Lusa. Pagi hari.
Fayyadh masih di Orchid, kediaman Mahendra. Pagi ini suasana meja makan riuh dengan cerita para pria yang membicarakan pertandingan Piala Dunia semalam antara Arab Saudi dan Meksiko.
Maira dan Naya asik dengan jadwal mereka saat tiba di Semarang nanti karena akan sibuk mengurus ini dan itu. Kedua wanita tertawa renyah di sela obrolan para pria, mengundang Fayyadh mencuri pandang pada gadis cantik di hadapannya.
Mahendra yang sangat peka akan bahasa tubuh, berkali memergoki aksi sang keponakan yang diam-diam mengamati gerik Maira.
"Persis Abinya, caranya bahkan lebih halus kala mencuri pandang," batin Mahendra, hingga dia mengulum senyum.
Lelaki paruh baya yang menjadi idola para cicit Kusuma selain Amir akhirnya menegur sang princess.
"Maira, bantu Bunda bagi job desk. Meski uwa Abyan sudah menyiapkan WO dan semua clear ... Bunda tetap kebagian tugas penting disana, mengawal para tamu. Siapkan laskar dengan baik ya Sayang," saran Mahen.
"Sure Yah. Ini lagi pemetaan juga hafalin wajah semua tamu penting uwa nanti, aku dan Bunda koordinasi dengan dua santri senior untuk konsumsi, akomodasi para tamu dari luar kota hingga mereka kembali ... juga karena ada dua sesi resepsi jadi saat jeda waktu nanti kita gunakan untuk briefing ulang disana ... acara sampai ba'da isya kan?"
"Iya. Siapin vitamin juga uniform kamu, Maira. Sesi awal Uncle Rey akan handle, kamu masih jadi pager ayu iringan manten ... nah sesudah sesi foto nanti, join sama Bunda. Pastikan tools yang akan kamu bahwa semua berfungsi baik ... kelengkapan izin dan lainnya, surat resmi Ayah kirimkan ke tab kamu dan Bunda by email. Tugas Ayah memastikan didalam gedung dengan Uncle Rey karena Uyut hadir disana," tegas Mahendra mewanti.
Semua instruksi sang Ayah dia dengarkan seksama.
"Yah, memang uwa gak sewa keamanan? sampai Maira ikutan turun?" tanya Fayyadh.
"Sewa ko," balas Mahendra cepat.
"Kok masih sibuk, harusnya acara keluarga kan kita santai ngumpul. Gak sibuk sendiri semua," protes Fayyadh lagi.
"Yang uwa sewa itu Eye-Shadow, laskar akhwat. Bunda dan Maira, hanya koordinasi. Mereka sibuk sebentar, pakai kebaya seragaman keluarga juga rancangan Umma kamu, tenang aja Fayyadh. Maira gak ke mana-mana," ujan Mahen menimpali kekhawatiran Fayyadh.
Lelaki muda itu nampak tak puas tapi mau bagaimana lagi. Keluarga Guna memang demikian, sejak dulu berkutat dengan dunia IT.
Fayyadh tidak punya kesempatan berbicara dengan Maira hingga mereka bertolak ke Semarang.
...***...
Bandara.
Rombongan laskar wanita milik Maira sudah berkumpul di salah satu sudut ruang tunggu. Semua berhijab rapi. Nampak Maira bergabung dengan ke sepuluh gadis yang postur badannya hampir sama.
Sementara di meja lain, keluarga Tazkiya telah tiba dan bergabung dengan mereka semua.
Tak lama, suara announcement mengarahkan penumpang agar segera menuju gate keberangkatan.
Bussiness class, separuh terisi oleh keluarga besarnya. Suasana religius mendominasi kabin ini karena mereka melantunkan maulid selama burung besi melayang di udara.
Sembilan puluh menit kemudian. Semarang, Pondok pesantren Multazam.
Fayyadh hanya bisa memandang Maira dari jauh yang seakan menghindari dirinya. Hingga saat tiba di pondok pun tak ada celah baginya untuk menyapa, antara wanita dan pria sudah terpisah tempat istirahat bagi keluarga besar.
Naya juga Maira, di temani Rey langsung menyisir lokasi untuk resepsi nanti.
Tak lama mereka bergabung di pendopo belakang kediaman Abyan yang disiapkan khusus bagi keluarganya. Obrolan seru berlangsung hingga malam namun Maira tidak terlihat.
Gadis itu menemani Fatima sang Manten, di kamar bercengkrama dengan banyak sepupunya. Kamila, Farhana, Athirah juga Fathia adik sang manten. Ditemani ibunda masing-masing, Naya, Aiswa, Dewiq juga Qonita sang sohibul hajat. Para wanita seru membahas seragaman mereka besok apalagi saat Maira mencoba kebaya miliknya.
"Maa sya Allah, ini karena rajin olahraga raga ya, molek seksi begini ... kayak Bunda nya, berisi," ujar Aiswa mengagumi lekukan tubuh Maira yang kerap tersembunyi.
"Pakai outer kan nanti?" ujar Naya.
"Enggak Kak, pakai Obi. Kan Maira model roknya itu kayak pants. Hijabnya nutupin ko, makanya payet di letakkan pada hijab gak di bagian dada," jelas Aiswa.
