Epilog
Burhan yang memperhatikan Mentari akan meninggalkan rumah, seketika merasakan sakit di daerah jantung nya. Tetapi sakit itu hanya serangan jantung ringan, dan tidak sampai membahayakan nyawanya. Mendengar Mentari yang begitu panik dan seolah menyesal , Burhan malah memanfaatkan keadaan dan berpura-pura tidak sadarkan diri.
Beberapa saat setelah Burhan tiba di Rumah sakit, Burhan dimasukkan keruang VIP Rumah Sakit yang sebetulnya milik Tesar Wijaya Grup. Dokter yang bertugas disana tentu mengenal Burhan, karena Burhan sering kali di tugaskan oleh Tuan Tesar Wijaya untuk mengurus beberapa pekerjaan penting di Rumah sakit itu.
Tepat setelah pintu ruangan di tutup, Burhan membuka matanya, lalu meminta Dokter membantu menjalankan rencana yang sudah ia siapkan.
.
.
.
.
*****
Tiga hari telah berlalu pasca operasi Burhan, tetapi belum ada tanda-tanda Burhan akan membuka matanya.
Mentari mengambil kursi dan duduk disamping tempat Burhan berbaring, meraih tangan dan mengajak Ayahnya yang sedang koma bernegosiasi, berharap degan begitu, Burhan akan mendengar tawarannya lalu membuka mata dan melewati masa kritis nya.
"Ayah, ini hari ke tiga Ayah tertidur dan tidak mau membuka mata, Tari akan sangat marah jika Ayah menyerah lalu meninggalkan Tari,Ibu dan Riki yang menyayangi mu disini" Mentari terus mengajak Ayahnya berbicara disertai air mata yang tak berhenti mengalir melewati pipi nya.
"Begini saja, Jika Ayah bangun dan kembali bersama kami, Tari bersedia menikah dengan laki-laki pilihan Ayah , Mentari berjanji Ayah" Akhir kalimat Mentari di iringi isak tangis sambil sesekali menciumi punggung tangan Ayahnya.
Tanpa Mentari sadari, bukan hanya Burhan yang tersenyum Bahagia didalam hatinya mendengar apa yang Mentari katakan, tepat di belakangnya sedang berdiri Arga dan Nyonya Burhan yang ikut mendengarkan.
" Mentari, benarkah apa yang kamu sampaikan barusan sayang?" Nyonya Burhan meyakinkan apa yang baru saja Ia dengar.
"Kalian ?, sejak kapan kalian ada di belakang ku?" Mentari terkejut karena ia tidak menyadari Ibunya dan Arga mendengarkan apa yang ia bicarakan dengan Ayahnya.
"Jawab Ibu Nak!"
Mentari menganggukan kepala pelan sambil menggigit bibirnya, karena masih sedikit ragu dengan keputusan yang ia ambil.
"Nak Arga, bagaimana dengan mu?" Giliran Nyonya Burhan bertanya kepada Arga.
"Maafkan Arga Bibi, Arga belum siap untuk menikah, Arga rasa Arga tidak bisa melakukannya".
Mentari yang mendengar jawaban Arga ,merasa harga dirinya tercabik-cabik, Ia merasa ditolak oleh laki-laki itu.
"Kau...!!!" Mentari menunjuk Arga dengan bola matanya yg melotot sempurna kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu dengan rasa kesal bercampur malu.
"Nak Arga, Bibi minta tolong, fikirkan lagi keputusan mu, Bibi tidak ingin Anak Bibi mengalami apa yang Nak Arga Alami. Yang Bibi dengar dari Paman mu,Kau sangat terluka dan menyesali kepergian Ayahmu, bahkan sampai saat ini kau masih sering memikirkannya bukan?"
" Tapi Bi..?" Kalimat Arga tidak sampai selesai, karena Arga tidak tahu lagi harus bagaimana ia menolak perjodohan ini.
"Jika kau tidak ingin melakukannya karena Paman, setidaknya lakukan untuk Nyonya Wijaya!, Bibi rasa Mama mu sama besarnya menginginkan perjodohan ini".
"Arga yang membenarkan perkataan Nyonya Burhan, spontan teringat kembali ketika Melinda mengatakan hal yang sama".
"Jika aku masih bersikeras menolak perjodohan ini, dan Mama berakhir seperti Paman, apa aku bisa memaafkan diriku sendiri, setelah apa yang aku lakukan kepada Papa" Arga berfikir keras dalam hatinya.
"Baik lah Bi, jika perjodohan ini membuat Mama, Paman dan Bibi merasa bahagia, Arga bersedia menerima nya".
Mendengar Arga dan Mentari sudah menyetujui perjodohan, Burhan yang terbaring, tampak menggerakkan tangannya. Nyonya Burhan yang melihat itu langsung meminta Arga memencet bel tanda darurat.
Melihat dokter dan perawat berlarian menuju Ruangan tempat Burhan di rawat, Mentari merasakan takut sesuatu terjadi kepada Ayahnya, kemudian ia ikut berlari menuju ruangan yang sama.
Sesampainya di ruangan, Mentari tidak bisa melihat wajah Ayahnya, karena tertutup punggung Nyonya Burhan yang duduk di samping tempat tidur Burhan.
"Tidaaakkk....Ayaaah...!!" Teriak Mentari yang takut Ayah nya pergi .
"Nak, Ayah mu baik-baik saja, tenanglah!" Ketika Nyonya Burhan menggeser tubuh nya, Mentari baru bisa bernafas lega, karena Burhan nampak sudah membuka matanya.
Mentari berhambur memeluk Burhan, merasa bahagia karena Ayahnya sudah kembali ke sisinya.
"Ayah, syukurlah Ayah bisa melewatinya, Maafkan Tari Ayah " Tangis Mentari pecah di pelukan Burhan.
Burhan mengelus lembut kepala Mentari, berusaha menenangkan anaknya yang belum berhenti menangis.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Merysta
kebayang dong rasanya jd pak burhan pura pura koma 3 hari, merem trs gak gerak, apa gak pegel ya.. lagian matanya pasti gerak gerak... susah di cerna..
2023-10-06
2
Sulaiman Efendy
RENCANA HEBAT PARA ORG TUA YG SDH KENYANG MKN ASAM GARAM KHIDUPAN...
2023-09-21
0
Mila Jamila
🤣🤣🤣🤣🤣sandiwara yg keren 👍
2023-02-08
0