Baby

perusahaan Ditama group

"Tidak bisa. Kamu harus siap. Itu adalah hukuman keduamu." Tegas Adnan pada Reina.

"Haa!!" Kaget Reina. "Kenapa seperti itu?"

Reina tidak percaya dengan apa yang Adnan katakan.

"Ya! Mau tidak mau, suka tidak suka kamu harus menerimanya." Adnan meyakinkan Reina bahwa dia tidak memiliki pilihan lain.

"Tuan! Tolong beri saya pilihan yang lain!" Minta Reina.

"Tidak." Tolak Adnan.

Lama Reina berpikir, akhirnya dia harus setuju juga. "Ahh! Sangat susah untuk mencari pekerjaan. Bagaimana ini? Apa aku terima saja. Mungkin memang harus diterima." Batin Reina mempertimbangkan.

"Baiklah Tuan." Jawab Reina dengan malas.

"Bagus!! Sekarang, ruanganmu ada di sebelah ruanganku." Ujar Adnan tersenyum.

"Apakah harus sekarang, Tuan?" Tanya Reina.

"Ya. Kenapa harus di tunda! Pekerjaanmu dimulai dari sekarang." Pinta Adnan.

"Ba-baik Tuan!" Reina langsung melangkahkan kakinya keluar ruangan.

"Nona Reina," panggil asisten Felix.

"Ya,"

"Mari saya antar keruangan anda, Nona." Ajak Felix.

"Jangan panggil Nona! Panggil Reina saja." Minta Reina pada Felix.

"Ya! Baiklah Reina. Mari saya antar." Reina mengikuti Felix yang berjalan di depannya.

Ceklek

"Ini ruangan kamu." Felix membukakan pintu ruangan sekertaris pada Reina.

"Trima kasih. Tapi saya mau mengambil barang-barang saya dulu Tuan." Ujar Reina.

"Jangan panggil Tuan. Panggil yang lain rupanya lebih enak di dengar!"

"Ok. Kalau begitu saya panggil Mas saja. Soalnya 'kan lebih tua dari aku." Ujar Reina dengan tersenyum.

"Terserah kamu aja. Apa kamu perlu bantuan?" Tanya Felix.

"Oh, tidak perlu. Barang saya hanya sedikit." Tolak Reina dengan tersenyum.

"Baiklah. Aku tinggal dulu." Felix pergi meninggalkan Reina di ruangannya.

Reina memandang ruangannitu sejenak lalu menghebuskan nafasnya kasar, 'huff, rasanya ada yang aneh.' Batin Reina. 'Aku membuat kesalahan, tapi diangkat menjadi sekertaris disini.' Reina duduk di kursinya yang sudah disediakan di ruangan itu. 'Apa Viko, merekomendasikan aku untuk jadi sekertaris?' Tanya Reina pada batinnya sendiri. "Haa, sudalah. Nanti aku tanya saja padanya." Gumam Reina.

Reina berjalan keluar, pergi ke bilik kerjanya yang dia tinggalkan. Reina mempersiapkan barang-barangnya untuk di bawah pindah ke ruangan baru.

"Hai, Na! Kamu kenapa? Kenapa dengan barang-barangmu? Apa kamu dipecat?" Cecar Lisa.

"Hai, aku mau pindah." Jawab Reina malas.

"Haa, pindah ke mana?" Kamu sudah nggak kerja disini lagi?"

"Hei! Tanya satu-satu. Aku mau pindah ke atas. Ke ruangan sekertaris bos!" Jawab Reina kesal.

"Waa!!! Pake santet apa Na, ajarin dong!" Cetus Lisa.

"Hee!! Siapa yang nyantet? Jangan asal ya. Tanya sama bos kalau mau tau alasannya."

"Becanda kali Na. Serius amat. Tapi kok bisa?" Tanya Lisa penasaraan.

"Kan udah dibilang, tanyain bos langsung. Aku aja masih nggak ngerti, tiba-tiba diauruh jadi sekertaris!" Reina kembali menduduki kursinya.

"Btw. Selamat ya. 'Kan enak gede gajinya." Ucap Clara menepis ketegangan antara keduanya.

"Iya sih. Tapi kok rasanya aneh ya!"

"Aneh gimana?" Tanya Lisa penasaran.

"Iya, aneh. Aku buat kesalahan, trus hukumannya jadi sekertaris. 'Kan aneh!" Ujar Reina.

"Ya!! Bos suka kali sama kamu." Ceplos Lisa.

"Iya, bisa jadi tuh!! Udah sikat aja. Yang penting perutnya nggak buncit!" Ucap Clara semangat.

"Kalau dia punya istri, gila. Aku disebut pelakor dong!" Kesal Reina.

"Enggak kok." Sambung Lisa. "Viko pernah cerita, kalau mereka belum ada yang nikah." Jelasnya yakin.