"Oh aku kira, ini dadanya polos kelihatan gimana gitu. Ok, cantik pasti." Naya puas akan hasil tangan kakak iparnya itu.
*
Keesokan pagi.
Walimah mulai berjalan, Maira sesaat melihat tab, mengecek mana ruangan yang telah terisi seraya tetap koordinasi dengan laskarnya.
Rey mengatakan Ok, suara maskulin terdengar di microphone miliknya.
Tibalah giliran para pager ayu muncul mengiringi manten saat ijab kabul telah di lafalkan.
Terpana. Banyak bisik-bisik kala para princess Kusuma melintas.
Tubuh tegap, cantik dengan mata amber yang jarang di miliki orang Pribumi. Berkebaya gradasi hijau daun senada dengan busana manten, make-up flawless membuat Maira menonjol diantara para sepupu.
Di temani Athirah, adik Fayyadh di sampingnya, semakin mengukuhkan kedua gadis itu tak kalah menawan dengan manten.
"Cantiknya," seru Fayyadh, Kaffa, Mifyaz, Hanan, Fathan bagai paduan suara. Serempak saat Maira dan Athirah melintas.
Acara berlangsung meriah juga tertib berkat bantuan laskar, juga keamanan yang disewa pesantren.
Hingga tiba saat resepsi kedua, sebagian tamu undangan khusus mulai tiba. Karena melihat laskar kewalahan, Naya mengizinkan Maira ikut turun menyambut tamu di ujung pangkal gedung. Sekaligus mengarahkan jika mereka ingin beristirahat lebih dulu.
Gadis ayu itu mengabaikan bahwa ada sepasang mata mengamati sejak tadi. Maira sedang fokus koordinasi dengan laskar di earphone.
"Sibuknya, pro ternyata ya," suara seorang pria menyapa.
Kapten Eye-Shadow menoleh ke asal suara.
"Kak!" seru Maira sumringah.
"Assalamu'alaikum, Ai. Ketemu di sini. Kamu tugas?" tanya El.
"Wa'alaikumussalaam ... Iya, sepupu ku yang nikah ... eh Om, Tante, Hai," sapa Maira sedikit membungkukkan badan pada rombongan di belakang sang pria tampan.
"Ini? ... Halo, Maira ya?" suara seorang pria paruh baya, melihat ke arah El lalu bergantian memandang Maira.
Princess Kusuma nan jelita mengganguk samar.
"Mau rehat dulu atau gimana? jika rehat akan ditemani ke guest room no 9, sebelah sana." Tunjuk Maira, seraya memanggil salah satu laskar.
"Kami langsung karena akan ke Surabaya setelah ini. Mari, Maira. Terima kasih," balas keluarga El, namun sang putra sulung tak ikut bersama mereka.
Maira mengarahkan para tamu lain, silih berganti berdatangan. Mengabaikan kehadiran El yang masih berdiri disampingnya.
"Ai." Panggilnya.
Maira menoleh.
Cekrek. Cekrek.
"Syukron ya. Buat bekal. Sampai ketemu pekan depan saat Charity." El berlalu meninggalkan Maira yang bingung akan sikapnya.
"Kak, i-tu tadi---" seru Maira kikuk.
El menoleh, memberikan senyum sama menawan seperti tempo hari.
Degh.
Degh.
Degh.
"Uhuk, aduh. Ampe sesek gini," Maira salah tingkah, ia mencari minum. Untung Fayyadh datang membantunya.
"Kamu capek Mahya, minum dulu nih." Putra sulung Amir, menyodorkan satu botol air mineral dingin untuknya.
"Thanks Kak." Gadis ayu duduk sejenak, meneguk separuh air dalam botol lalu meletakkan sisanya di atas meja.
Dia kembali membuka tab, menceklis daftar tamu yang sudah hadir sebagai report untuk kinerjanya nanti.
"Harus ya begini? kalau nikah nanti gimana?" tanya Fayyadh disela sapaan Maira terhadap para tamu.
"Ya gimana suamiku nanti, kalau dia tega ya bakal larang aku. Kalau baik ya mungkin gak keberatan," jawab Maira asal.
Fayyadh hanya mengangguk samar. "Siapa tadi?"
"Siapa apanya? kakak tahu kan aku daritadi disini sama laskar doank gak ada pria lain," sahut Maira mulai jengah.
Ia bahagia Fayyadh posesif terhadapnya, bahkan tidak ada yang berani mendekati Maira jika lelaki itu ada disekitar. Namun Fayyadh tak memberi kepastian apapun jadi Maira hanya menganggap ia berlebihan.
"Yang tadi, pakai kemeja batik hijau. Dia teman dekat kamu Maira?" selidik Fayyadh.
"Hijau? bukan siapa-siapa, aku gak dekat ... Kak, maaf bukan menghindar tapi aku sedang tugas, please ngerti ya. Nanti kita bicara, janji."
Fayyadh tersenyum seraya mengangguk. Maira sejenak tersipu, lalu meninggalkan Fayyadh sendiri disana, karena ia di minta ke guest room nomer sembilan.
.
.
...________________________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ersa
terniyat📸 ya El😁
2023-05-21
1
mingming
masih kepo sama si el q mommyyyyy
2023-01-13
2
AlAzRa
El Shareef/Shan.....
ah, kok kandidate top begete kabeh ya... bakal istikharah lama ini 🤭
2022-12-04
1