Perusahaan Ditama Group
"Tidak bisa!" Cetus Lisa.
Adnan, Reina, Viko dan Clara menatap Lisa penasaran. Clara menyenggol kaki Lisa memberikan kode agar dia tak membuat masalah dengan bosnya.
"Kenapa? Itu benarkan?" Ucap Lisa kepada sahabat-sahabatnya.
"Kenapa tidak. Apakah karna aku sudah tua?" Tanya Adnan dengan menatap kearah Reina.
"Bu-bukan seperti itu Tuan. Teman saya ini..." Ucapan Clara di selah oleh Adnan.
"Tapi Reina mengatakan seperti itu!!" Ucap Adnan mengingat kata-kata Reina.
Batin Reina meringis mendengar perkataan Adnan. "Orang ini kenapa sih." Reina memalingkan wajahnya karena Adnan yang terus saja menatapnya.
"Rei..," panggil Clara.
"Owh, itu!! Lisa akan menjawabnya." Lempar Reina.
"Kenapa aku? Aku hanya bilang tidak bisa. Tapi aku tidak mengatakan bos Tuan kita Tua!!" Jelas Lisa dengan tegas.
"hmp... Itu, anu...!!" Reina gelagapan.
"Sudah ku katakan, jangan bicara dengan kata anu!!" Ketus Adnan.
"Kak." Panggil Viko menenangkan. Adnan seketika diam.
"Ma-maaf Tuan!" Reina meminta maaf karna melupakan hal itu. Adnan hanya diam, tak mengubris perkataan Reina.
"Sudalah!! Rein, ikut aku." Pinta Adnan lalu beranjak dari duduknya dan berlalu dari sana. Viko diam-diam memperhatikan tingkah Adnan, yang menurutnya sangat aneh.
Sore menjelang, para karyawan pun telah keluar dari gedung Ditama group. Reina yang selalu tak mau diantar pulang oleh sahabat-sahabatnya memilih menunggu taksi di halte dekat kantor.
Tiba-tiba sebuah mobil mewah berjalan mendekat ke arahnya, Reina tak mengambil pusing dengan hal itu, mungkin mobil yang lewat pikirnya. Namun semakin dekat, mobil itu pun semakin menghampirinya, kaca mobil belakang turun perlahan dan terlihat Adnan di dalamnya.
Adnan segera turun dari mobilnya dan menghampiri Reina yang berdiri di halte, namun Reina segera mencegat Taksi yang lewat.
"Taksi!!" Panggil Reina.
Ciittt
Taksi yang di cegat Reina berhenti seketika. Reina berjalan dengan sedikit cepat kearah taksi, namun Adnan dapat mendahuluinya.
Adnan mencegat tangan Reina yang akan membuka pintu taksi.
"Tuan! Kau..." Kaget Reina.
"Jangan pura-pura tidak melihatku," Adnan mengambil selembar uang berwarnah merah muda dan memberikan pada supir taksi tersebut. "Ambil ini. Dia istri saya..." Ujar Adnan pada supir taksi.
"Eh, iya pak. Trima kasih." Supir taksi itu langsung menancapkan gasnya dan pergi.
"Tuan, apa-apaan kau! Aku ingin pulang!" Ketus Reina.
"Kau akan pulang bersamaku!" Adnan menarik tangan Reina kearah mobil yang di tumpanginya tadi.
Reina melepaskan genggaman tangan Adnan darinya. "Tuan! Biar saya pulang naik taksi saja!" Tolak Reina.
"Tidak!! Atau kamu mau aku paksa." Ujar Adnan.
"Tidak Tuan!!" Saya ak..." Adnan mengangkat Reina di bahunya dan berjalan menuju mobilnya. Layaknya memikul karung beras, Adnan membawah Reina yang sedang berteriak.
"Aaaah... Tuan apa yang anda lakukan! Anda mau menculikku." Teriak Reina.
Segerombol orang yang mendekat kearah mereka, namun Adnan bergeming melihat mereka, dia terus menuju mobil lalu memasukan Reina.
"Ada apa ini?" Tanya seorang pria paru baya.
"Oh, dia istri saya. Kami sedang bertengkar makannya mau lari dari rumah." Jelas Adnan.
"Haa!! Pak, pak, jangan percaya pak!" Ujar Reina dari dalam mobil.
"Apa saya perlu menunjukan buku nikah kami?" Tanya Adnan dengan wajah serius.
Segerombol orang yang mungkin sekitar 10 atau lebih itu saling melempar pandangan. Kemudian salah satu dari mereka membuka suara.
"Ya sudah, sebaiknya masalah rumah tangga di selesaikan di rumah. Tidak enak di jalan, banyak yang melihat." Akhirnya mereka pun pergi.
"Tuan, apa yang anda lakukan." Reina masih berusaha keluar dari dalam mobil.
"Kita akan pulang Rein!!" Ucap Adnan. "Fel, jalan..." pinta Adnan pada Felix.
"Tolong.... tolong... Saya di culik!!" Teriak Reina dari dalam mobil. Adnan sampai menutup telinganya mendengar teriakan Reina.
Reina ingin berteriak lagi namun, Adnan langsung membungkam bibir Reina.
"Hmp...hmp...." Adnan telah menyesap bibir Reina dengan bibirnya sendiri. Cukup lama Adnan menyatukan bibir mereka, akhirnya Reina tersadar dan mendorong Adnan.
"Awh!!" Ringis Adnan saat kepalanya terbentur kaca mobil. "Rein!! Sakit tau!!" Kesal Adnan.
"Apa!!" Pekik Reina dengan emosi. "Dasar cabul, tidak tau diri, kurang ajar, 21+, pria tua..." Dan banyak lagi umpatan Reina dengan menyerang Adnan yang duduk di sampingnya.
"Aww, aww, Rein, Rein, Reina. Ampun..." Adnan menangkis sarangan Reina dengan tangannya sampai akhirnya dia dapat menangkap kedua tangan Reina.
"Sory!! Makannya diam. Jangan teriak-teriak!!" Bujuk Adnan.
"Dasar cabul, pria tua, mesum!! Menjauh dariku." Pekik Reina.
"Ok. Ok." Adnan mengangkat kedua tangannya. "Tapi kau menikmatinya juga," Ujar Adnan dengan tersenyum.
"Apa!! Apa kau tidak malu dengan Mas Felix. Dasar 21+." Ujar Reina.
"Apa!! Kau memanggil Felix dengan sebutan Mas." Kesal Adnan.
Sedangkan yang di bicarakan tak berani buka mulut, dia tak akan mampu menangkis kemarahan bosnya nanti. Felix tetap mengemudikan mobilnya dengan tenang dan menganggap tak ada apapun yang terjadi.
"Ya, kenapa? Iri bilang bos." Ujar Reina dengan gayanya.
"Reina, tidak boleh. Tidak boleh." Adnan panik, bagaimana bisa asistenya lebih unggul darinya.
"Kenapa?"
"Kau wanitaku!! Seharusnya aku yang kau panggil seperti itu bukan Felix."
"Siapa? Siapa wanita anda?" Tanya Reina dengan tangan di telinganya.
"Kau wanitaku, kekasihku. Jadi kau tidak boleh dekat dengan pria lain." Ujar Adnan dengan mendekat kearah Reina.
"Hei, hei. Jaga jarak Tuan!! Sejak kapan aku menjadi wanitamu, dan kekasihmu juga. Mungkin kau harus di periksa dokter Tuan." Cetus Reina.
"Reina. Aku tidak suka penolakan." Ucap Adnan lirih.
"Terserah!! Aku tidak mau, dan tidak akan pernah mau." Ucap Reina lantang.
"Kau menantangku?" Adnan manatap Reina dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
Reina yang melihat tatapan Adnan, menjadi sedikit panik, dia menggeser sedikit bokongnya ke dekat pintu.
Menyadari Reina yang mungkin sedikit takut padanya, batin Adnan tersenyum. 'Jika tak bisa mendapatkannya dengan lembut, sedikit kasar juga tidak apa. Yang penting dapat,' Reina kini hanya diam, tak berani berkata apa-apa.
"Rein!" Panggil Adnan lembut.
"Hmm," Reina hanya menjawab dengan berdehem. Dia takut, jika bosnya itu nekat.
"Reina, kau takut. Maaf!!" Ucap Adnan memberanikan diri menggenggam jemari Reina. Merasa tidak ada penolakan, Adnan semakin erat menggenggam tangannya.
Reina ingin melepaskan genggaman tangan Adnan, namun Adnan tak membiarkan itu terjadi malah semakin mendekatkan duduknya kearah Reina.
"Rein.., sory! Mau ya, jadi kekasihku?" Ucap Adnan memelas.
"Nggak!!" Jawab Reina ketus.
"Rein, ayolah! Aku tidak suka penolakan. Kita jadian ya?" Reina hanya diam tak menanggapi ucapan Adnan.
.
.
.
.
Apa Reina akan menerima Adnan? Ditunggu up selanjutnya🖐
Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya...
Love you all...💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments