"Sudah bawah saja! Dia tidak tau apa yang dia katakan." Ucap penjaga meja tender.
Dengan sedikit kesusahan, karena sih wanita yang memberontak. Security itu pun memaksanya untuk keluar.
Viko yang sengaja lewat di meja tuender pun melihat kejadian itu. "Aku seperti mengenalnya!" Gumamnya.
Viko mendekati mereka, "benar, itu Clara!" Gumamnya. "Maaf, dia teman saya! Biar saya yang mengurusnya." Ucap Viko pada pria yang akan membawah Clara.
Pria penjaga tender tersebut, menatap Viko. "Maaf, apa anda bisa meninggalkan identitas anda." Ucapnya.
"Apa maksudmu? Kalian tidak percaya padaku!" Ucap Viko kesal.
"Maaf, Tuan. Ini masih dalam kawasan kami. Jadi kami berhak menjaga pelanggan kami." Ucap penjaga tender.
"Baiklah! Ini kartu namaku, kalian bisa menghubungiku jika terjadi sesuatu padanya." Viko memberikan kartu namanya yang didapat dari perusahaan kepada penjaga tender dan segera membawah Clara.
"Baik, Tuan." Penjaga tender menerima karu nama yang Viko berikan padanya.
Viko segera membawah Clara keluar klub dengan di bantu security. Sampai di mobil Viko segera membuka pintu mobil, dan membawah Clara masuk. Sebelum pergi dari parkiran klub Viko mengirim pesan pada kedua temannya, 'aku balik. Ada urusan.' Isi pesan singkat Viko.
"Ra, Ra. Ada apa denganmu?" Gumam Viko. Viko menatap Clara yang sudah tak sadarkan diri. "Kemana, aku akan membawahnya. Tak mungkin untuk pulang ke rumahnya, pasti mommy dan deddynya akan marah besar." Gumam Viko lagi sambil berpikir. "Kalau kerumah Lisa, juga tidak mungkin. Ahh, mungkin ke rumah Reina saja!!" Pikirnya.
Viko menyalahkan mesin mobilnya dan berlalu dari parkiran klub menuju ke rumah Reina.
******
Apartement Adnan
Adnan dan Reina telah sampai di apartement. Apartement kelas 1 di gedung itu, bertempat di lantai paling atas gedung.
"Tuan. Ini apatement anda?" Tanya Reina kagum.
"Iya! Kita sudah di sini, artinya ini apartementku. Bagaimana, kamu suka?" Jawab Adnan dengan tersenyum.
"Biasa aja! Tapi lumayan, aku suka. Karna ada kolam renangnya." Jawab Reina saat melihat kolam renang di samping ruang tamu.
"Biasa saja! Ah, dasar Reina." Gumam Adnan.
"Tuan, di mana kamarnya?" Tanya Reina saat melihat hanya ada satu pintu dengan tembok tertutup. Disisi lain apartement hanya bersekatkan kaca dan tirai, dari ruang tamu, ruang televisi, kolam renang bahkan dapur hanya bersekat dinding kaca dan tirai.
"Kamarnya hanya ada satu!" Jawab Adnan santai.
"Apa! Hanya ada satu, lalu anda mengajak saya kesini?" Pekik Reina. Tidak mungkin 'kan mereka akan tidur dalam satu kamar, pikir Reina.
"Iya, nanti kamu tidur di kasur dan aku di sofa!" Jawab Adnan lalu duduk di sofa ruang tamu.
"Astaga! Kalau aku tau, aku tidak akan ikut denganmu." Cecar Reina tanpa menggunakan panggilan anda dan saya.
Adnan hanya tersenyum melihat Reina yang kesal kepadanya. "Apa kau lapar?" Tanya Adnan.
"Tentu saja! Kita hanya makan siang tadi, dan ini sudah malam." Jawab Reina.
"Apa kau mau masak? Banyak stok makanan di lemari." Tawar Adnan.
"Aku tidak bisa masak! Nanti aku akan kursus masak, agar bisa masak saat mendesak seperti ini. Aku hanya bisa masak telur dadar dan mie instan." Ungkap Reina.
"Tidak apa? Kau bisa makan apapun yang kau suka. Akan ku pesan makanan saja." Ujar Adnan.
"Baiklah. Aku ingin mandi." Reina mengambil tas jinjing yang berisi baju.
"Ok. Ayo ku antar ke kamar!" Adnan mengiring Reina ke kamar.
Reina mengikuti Adnan dari belakang. Adnan menekan pasword saat sampai di depan pintu.
"Hei, kau mau apa?" Reina menarik lengan Adnan saat akan masuk ke kamar.
"Aku mau masuk!" Jawab Adnan yang di tarik keluar oleh Reina.
"Hei, aku mau mandi. Dan kau ingin ikut ke dalam?" Reina menolak Adnan yang akan masuk ke kamar.
"Yang, aku nggak akan berbuat apa-apa. Aku hanya akan menunggu di dalam." Minta Adnan.
"Tidak bisa. Bagaimana kalau kau mengintip." Tolak Reina.
"Nggak Yang! Sumpah." Adnan mengangkat dua jarinya menunjuk V pada Reina.
"Haa, baiklah. Aku tidak akan bisa mandi kalau bertengkar terus denganmu." Reina membiarkan Adnan masuk. "Di mana kamar mandinya?" Tanya Reina yang sedang menyiapkan baju ganti dan juga handuk miliknya.
"Di sebelah sana Yang." Jawab Adnan, lalu membuka jasnya dan mengganti dengan kaos oblong dari dalam lemari.
Reina tidak risih dengan apa yang Adnan lakukan di depannya, bahkan dia tidak terpesona dengan tubuh Adnan yang atletis.
"Apa kau tidak mandi?" Tanya Reina saat melihat Adnan yang sudah mengganti bajunya dengan kaos oblong.
"Nanti Yang, setelah habis makan." Jawab Adnan. 'Apa dia sudah biasa seperti ini?' Batin Adnan saat Reina terlihat biasa saja.
Reina berjalan menuju kamar mandi dengan membawah perlengkapan mandinya.
"Reina wanita yang tidak bisa diduga." Gumam Adnan, memikirkan kejadian tadi. Jika ini pertama kali, kenapa dia tidak terpesona atau malu, pikir Adnan.
"Hei, kau!" Panggil Reina pada Adnan.
"Aku!" Adnan menunjuk dirinya sendiri.
"Iya," jawab Reina.
"A-a-da apa?" Adnan gugup saat melihat Reina yang memanggilnya dari balik pintu kamar mandi yang hanya menjulurkan kepalanya keluar.
"Kenapa kau gugup? Apa kau mau mengintip?" Reina mengintrogasi Adnan.
"Tidak-tidak. Sumpah. Nggak ngintip kok. Kamu mau apa?" Jawab Adnan cepat.
"Apa kau punya sikat gigi yang baru? Aku lupa membawahnya." Tanya Reina.
"Iya. Ada. Ada di samping wastafel. Carilah" Jawab Adnan dengan menyembunyikan rasa gugupnya.
Reina kembali menutup pintu kamar mandi dan melanjutkan kegiatannya. Adnan menyapu dadanya "astaga, sulit sekali memahami wanita itu." Gumam Adnan.
Adnan memutuskan kembali keluar kamar dan menunggu di ruang tv sambil menonton siaran bola dunia.
Lima belas menit kemudian Reina keluar dari kamar mandi dengan setelan piyama tidur. "Ke mana dia?" Gumam Reina. "Biarlah, mungkin makan malamnya sudah datang, aku keluar saja." Lanjutnya.
Saat keluar dari kamar Reina langsung menemukan Adnan yang duduk di depan tv sedang menonton tv.
"Apa makanannya sudah datang?" Tanya Reina lalu duduk di samping Adnan ikut menonton.
"Belum. Mungkin sebentar lagi." Jawab Adnan tanpa berpaling dari arah tv.
"Oh," Jawab Reina singkat.
Adnan ingin mengganti siaran tv berpindah ke siaran drama korea yang di sukai para wanita, namun di halang oleh Reina
"Jangan di ganti." Ucap Reina sambil menghalangi arah remot tv.
"Kenapa? Bukankah para wanita tidak suka menonton bola?" Ujar Adnan.
"Tidak untukku! Aku suka menonton bola, apalagi bola dunia." Jawab Reina sambil terus menonton.
"Benarkah? Kau memang wanita unik." Ucap Adnan dengan tersenyum.
.
.
.
.
By... by... by... by... by....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments