.
.
"Haa... Leganya! Mandi pagi yang sejuk." Ucap wanita yang berada dalam kamar mandi, sambil menggosok-gosok badannya. Sedangkan Adnan yang berada di luar, tersenyum karena sang wanita tidak sadar jika ada seseorang yang menikmati suara sumbangnya.
Wanita itu telah selesai mandi. Dia mengambil handuk dan melingkarkan pada badannya. Handuk yang hanya sebatas atas dada dan paha.
Klek
"Haaaaa!! Sedang apa kamu di sini?" wanita yang setengah telanjang itu menutup area pribadinya dengan tangan. Bagaimana dia bisa masuk? Pikirnya.
"Haha!! Kau tenanglah. Aku ingin sarapan dengan kekasihku." Jawab Adnan sambil terbahak melihat Reina yang hanya memakai handuk setengah badan. 'Oh... Ternyata Reina.
"Eh, Tuan!! Dari mana anda masuk?" Tanya Reina ketus.
"Tenang saja. Aku tidak punya ilmu menembus dinding. Aku masuk lewat Pintu." Jawab Adnan Santai.
Mansion Haditama
Sementara di mansion Haditama, Mira sedang resah karena Adnan tak bisa dihubungi.
Tut tut tut tut
Beberapa kali Mira menghubungi Adnan, namun tidak tersambung. "Ada apa dengan anak itu!" Gerutu Mira. "Apa aku kantor saja?" Tanyanya pada diri sendiri. "Ya!! Ajak Claudya saja."
Mira menelpon Claudya untuk mengajaknya ke kantor Adnan. Claudya pun setuju, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Claudya pun tidak menceritakan kejadian waktu di mana dia dan Adnan bertengkar. Ada alasan Claudya tidak menceritakan kejadian itu, dia tidak mau Mira berubah pikiran untuk menjodohkannya dengan Adnan, saat tahu Adnan sudah mempunyai kekasih.
.
.
Kembali ke rumah Reina, kini dia sudah siap dengan setelan kerjanya, dia kembali ke dapur di mana Adnan yang tak mau beranjak dari kursi depan meja makan, dengan alasan lapar.
"Tuan, saya tidak punya apa-apa untuk di makan. Saya cuma punya mie instan." Jelas Reina.
"Apa saja, yang penting bisa makan. Tapi..." Adnan menggantung ucapannya.
"Ah, terserah! Saya cuma punya itu." Jawab Reina dan beralih ke arah kompor untuk membuat mie instan.
"Sayang, bagaimana kalau kita sarapan di luar saja?" Ajak Adnan.
"Tidak!! Aku mau telat." Tolak Reina mentah-mentah.
"Tapi, aku bosnya Baby!" Belah Adnan.
"Tetap saja. Itu tidak disiplin bos!" Ujar Reina.
"Haa, iya. Kau benar!" Jawab Adnan lesu. "Baiklah, akan ku coba, makan mie itu!"
"Memangnya kenapa dengan mienya?" Tanya Reina, tanpa melihat Adnan.
"Aku.., aku belum pernah makan mie instan!" Jawab Adnan malas.
"Ooh..." Reina mengangguk-anggukan kepalanya.
"Apa!! Hanya O saja!" Kesal Adnan.
"Lalu," Reina berpaling sebentar ke arah Adnan.
"Baby.., Sayang... aku serius." Jawab Adnan dengan beranjak mendekati Reina.
"Woo.., hebat. Kamu nggak pernah makan mie instan ya!!" Ujar Reina, namun terdengar seperti ledekan.
"Bagaimana kalau aku alergi?" Adnan duduk di meja samping kompor sambil memperhatikan Reina yang sedang membuatkan sarapan untuk mereka berdua.
"Ah lebay!!" Ucap Reina, lalu meletakan dua mangkuk mie instan di meja makan. Adnan mengekori Reina dan duduk di sampingnya.
Dengan keadaan terpaksa Adnan mencicipi mie instan buatan Reina. "Lumayan!" Ucap Adnan namun tak ditanggapi oleh Reina.
Adnan memakan mie instan di mangkuknya sampai tandas, Reina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. 'Tadi katanya, nggak doyan! Sekarang mangkuknya saja yang ngak ditelan.' Batin Reina mengumpati Adnan.
Adnan dan Reina berangkat ke kantor bersama. Sebenarnya Reina tak suka berangkat bersama Adnan, tapi Adnan memaksanya.
"Baby.., apa kau mau aku belikan mobil?" Tanya Adnan serius.
"Tidak!!" Jawab Reina cepat.
"Kenapa?" Tanya Adnan penasaran. Biasanya para wanita akan berbunga-bunga saat ada seorang pria akan memberikan mobil atau barang-barang mewah lainnya.
"Jangan samakan aku dengan wanita lain, yang matre!!" Ujar Reina ketus.
"Apa kau bisa melakukan telephati?" Adnan mengerutkan dahinya saat menatap Reina sebentar.
"Ya! Aku bisa!!" Jawab Reina asal, tanpa memandang Adnan.
"Apa!! Jadi kau bisa membaca pikiranku?" Ujar Adnan heran.
"Memangnya kenapa? Dengan orang yang memiliki telephati." Tanya Reina lagi, karna dia hanya reflek mengucapkan kata-katanya tadi.
"Ya!! Kalau begitu, aku tidak bisa bohong dong!" Ucap Adnan malas.
"Belum jadian sudah mau bohong!!" Gumam Reina.
"Apa?" Tanya Adnan yang mendengar sedikit suara Reina.
"Apanya, yang apa?"
"Tadi kau berkata sesuatu! Makannya aku tanya 'apa' " jelas Adnan.
"Tidak ada!!"
Akhirnya mereka diam, karena telah kehabisan topik untuk di bicarakan. Reina memilih turun di persimpangan jalan karena tidak enak dengan orang-orang di kantor, dan memilih naik taksi walau jarak sudah dekat.
*P**erusahaan Ditama*
Reina sudah sampai di kantor dia berjalan menuju ruangannya.
Klek
"Viko!" Kaget Reina. Viko telah duduk di ruangannya.
"Hai..!! Udah datang." Viko menyapa Reina.
"Ada apa?" Tanya Reina penasaran. " Apa ada kerjaan?" Reina masuk dan duduk di ruangannya.
"Nggak ada! Cuma kangen saja." Goda Viko.
"Enak aja. Aku mau kerja. Jangan ganggu." Usir Reina.
"Astaga, kau ini kejam sekali!" Ujar Viko malas.
"Emangnya kamu suka di marahin sama kak Adnan?" Tanya Viko.
"Iya. Makannya kamu keluar deh. Aku juga mau kerja."
"Na, Na... Kamu itu memang gila kerja ya!!" Umpat Viko.
"Terserah!!" Jawab Reina tidak peduli.
"Nanti ketemuan di kantin ya!" Viko pun langsung pergi keluar dari ruangan Reina.
Di ruangan Adnan, Mira dan Claudya telah sampai di sana.
"Mama mau apa ke sini? Dan dia ngapain." Tanya Adnan yang tidak senang dengan kehadiran mereka.
"Adnan!! Kamu ini kenapa sih. Seperti tidak senang Mama datang ke sini!" Mira duduk di sofa ruangan dengan mengajak Claudya.
"Aku bukannya tidak senang dengan Mama, tapi kenapa juga harus mengajak dia." Jelas Adnan masih dengan sikap tidak suka.
"Adnan. Hargailah Claudya. Mama yang mengajaknya ke mari." Ujar Mira sedikit keras.
"Aku tidak suka!!" Ucap Adnan serius.
"Mama tidak peduli. Claudya adalah jodohmu. Tidak ada penolakan." Ucap Mama tidak kalah sengit.
"Aku tidak mau menikah dengannya. Jangan memaksaku. Aku sudah punya calon untukku sendiri." Jelas Adnan dengan suara sedikit meninggi.
"Mama tidak mau yang lain. Mama hanya mau Claudya yang menjadi menantu mama." Bentak Mira.
"Kalau begitu Mama bisa menikahinya!!" Jawab Adnan santai.
"Adnan!!" Pekik Mira. "Kamu jangan kurang ajar. Apa kurangnya Claudya. Dia punya karir, seorang model, cantik dan baik juga." Ujar Mira marah.
"Apa Mama yakin kalau dia wanita baik?" Sarkas Adnan memandang sejenak pada Claudya.
"Apa maksudmu Adnan?" Claudya bangkit dari duduknya.
"Adnan! Jaga bicaramu. Mama tidak suka, kau bicara yang tidak-tidak tentang Claudya." Pekik Mira pada Adnan.
Claudya hendak pergi dari ruangan itu namun Mira mencegahnya.
.
.
.
.
Apa yang akan Adnan lakukan? Ditunggu ya🖐
...Jangan Lupa LIKE, COMENT and VOTEnya......
Love you all...💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments