Perusahaan Ditama group
"Adnan, aku akan memberitahukan ini pada tante Mira!!" Kesal Claudya dengan mengacungkan jari pada wajah Adnan dan berlalu dari ruangan itu.
Braak
Claudya menutup pintu ruangan Adnan dengan Keras hingga Reina Dan Adnan terperanjat.
Reina segera menjauhkan tubuhnya dari Adnan. Dengan memicingkan mata pada Adnan, Reina seperti meminta penjelasan padanya.
"Ayo, duduk dulu!!" Ucap Adnan sambil menunjuk kursi di depannya.
"Tuan, anda tidak seriuskan?" Tanya Reina dengan wajah yang tidak bisa diartikan.
"Kalau serius?" Ucap Adnan di telinga Reina.
"Haa!!" Reina terperanjat dari duduknya. "Tuan jangan bercanda!!"
"Aku tidak bercanda." Ucap Adnan sembari duduk di bangkunya.
"Tidak mau!!!" Tolak Reina Tegas.
"Hehe, tidak. Aku hanya bercanda!" Ujar Adnan.
"Haa!!!" Reina kembali duduk santai di kursinya. " Tapi Tuan..," keluh Reina.
"Ada apa?" Tanya Adnan sambil membuka laptopnya.
"Anda membuat saya dalam masalah!" Ucap Reina dengan merebahkan badannya di kursi.
Adnan menatap Reina sambil tersenyum. Baru kali ini ada bawahan yang bersikap santai di depannya.
"Maksud kamu?" Adnan memicingkan matanya.
Reina menegakan badannya seketika, "Tuan!! anda tidak mengerti? Astaga Tuan, anda membuat masalah pada hidup saya! Bagaimana kalau wanita Tuan itu melabrak saya?" Jelas Reina.
"Dengar ya!! Tidak akan ada yang seperti itu! Dan dia bukan wanitaku."
"Tapi dia calon istrimu Tuan." Bantah Reina.
"Tidak!! Dia yang mau menikah denganku, tapi aku tidak ingin menikah dengannya." Bantah Adnan lagi.
"Haa!! Terserah anda. Tapi kalau dia datang melabrak saya, saya akan memberitahukan padanya, kalau Tuan berbohong."
"Eh, eh, jangan!!" Minta Adnan.
"Lalu? Saya harus apa kalau dia datang pada saya."
"Ya.., kamu bilang saja kalau kamu memang kekasihku."
"Nggak ah, Tuan!! Saya takut tadi pun dia mengancam! Bagaimana kalau ibu Tuan yang datang?"
"Kamu tenang saja! Saya yang akan menghadapi mereka, jika mereka berbuat ulah. Katakan saja padaku."
"Kenapa harus saya sih?" Tanya Reina malas.
"Karna hanya kamu wanitaku." Ucap Adnan serius, tapi tidak dianggap oleh Reina.
"Sudah deh, Tuan. Jangan becanda terus. Saya pusing. Pamit dulu Tuan." Ujar Reina lalu beranjak dari tempatnya dan menuju keluar.
Adnan menatap punggung Reina yang keluar dari ruangannya. Padahal Adnan sudah mengumpulkan segala keberanian untuk mengatakan hal kecil itu, namun Reina tak menanggapinya dan hanya dikira bercanda. Adnan frustasi sendiri dengan Reina yang tidak peka terhadapnya, sampai dia mengacak-acak rambutnya.
"Huuf, Rein apakah aku harus teriak di telingamu, agar kamu peka dengan perasaan ini." Gumam Adnan dengan memegang dadanya sendiri.
Jam istirahat kantor dimulai. Reina pergi ke kantin untuk menyusul para sahabat-sahabatnya, yang telah menunggu di kantin. Sebelumnya Clara sudah mengirimkan pesan pada Reina jika mereka berada di kantin kantor.
Reina sampai di kantin, langsung menarik kursi dan duduk. "Sory ya!! Lama." Ucap Reina tidak bersemangat.
"Kenapa, kok lesu amat?" Tanya Lisa.
"Banyak kerjaan!" Jawab Reina Cepat. Reina termasuk pribadi yang tertutup. Dia tidak akan bicara hal yang terlalu pribadi menurutnya.
"Eh, Na!! Gimana sama bos baru? Ada tanda-tanda ngak?" Tanya Clara.
"Ada," jawab Reina asal.
"Haa!!" Clara menutup mulutnya mendengar jawaban Reina.
"Iya, tandanya dia lagi ngidam." Jawab Reina kesal. Dia tahu maksud yang Clara tanyakan.
"Siapa yang ngidam?" Tanya seorang lelaki dari belakang mereka.
"Viko!!" Ucap mereka bersamaan.
