakapan lebih dulu.
"Maaf ya kalau Kakak menduga aku menghindar. Tapi inilah aku, suka atau tidak itu sudah satu paket ... Aku tahu maksud Kak Fayyadh, namun gak bisa di ikuti karena Umma." Maira tersenyum mengingat betapa Aiswa berpesan pada sang putra sulung kala itu agar fokus pada studinya. "Juga, dunia kita berbeda."
"Mahya, aku akan toleransi kok mengenai itu semua tapi jangan jadikan sebuah prioritas. Kamu paham kan?" mohon Fayyadh agar dia memikirkan kembali dan mau menunggunya.
Princess Kusuma tersenyum.
"Gini aja ya Kak. Aku serahkan semua urusan ini pada Ayah juga keluarga besar ... jika mereka redho, aku ikhlas dan menerima semua yang akan kau ajukan padaku meski impianku akan terhenti," Maira menunduk sejenak, ada rasa sakit saat mengatakan hal ini.
Dirinya di didik dan besarkan oleh Mahen sebagai penerus. Jika langkah di jegal restu suami, Maira bisa apa meski cinta pada sang Ayah begitu besar, impian itu tak akan terwujud. Mifyaz, lebih suka IT namun interaksi sosialnya tidak terbangun baik saat seusia Maira. Sementara agency yang Mahendra miliki semua berhubungan dengan public.
"Ok. Tunggu aku ya Mahya. Aku akan belajar bagaimana cara masuk dalam duniamu, meski---" ujar Fayyadh berusaha meyakinkan.
Degh.
"Jangan kau paksakan sesuatu hanya karena cinta Kak. Tidak akan bertahan lama, clear kan? aku tak memberi harapan padamu ... datanglah ketika kau betul-betul siap. Bukan hanya karena fisik aku tapi harus menerima semua yang ada padaku ... jangan salahkan dirimu sendiri atau siapapun jika pada akhirnya, takdir tak memihak. Jaga silaturahim dengan keluarga apapun yang terjadi nanti karena kita satu lajur ... Deal?" tegas Maira.
Hufft.
"Berat banget ya ternyata," keluh Fayyadh baru menyadari dampak jika semua tak berjalan baik.
"He em, makanya. Lebih enak gini lah, tanpa beban rasa. Kakak dapat istri yang satu hobi. Bukan hanya dengannya namun kesatuan, keluarga Abi Amir ... karena lingkungan kalian, demikian. Abi bangun sekolah itu karena termotivasi Umma bukan? lah Kakak bikin sekolah preschool termotivasi siapa? kan duniaku bukan itu," ucap Maira tepat menohok sisi hati Fayyadh.
"Teges ya, kayak Bunda Naya kalau ngomong ... termotivasi kamu juga lah, kamu bisa story telling, public speaking, jago pembukuan juga, sistem IT," balas Fayyadh.
"Cari tenaga ahli aja Kak. Itu basic skill penunjang atau support system bukan mean lead dan strong why nya," sergah Maira seraya tertawa.
Fayyadh diam, apa yang Maira katakan ada benarnya.
Obrolan itu akhirnya berakhir saat Naya memanggil Maira untuk massage agar acara malam nanti sang putri sulung, lebih segar.
...***...
Satu pekan setelah dari Semarang.
Venue Charity.
Drap. Drap. Drap.
Shuuuutt, Blaaagghhh.
Suara derap laju kuda juga anak panah yang melesat dari busur, membidik papan besar di ujung arena berisi nominal amal mereka.
"Come on Kak, you can do it!" seru Maira memberikan support pada El yang akan memulai aksi.
Pria tampan itu menoleh ke arahnya, senyuman pun melesat hanya untuk Maira seorang.
"Ehheeemm," Mahendra menyenggol lengan putrinya. Maira pun menoleh ke arah sang Ayah, dia tersenyum malu.
"Yah, keren banget gak sih," bisik Maira, menggelayut manja di lengan Mahen, seraya menggigiti ujung kukunya.
"Bilang kalau naksir. Ayah bakal minta dia ke orang tuanya untuk kamu," ucap Mahen sunguh-sungguh.
"To the point, jlebb," balas Maira tersipu.
Satu. Dua. Tiga.
"Yeeeaaayyy! you did it, keren!" Sorak Maira.
Karena El berhasil membidik pita emas dibagian tersulit, letaknya di ujung atas papan membuat si penunggang kuda harus ekstra menjaga posisi badan juga kekuatan kaki yang menopang. Ditambah kestabilan lengan saat membidikkan anak panah.
"Aaahhhh, aku happy untuknya," Maira memeluk Mahen erat mengekspresikan betapa ia bahagia.
Sang Ayah tahu, putrinya jatuh cinta pada sosok kalem juga cool itu. Pilihan Rey gak main-main, batin Mahen.
"Sayang, ayo siap-siap. Giliran kamu, usahakan merah, kalau bisa gold macam El. Tapi jangan push dirimu ya. Kamu sudah berkontribusi banyak," saran Mahen kala mengajak putrinya menuju istal.
Tiba saat giliran Maira.
Gamis orens tua, dengan pashmina hitam yang Maira kenakan menjulur indah tertiup angin akibat laju kuda, saat wanita cantik itu melakukan pemanasan satu kali putaran seraya mengambil ancang-ancang untuk melesatkan anak panah.
El yang baru saja selesai melepas atribut, mengamati sang pujaan hati di dalam landasan pacu.
"Baby, bisa. Kamu bisa, Ai."
Tiada teriakan, hanya isyarat bibir darinya kala Maira menatap, mencuri pandang dimana El berdiri.
Gadis ayu itu tersenyum sekilas, lalu mengalihkan fokus pada sasarannya kini.
Hufft.
"Come on, Elizabeth. Beri aku donasi terbaik," bisik Maira pada kudanya. Dua anak panah Maira arahkan.
Blaaagghhh.
Tipis, namun semua hanya menyentuh pita merah tepat di bagian bawah panah El yang menancap di sana.
"Wow, Mahya Humaira, berada tepat di bawah El." Suara panitia memberi sorakan atas pencapaian Princess Kusuma.
Akhirnya setelah dua jam. Charity berangsur selesai.
Maira menunggu sang Ayah yang masih melakukan konfirmasi tentang nominal charity yang telah Maira capai sementara ia duduk menunggu di bangku peserta.
"Ai. Congrats and thanks," El menyerahkan ponselnya, dia sempat membuat video saat Maira perfome tadi.
Gadis ayu itu tersenyum menerima uluran ponsel. Melihat sesuatu di sana.
"Gak duduk Kak?"
"Nanti di kira suami kamu, deketan," Seloroh nya meski wajah datar.
"Dih pede, kan ini ramean. Jaga jarak lah ... hmm, ini di hapus ya, gak usah kirim ke whatsapp. Makasih sudah video kan aku," ujar Maira di angguki El. Tanpa sadar, ia menekan tombol off hingga lockscreen ponsel itu terkunci.
"Eh mati, sorry."
"Gimana mau kirim, nomer kamu aja gak punya kan, Ai," ujar El.
"Punya juga percuma Kak, aku gak akan balas chat. Tapi kalau mau ya silakan sih," tawar Maira menyodorkan ponsel miliknya, seiring jari kanan itu menyerahkan handphone El, layar gawai milik pemuda tampan menyala sebab sebuah notif masuk.
Maira melihat foto dirinya di jadikan Grid saat pernikahan Fatima, menjadi wallpaper ponsel si lelaki cool.
"I-ini."
"Oh dia calon istriku," ucap El serius.
"Haahh?" Maira membola. Mata cantiknya kian jelas terlihat.
"Gak penting punya nomer kamu, karena aku tahu dimana rumahmu. Tunggu ya, setelah dari Singapura dua pekan nanti, aku ke rumah. Siapkan dirimu Ai."
El berlalu pergi meninggalkan gadis itu setelah ia mengambil gawai dengan ujung jari dari telapak tangan Maira.
Princess Kusuma, merasakan dengungan kalimat yang baru saja dia ucapkan.
"Maira, pulang yuk. Sudah selesai," ajak sang Ayah namun di indahkan putrinya.
"Maira!"
"Eh, ayo, iya." Maira kikuk beranjak bangkit mendahului Mahen kali ini.
"Kenapa sih? dilamar ya? tegang amat mukanya kek kepiting rebus," tebak Mahen.
"Ayah tahu darimana? aku deg-degan gini. Sesak, aah jantungku ... Yah." Maira berjalan terhuyung.
Grep.
"Maira, hati-hati. Hmm, kena panah cinta ini." Mahen menahan tubuh putrinya agar tak terjatuh.
"Yah, halu gak sih? dia mau datang ke rumah dua pekan lagi."
"Terima, Sayang?" tanya sang ayah memastikan.
"Aku sedang istikharah, Yah." Maira hanya tersenyum seraya menunduk malu.
.
.
...________________________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Maksudnya Maira, kalau fayyadh nyari kek gitu ... yang bisa ngurusin administratif ya bayar orang aja sebab itu bukan kek spesifikasi/ alasan utama atau tujuan utama buat nyari istri malah lebih kek nyari Aspri xixi
2024-01-01
0
Ersa
omongane Wong pinter , utek cetekku ra nyandak🤭🤭
2023-05-21
1
Ersa
Aamiin... eh jodoh gak nih mom Othor?
2023-05-21
1