Mie Instan

Apartement Adnan

Adnan ingin mengganti siaran tv berpindah ke siaran drama korea yang di sukai para wanita, namun di halang oleh Reina

"Jangan di ganti." Ucap Reina sambil menghalangi arah remot tv.

"Kenapa? Bukankah para wanita tidak suka menonton bola?" Ujar Adnan.

"Tidak untukku! Aku suka menonton bola, apalagi bola dunia." Jawab Reina sambil terus menonton.

"Benarkah? Kau memang wanita unik." Ucap Adnan dengan tersenyum.

******

Di tempat lain tepat di depan rumah Reina, Viko sedang kebingungan karena Reina tidak ada, dia sibuk memikirkan Reina entah kemana malam-malam seperti ini sedangkan Adnan pun tak ada di mansion. Apa mereka bersama, pikirnya.

Dia kembali ke mobil. Ada satu masalah lagi, kemana dia harus membawah Clara sekarang. Viko memukul setir mobilnya, saat tak menemukan Reina dan sekarang pun ada Clara bersamanya.

Lama berpikir, akhirnya Viko menyalahkan mesin mobilnya dan melaju di perjalanan. Biarlah, dia akan memikirkan nanti kemana harua membawah Clara, pikirnya.

******

Apartement Adnan

Kembali ke apartement Adnan. Mereka berdua sedang asyik menonton sepak bola berdua. Reina memegang satu negara dari benua Eropa sedangkan Adnan memegang negara dari benua Afrika. Sedang asyik-asyiknya menonton dengan sedikit perdebatan di antara keduanya, tiba-tiba bel apartement berbunyi.

Ting tong ting tong

"Mungkin itu makanannya. Aku buka pintu dulu." Ucap Adnan sembari berdiri dari duduknya.

Reina hanya menganggukan kepala tanpa melihat kearah Adnan.

Klek

"Tuan Adnan Haditama?" Tanya kurir.

"Ya!"

"Ini pesanannya!" Kurir menyerahkan kantong dengan isi makanan di dalamnya.

Adnan segera mengambil pemberian kurir dan kembali menutup pintu. "Yang, makanan sudah datang!" Ucap Adnan setengah berteriak.

"Ok. Sebentar lagi." Jawab Reina yang melempar pandangan sebentar saja pada Adnan.

Adnan meletakan kantong makanan di atas meja depan mereka. Setelah siaran sepak bola telah usai, rasanya Reina sudah sangat lapar. Tangannya terulur ke kantong yang berada di depannya, namun betapa kesalnya Reina saat dia melihat isi di dalamnya.

"Huu, kasar sekali timmu, tidak spotif." Umpat Reina pada Adnan.

"Hei, itulah permainan sayang. Pasti ada kalah dan menang juga." Jawab Adnan.

"Tidak! Timmu curang. Para timku harus patah-patah tulang menghadapi mereka." Ucap Reina tak mau kalah.

"Sayang tidak ada yang patah-patah tulang di sana! Seperti itulah permainannya." Jelas Adnan.

"Tidak!! Pokoknya mereka curang." Kesal Reina yang tidak terima timnya di kalahkan.

"Ahh, benar apa kata temanku. Jangan berdebat dengan wanita! Mereka selalu di depan." Gumam Adnan yang terdengar seperti berbisik.

"Apa yang kau katakan?" Tanya Reina ketus.

"Tidak sayang!!" Belah Adnan.

Reina membuka kantong tas di depannya. "Apa ini?" Tanya Reina menatap tajam kearah Adnan.

"Itu makanan kita sayang." Jawab Adnan menjelaskan.

"Astaga!! Setelah lama menunggu, kau hanya memesan mie instan untuk kita makan. Tanpa nasi pula!" Reina sangat kesal, dia mengira bisa langsung makan setelah membuka kantong makanan itu, tapi isinya hanya beberapa bungkus mie instan.

"Ku pikir kau mau makan mie." Ujar Adnan.

"Apa? Makan makan dengan mie." Kesal Reina dan berlalu ke arah dapur.

Adnan hanya dapat menatap Reina yang kesal ke arah dapur. Reina menyalahkan kompor dan mempersiapkan alat masak untuk membuat mie instan. Setelah siap Reina meletakan di atas meja makan, lalu mengajak Adnan untuk makan bersama.

"Mienya sudah siap!!" Teriak Reina dari arah dapur.