"Haa!! Aku tanya siapa yang ngidam! Apa kamu ngidam Na?" Tanya Viko dan langsung duduk di antara mereka.
"Enak aja kalau ngomong." Reina melemparkan tissu di tangannya pada Viko.
"Ya, kirain kamu Na. Tapi kalau kamu hamil, aku siap kok tanggung jawab!" Ujar Viko.
"Enak saja. Nggak bakalan mau, akunya." Ucap Reina sambil menyesap minuman.
"Kalau aku yang hamil?" Tanya Clara tiba-tiba.
"Kalau kamu!"Jawab Viko tertahan, "Aku akan mencarikan pria yang baik, untuk bertanggung jawab." Jawab Viko sambil tersenyum.
Clara hanya diam mendengar jawaban Viko, yang tak seperti yang dia bayangkan. Saat semua terdiam Lisa memecah kehingan antara mereka.
"Helow!! Apa kalian sadar? Ada manusia di sini. Dari tadi kalian bicara seakan aku tak ada! Huu... kesalnya!!!" Viko, Reina dan Clara menatap Lisa yang terlihat kesal.
"Huu... sayang!! Cup cup cup nanti cantiknya ilang!" Ujar Reina sambil merangkul sahabatnya.
"Lebay...!!" Ujar Viko.
"Apa katamu? Lebay!!!" Kesal Lisa sambil menunjuk kearah Adnan.
"Ho'o" Viko tersenyum tipis.
"Hei, kau tau! Kau itu yang lebay. Datang-datang ngerumpi dengan wanita-wanita cantik. Apa kau tidak punya teman pria, untuk di ajak ngerumpi. Aku curiga padamu!!" Ucap Lisa mengsangsikan Viko.
"Apa maksudmu?" Tanya Viko penasaran.
"Aku curiga, apa kau ini berbelok." Ujar Lisa, dengan setengah berbisik.
"Apa!!!" Pekik Viko.
"Ya, siapa tau aja!" Lisa mengangkat kedua tangannya.
"Dasar kau. Apa kau mau, aku menghamilimu untuk membuktikannya." Kesal Viko.
"Haa! Serem. Aku takut." Ledek Lisa dwngan gayanya. "Mulut bisa berkata lain..."
Plaak
"Aww, Viko sakit!!" Ringis Lisa yang mendapat tabokan di kepalanya oleh Viko.
"Aku akan membawahmu ke hotel, untuk membuktikannya." Ujar Viko.
"Oh, no! Ok. Ok. Aku percaya," Lisa mengakhiri perdebatan mereka.
Tiba-tiba suara handphone Reina berbunyi. Reina segera menggeser layar ponselnya dan menerima panggilan dari Adnan.
"Halo," jawab Reina.
"...."
"Di kantin!"
Tut tut tut tut
Tiba-tiba saja Adnan mengakhiri panggilan secara sepihak.
"Siapa Na?" Tanya Lisa.
"Bos!!" Jawabnya santai.
"Kenapa?" Tanya Clara.
"Nggak tau! Mungkin ada pekerjaan." Reina memasukan handphonenya ke dalam tas berniat untuk kembali bekerja.
"Apa itu kak Adnan." Tanya Viko diangguki oleh Reina.
"Ke..." ucapan Viko terhenti saat seseorang menarik kursi dan duduk di antara mereka.
"Kak, Adnan!!" Sapa Viko kaget, Tak biasanya Adnan mau duduk hanya dengan karyawan biasa saja. Apalagi ini di kantin kantor yang pertama kali dia datangi.
"Apa aku boleh duduk di sini?" Tanya Adnan padahal dia sudah duduk terlebih dulu.
"Pertanyaan apa itu, padahal dia sudah duduk lalu tanya 'apa boleh duduk' dasar plin-plan" Gumam Reina yang terdengar seperti berbisik.
"Apa kau mengatakan sesuatu?" Adnan menatap Reina yang seperti mengatakan sesuatu padanya.
"Ah!! Tidak Tuan. Apakah ada pekerjaan penting yang membuat anda sampai ke sini?" Tanya Reina sopan.
"Oh!! Tidak. Aku hanya ingin bergabung dengan kalian." Ucap Adnan sambil menyandarkan punggung di kursinya.
"Tidak bisa!" Cetus Lisa.
Adnan, Reina, Viko dan Clara menatap Lisa penasaran. Clara menyenggol kaki Lisa memberikan kode agar dia tak membuat masalah dengan bosnya.
"Kenapa? Itu benarkan?" Ucap Lisa kepada sahabat-sahabatnya.
.
.
.
.
Apa dengan Lisa! Ditunggu up-nya ya🖐
Mohon dukungannya...
Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya...
Hadiahnya juga ya😁
Love you all...💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments