Perusahàan Ditama Group
"Ya sudah! Aku mau kerja. Jaga kesehatan ya. Jangan capek-capek kerjanya. Kalau ka Adnan marah-marah jangan di dengerin. Orangnya baik kok. Cuman gitu suka marah-marah." Ucap Viko panjang kali lebar sama dengan tinggi.
"Iya, iya bawel." Reina langsung saja mematikan handphonenya secara sepihak.
"Kok di matiin?" Tanya Clara.
"Udah ah! Males! Banyak wasiatnya. Kayak orang mau mati aja." Jawab Reina asal.
"Kok kamu ngomong gitu sih Na." Kesal Clara. "Kamu kayak nyumpahin Viko gitu, aku nggak suka!" Clara beranjak dari duduknya dan meninggalkan mereka yang kebingungan.
"Dia kenapa Lis?" Reina menatap Lisa.
"Ahh, udalah. Mungkin dia lagi banyak kerjaan." Jawab Lisa menenangkan keadaan.
"Balik yuk!" Ajak Reina. Akhirnya mereka kembali untuk bekerja.
Jam menunjukan jam pulang kantor telah tiba. Reina telah merapikannya mejanya lalu beranjak untuk pulang. Reina, Lisa dan Clara berpisah di Lobby perusahaan karna Reina tak punya kendaraan, dia harus naik taksi untuk pulang ke rumahnya, sedangkan Lisa dan Clara membawa motor masing-masing.
"By, Aku duluan ya Na. Maaf nggak bisa ngantarin kamu. Mama aku mau lagi ada acara minta di antarin." Pamit Lisa.
"Iya, nggak apa-apa!" Jawab Reina. Sedangkan Clara hanya diam.
******
Mansion Haditama
Adnan memasuki mansion dengan diam menuju kamarnya dan langsung berbaring di kasurnya. Ada rasa yang tak dapat diartikan oleh Adnan, terkadang dia senyum sendiri membayang wajah Reina yang menurutnya sangat imut dan mempesona.
"Ahh!! Aku bisa gila, lama-lama!!" Gerutu Adnan. Bayang-bayang wajah Reina tak pernah luput darinya. Di saat sedang mandi pun dia membayangkan Reina yang mandi bersamanya.
Selesai mandi, Adnan mengganti bajunya dengan baju Santai dan berbaring di tempat tidur sambil menunggu makan malam siap.
"Ahh, aku harus mendapatkannya!!" Gumam Adnan. "Akan ku atur Rencana!"
Makan malam siap. Pelayan telah mengetuk pintu dan mengajak Adnan untuk makan bersama. Adnan turun dari kamarnya dan menuju dapur. Virgo dan Mira juga sudah siap di meja makan, Adnan menuju kursinya dan langsung saja duduk.
"Malam!" Sapa Claudya.
"Malam sayang!!" Balas mama Mira.
"Malam, Adnan!!" Sapa Claudya.
"Malam!" Jawab Adnan ketus.
Adnan segera membalik piringnya dan mengambil makanannya sendiri, tanpa peduli dengan orang lain.
"Adnan." Mama Mira memicingkan matanya pada Adnan. "Ayo, sayang duduk di sebelah Adnan." Pinta mama Mira.
"Iya, Tante!" Claudya duduk di sebelah kursi Adnan.
Mereka memulai makan malam dengan mengobrol kecil kecuali Adnan yang hanya menjawab pertanyaan dengan deheman saja dan papa Virgo yang tak mengubris percakapan antara wanita itu. Tiba-tiba mama Mira membahas tentang perjodohan.
"Adnan." Panggil Mama Mira. Adnan mengangkat kepalanya menghadap mama Mira. "Adnan bagaimana menurutmu, jika kau berjodoh dengan Claudya?"
"Mama. Apa-apaan sih!!" Ketus Adnan. Dia melepas sendok ditangannya dengan kasar, kemudian kembali ke kamarnya tanpa ijin.
"Adnan. Adnan!!" Panggil mama Mira. "Haa, dasar anak itu!" Ujar mama Kesal.
"Tidak apa-apa Tante! Mungkin Adnan shok, Tante memberitahunya tiba-tiba." Ucap Claudya.
"Kamu tenang saja. Tante akan berusaha membicarakan dengan Adnan lagi. Dia tidak akan menolak." Ujar Mama Mira meyakinkan Claudya.
Claudya tersenyum mendengar perkataan Mira. 'Sebentar lagi Adnan akan menjadi milikku, dan itu akan membuat karirku melejit dengan pesat.' Batin Claudya.