"Nah..!! Tuh 'kan masih jomblo. Sikat Sis..." Pinta Clara.

"Ohh, enggak deh. Kalian belum tau aja orangnya bagaimana." Reina telah siap dengan barang-barang di tangannya. "Ok. Aku ke atas dulu ya. Ntar di marain lagi." Ujar Reina malas.

"Ok. Kerja yang rajin ya. Entar kalau dapat bonus, kita-kita dibelanjain." Lisa melambaikan tangan pada Reina, seperti mau pergi jauh aja.

"Enak di elu dong! Nggak enak di gue." Jawab Reina dengan gaya anak-anak abg.

Reina telah sampai di ruangannya. Dia menata ulang ruangan itu sesuai yang dia inginkan.

Sementara di ruangan Adnan, dia sedang kedatangan seorang tamu wanita. Wanita itu tak lain adalah Claudya.

Ceklek

"Hai...!!" Sapa Claudya.

Adnan menatap sinis pada Claudya. Melihat cara berpakaiannya saja Adnan sudah muak, apalagi harus bersamanya dalam satu ruangan tertutup, pikirnya. Adnan, mengangkat gagang telvon dan menekan satu tombol yang tersambung dengan ruangan Reina.

Di ruangan Reina, dia kaget tiba-tiba telvon yang berada di mejanya berdering. Dengan segera dia Reina mengangkat telvon itu.

"...."

"Baik Tuan!" Jawab Reina.

kembali ke Adnan dan Claudya. Adnan sangat kesal dengan kedatangan Claudya. Sehingga Adnan tak bisa beramah-tamah dengannya.

"Mau apa ke sini?" Tanya Adnan ketus.

"Adnan! Sory aku mengganggu ya. Aku ke sini untuk makan siang! Bersamamu." Ucap Claudya bersemangat.

"Aku tidak punya waktu!!" Ketus Adnan.

"Tapi tante Mira yang memintaku datang!" Ujar Claudya.

""Aku tak peduli!! Aku sibuk." Tolak Adnan.

"Adnan. Sekali saja!" Minta Claudya dengan memelas.

"Sekali tidak. Ya tidak. Aku tidak mau, kau pergi saja." Usir Adnan.

"Tidak." Claudya beranjak dari duduknya menuju pada Adnan.

Adnan kaget saat Claudya dwngan beraninya duduk di pangkuannya dan mengalungkan tangan di lehernya.

"Apa yang kau lakukan Claudya?" Bentak Adnan dan langsung berdiri dari duduknya, membiarkan Claudya jatuh di bawah kakinya.

"Aww!! Adnan, kenapa kamu seperti ini? Aku adalah calon istrimu." Marah Claudya.

"Apa!! Mimpi!!" Adnan membuang mukanya dari Claudya, jijik rasanya Adnan melihat kelakuan Claudya.

"Ibumu telah menjodohkan kita Adnan."

"Kalau kamu mau, menikahlah dengan ibuku."

Ceklek

"Siang Tuan," sapa Reina.

"Rein, sini!" Panggil Adnan dengan melambaikan tangannya.

Reina masuk dengan secangkir kopi di tangannya lalu menghampiri Adnan dan Claudya.

Adnan merangkul bahu Reina, menunjukan pada Claudya bahwa kalau mereka mempunyai hubungan spesial.

"Kau lihat dia Claudya!" Reina ingin menurunkan tangan Adnan, namun Adnan telah memainkan matanya pertanda untuk diam. "Kenalkan. Ini Reina, kekasihku." Tiba-tiba saja Reina tersendak ludahnya sendiri mendengar perkataan Adnan.

"Uhuk-uhuk-uhuk..." 'Dasar bos gila! Dia bilang apa 'kekasihnya' gila. Dia akan membawahku dalam masalah.' Reina menggelengkan kepalanya, namun Adnan langsung saja menarik kepala Reina dan menyandarkan di bahunya.

"Baby... Kau baik-baik saja. Apa kau sakit?" Tanya Adnan dengan suara yang sangat lembut.

"Haa!! Hmm!!" Reina kaget dan langsung mengangguk karena diplototi oleh Adnan.

"Adnan!! Apa-apaan ini! Aku calon istrimu. Kita sudah dijodohkan Adnan." Bentak Claudya.

"Siapa yang mau berjodoh denganmu. Aku sudah mempunyai kekasih." Jelas Adnan Cuek.

"Adnan, aku akan memberitahukan ini pada tante Mira!!" Kesal Claudya dengan mengacungkan jari pada wajah Adnan dan berlalu dari ruangan itu.

.

.

.

.

Bagaimana dengan Reina selanjutnya? Ditunggu upnya ya🖐

Mohon dukungannya ya...

Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya...

Hadiahnya juga ya...

Love you all...💞

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!