"Iya" Adnan beranjak dari kursinya menuju dapur.

Mereka makan dengan seksama tanpa ada suara. Terasa canggung untuk kedua, seperti dua orang yang baru menikah tinggal dalam satu rumah dan makan bersama.

Setelah selesai makan Reina mengumpulkan alat makan mereka dan mencucinya. Adnan tersenyum melihat Reina sudah seperti ibu rumah tangga sesungguhnya.

"Yang kau cocok sekali menjadi itri rumah tangga" ujar Adnan.

"Apa maksudmu? Istri rumah tangga, bukannya ibu rumah tangga." Tanya Reina.

"Sebelum menjadi ibu rumah tangga, kau harus menjadi istri rumah tangga dulu. 'Kan belum punya anak!" Jelas Adnan.

"Terserah kau!" Jawab Reina tak ingin berdebat.

"Yang, ayo kita menikah!" Ajak Adnan tiba-tiba.

Reina menatap Adnan. "Dasar bos gila." Gumam Reina.

"Yang, aku mendengarnya." Ujar Adnan.

"Astaga!!" Gerutu Reina. "Dia selalu menjawab apapun."

"Sudah selesai. Aku ingin tidur." Ujar Reina.

"Baiklah." Adnan merangkul bahu Reina dan Reina hanya membiarkan itu terjadi tanpa melawan.

"Biar aku yang tidur di sofa!" Ucap Reina.

"Tidak! Aku saja. Kau tidurlah." Tolak Adnan dan Reina hanya mengikuti perkataannya.

Reina naik ke atas tempat tidur, memasukan diri dalam selimut dan berbaring. 'Nyaman sekali!' Batinnya.

Sementara Adnan mengeluarkan bantal dan selimut dari dalam lemari lalu membawahnya ke sofa.

******

Di sebuah hotel berbintang lima, Viko membawah Clara ke hotel karena tidak ada pilihan lagi. Reina tak ada di rumahnya, entah kemana dia pergi! Pikiran Viko tak karuan memikirkan Reina dan Adnan saat ini.

Clara yang terbangun dengan setengah sadar, menatap Viko dengan mata sayunya. Clara maracau tak karuan di hadapan Viko.

"Hei.., kau berada di sini. Ahh, pasti aku bermimpi. Kau tak pernah menyukaiku. Aku tau itu. Tapi apa kau tau... hahaha...." Clara meracau layaknya orang mabuk, bahkan dia duduk di atas pangkuan Viko saat ini.

"Clara, turunlah. Kau sedang mabuk!" Ujar Viko.

"Hahaha... aku memang mabuk. Aku mabuk cinta. Aku mabuk karna mencintaimu. Hahaha...." Clara tak dapat mengendalikan dirinya, dengan keadaan setengah sadar Clara menyambar bibir Viko dan **********.

"Ump..., Clara. Jangan lakukan itu." Ucap Viko saat bibirnya terlepas dari serangan Clara.

"Hahaha.., aku bahkan bisa memberikanmu lebih dari pada ini." Ucap Clara dengan tertawa sinis. "Dasar di mimpi pun kau masih saja menolakku." Racau Clara.

Viko membawah Clara ke tempat tidur, bermaksud untuk menidurkannya agar tidak berbuat ulah.

Viko membaringkan Clara di tempat tidur, namun dengan cepat Clara menarik Viko hingga jatuh tepat ketubuhnya.

"Clara lepas." Pinta Viko.

Clara mendekatkan bibirnya ke Viko dan meraih bibir Viko dengan brutal. Viko tak dapat melawan Clara, cengkraman Clara sangat kuat hingga Clara dapat membalik posisi mereka. Viko yang sudah terpengaruh alkohol, menyambut perlakuan Clara dan mereka sama-sama menikmatinya.

Perlahan tangan Clara sudah bergerilya di dada bidang Viko, membuat Viko meringis pelan merasakan sensasinya.

Tangan Clara tak tinggal diam di sana. Satu-persatu kancing kemeja yang Viko kenakan telah terlepas dari tautannya dan tanpa aba-aba kemeja itu sudah di lemparkan ke lantai.

Clara meraih biji yang tertanam di dada Viko dengan bibirnya, menghisap bahkan memainkan dengan lidahnya. 'Aaahh!!!' Desah Viko.

.

.

.

.

Apa Viko akan melanjutkan, apa yang terjadi?🖐

Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya...

Love you all...💞

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!