Kelicikan Claudya tak bisa di duga oleh Mira, karena sejak awal dia sudah merencanakan dari awal pertemuan di butik dan ada yang sengaja medorong Mira hingga jatuh dan Claudya datang untuk menolongnya. Dengan perlahan Claudya mendekati Mira dengan mulai ikut dengan ibu-ibu sosialita Mira, dan akhirnya mereka sudah akrab dan mulai berkunjung di Mansion.
Sementara di dalam kamar Adnan sedang frustasi karena mama Mira yang ingin menjodohkannya dengan Claudya. Adnan sangat tahu kalau mama Mira tidak akan berhenti jika sudah berencana.
Adnan berpikir bagaimana cara agar Reina bisa menjadi miliknya. Lama berpikir dan akhirnya dia pun tertidur dengan pemikirannya.
Matahari masuk melalui celah-celah jendela. Reina yang masih tertidur akhirnya pun bangun dan bersiap-siap untuk bekerja.
******
Perusahaan Ditama Group
Reina yang berada di bilik kerjanya sedang fokus ke layar laptop. Tiba-tiba saja asisten Felix menyapanya sekaligus mengantarkan pesan dari Adnan, jika dia di panggil ke ruangannya.
Dengan malas Reina pun pergi ke ruangan Adnan. "Huu... Ada apalagi dengan bos 21+ itu." Gerutu Reina di tengah langkahnya.
Reina telah sampai di dwpan ruangan Adnan, dengan hati-hati dia mengetuk pintu, agar tak membuat kesalahan lagi.
Tok tok tok tok
"Masuk" suara dari dalam ruangan.
Reina sedang mengendalikan detak jantungnya. Dia tahu masih ada satu hukuman lagi yang akan Adnan berikan padanya, makannya dia menjadi was-was saat ini.
"Pagi Tuan!!" Sapa Reina.
"Hm, duduk!" Pinta Adnan.
"Tuan memanggil saya?" Ucap Reina memulai percakapan.
"Hm," Adnan hanya berdehem menjawab pertanyaan Reina sambil mengamati layar laptopnya.
Sebenarnya Adnan tidak mengerjakan pekerjaan di layar laptopnya. Namun dia sedang mengunjungi web yang mengajarkan cara untuk mendekati wanita. Tak ada yang menyangkah jika Adnan yang sedewasa ini tak pernah menjalani hubungan, bahkan tak pernah dekat dwngan wanita manapun.
'Kenapa orang ini hanya diam. Kalau tidak ingin bicara, kenapa menyuruhku datang. Huuu dasar... tidak kompeten.' Batin Reina menggerutu.
"Tuan!" Panggil Reina.
"Ya!" Adnan gerogi saat ini, pasalnya dia belum menemukan apa yang dia cari di laptopnya. Semua cara yang ada menurutnya sangat tidak masuk akal.
"Tuan, apa ada pekerjaan untukku?" Tanya Reina lagi.
"Ohh, ya." Adnan membenarkan posisi duduknya.
"Rein..." Adnan ingin berbicara namun Reina sudah menyelah perkataannya.
"Na. Tuan. Nama saya Reina Tuan." Reina membenarkan ucapan Adnan.
"Ck. Apa kamu bermasalah? Kalau saya memanggil Rein saja!" Ketus Adnan yang tak suka kata-katanya diselah.
"Eh, Maaf Tuan. Tidak. Tapi yang lain memanggil saya Na, dengan singkat." Jelas Reina dengan terbata.
"Tidak. Saya tidak mau disamakan dengan mereka." Jawab Adnan kesal.
"Rein, bagaimana? Apa kau siap sekarang untuk bekerja sebagai sekertarisku?" Tanya Adnan santai.
"Owh, itu Tuan. Anu, Tuan..." Reina tampak gugup debgan jawabannya sendiri.
"Jangan memakai kata anu, saat bicara. Aku tiadak suka." Tegas Adnan.
"Maaf Tuan!" Ucap Reina menunduk.
"Haa!! Selalu saja maaf!" Adnan malas mendengar perkataan Reina.
"Iya Tuan. Untuk itu, saya belum siap Tuan."
"Kenapa?"
"Saya.., tidak bisa, saya tidak bisa bekerja sebagai sekertaris." Ujar Reina memberanikan diri.
"Tidak bisa. Kamu harus siap. Itu adalah hukuman keduamu." Tegas Adnan pada Reina.
.
.
.
.
Apakah Reina akan mau menjadi sekertaris Adnan? Yuk, ditunggu upnya ya🖐
Mohon dukungannya...
Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya...
Hadiahnya juga ya😁
Love you all...💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments