Perusahaan Ditama Group
.
.
"Apa Mama yakin kalau dia wanita baik?" Sarkas Adnan memandang sejenak pada Claudya.
"Apa maksudmu Adnan?" Claudya bangkit dari duduknya.
"Adnan! Jaga bicaramu. Mama tidak suka, kau bicara yang tidak-tidak tentang Claudya." Pekik Mira pada Adnan.
Claudya hendak pergi dari ruangan itu namun Mira mencegahnya.
"Tunggu Claudya. Tetap di sini. Jangan pergi." Pinta Mira.
Claudya membalikan badannya, menghadap Mira. "Sudalah Tante, kalau Adnan tidak mau jangan di paksa." Dengan memasang wajah sendu.
"Adnan!! Kamu keterlaluan." Marah Mira.
Tok tok tok tok
"Masuk!" Pinta Adnan saat mendengar pintu ruangan di ketuk. Adnan tahu siapa yang datang, hanya 2 orang yang akan datang ke ruangannya.
Klek
"Pagi Tuan!!" Reina terkejut, ternyata di dalam ruangan itu tidak hanya Adnan, tapi ada seorang wanita parubaya dan wanita yang di jodohkan dwngan Adnan.
Reina sempat shok namun dengan cepat dia menetralkan diri, agar terlihat biasa saja.
"Masuk, Rein!!" Pinta Adnan.
Reina menundukan kepalanya sedikit kepada 2 wanita yang berada di ruangan itu, dan melanjutkan langkahnya ke depan Adnan.
"Tuan, ini berkas hari ini! Saya sudah memeriksanya, anda tinggal menandatanganinya saja." Jelas Reina.
"Ya, letakan saja di situ. Saya akan lakukan nanti. Apa nanti siang kita akan sibuk?" Tanya Adnan santai.
"Jadwal anda kosong Tuan." Jawab Reina.
"Baik!! Kalau begitu kita akan keluar untuk makan siang berdua." Ucap Adnan seperti sedang meledek Mira dan Claudya yang masih berada di ruangan itu.
"Tapi Tuan," Reina tak dapat meneruskan ucapannya karena telah di selah oleh Adnan.
"Tidak ada penolakan." Selah Adnan cepat.
Reina memandang 2 wanita yang berada di rungan itu, lalu berpaling kembali ke Adnan.
"Apa-apaan kamu Adnan? Di sini ada Claudya yang siap kapan pun kau ajak. Kenapa harus mengajak wanita tidak jelas ini." Mira mengangkat telunjuknya pada Reina.
"Yang tidak jelas itu dia Ma. Wanita yang di samping Mama itu." Ujar Adnan.
"Tuan!! Sepertinya ini masalah keluarga anda. Saya tidak pantas di sini. Saya pamit," Reina merasa tidak enak, ternyata wanita paruhbaya itu adalah ibunya Adnan.
"Bagus!! Kalau kamu tau tempatmu." Jawab Mira sinis.
Adnan tidak melarang Reina, saat dia melangkah keluar. Padahal dia berpikir akan mendapat pembelaan dari Adnan.
'Dia membuat ku dalam masalah sekarang!' Batin Reina. "Huuf!!!" Reina menghembuskan nafasnya.
Klek
"Ma! Mama lihat kerjaan ku. Lebih baik Mama pulang dan jangan ganggu aku." Pinta Adnan, seakan mengusir Mira.
"Kau mengusir Mama!" Mira menunjuk dirinya sendiri.
"Bukan Mama saja. Tapi dia juga." Jawab Adnan sinis.
"Anak durhaka kamu Adnan. Apa wanita tadi sudah mencuci otakmu?" Pekik Mira.
"Wanita tadi itu namanya Reina. Dia sekertarisku!!" Jawab Adnan.
"Ya!! Apa seorang sekertaris suka menggoda atasannya!" Sinis Mira, menjelekan Reina.
"Cukup Ma! Apa Mama punya pengalaman dengan papa, yang di goda sekertarisnya juga?" Adnan tidak mau kalah, itulah sifatnya. Dan sifat itu pun yang di miliki Mira, jika mereka sudah berkendak maka tidak ada yang dapat menghalanginya.
******
Di ruangan Reina, Dia sedang mengotak-atik laptopnya. Reina tidak suka pekerjaan yang menumpuk, dia akan menyelesaikan pekerjaannya selagi masih ada waktu. Tiba-tiba ruangannya terbuka tanpa di ketuk.
Ceklek
Reina menegadahkan wajahnya melihat siapa yang datang.
'Deg...deg...deg...' Jantung Reina berpacuh dengan cepat melihat kedatangan Mira dan Claudya. "Ada yang bisa saya bantu Nyonya?" Tanya Reina sopan.
"Ya, panggil saya Nyonya. Kau harus tau tempatmu. Kau hanya sekertaris rendahan, jadi jangan coba-coba menggoda anak saya. Saya tidak akan memberikan toleransi jika itu terjadi, akan ku buat hidupmu menderita." Ujar Mira mengancam Reina.
"Maaf, Nyonya. Saya tidak pernah menggoda anak anda." Ucap Reina lantang saat Mira dan Claudya berbalik untuk pergi.
"Berani kamu, berteriak pada saya. Hei kamu itu hanya sekertaris rendah yang tak punya harga diri. Menggoda atasan untuk harta. Jangan berani sama saya, atau kamu akan tau akibatnya." Ucap Mira.
"Sudalah Tante!! Orang kayak dia itu nggak punya etika. Taukan orang yang bibitnya dari kalangan bawah! Ya seperti itu." Ucap Claudya menghina Reina.
"Hati-hati dengan bicara anda Nona. Apa anda tidak berkaca dengan diri anda sendiri. Sehingga menghinaku." Balas Reina.
Plaaak
"Dasar wanita tidak tau diri." Marah Mira dan menampar pipi Reina dengan sangat keras hingga meninggalkan bekas yang memerah.
"Sikap anda, mencerminkan diri anda sendiri Nyonya." Ucap Reina sambil memegang pipinya.
"Ayo Tante, kita pergi saja. Nggak level ribut dengan dia." Claudya segera melerai Mira, jangan sampai Reina mengadu pada Adnan. 'Aku harus mmbuat rencana untuk menyingkirkan wanita ini.' Batin Claudya dengan merangkul bahu Mira dan mengajaknya keluar dari ruangan itu.
"Rasanya belum puas Tante memberikan dia pelajaran." Mira kesal karena Claudya sudah membawahnya.
"Sudah. Kita bisa membuat rencana untik menyingkirkan wanita itu, Tante." Usul Claudya.
"Kau benar. Kamu tenang saja Tante tidak akan pernah membiarkan wanita itu dekat dengan Adnan. Tante akan segera memaksa Adnan, supaya kalian cepat bertunangan." Ujar Mira dengan ambisi yang besar.
Claudya tersenyum tipis mendengar perkataan Mira. Claudya berpikir Mira adalah kunci satu-satunya untuk dia mendapatkan Adnan, demi karirnya dia akan melakukan apapun walau harus menyingkirkan Reina.
******
Diruangan Reina Adnan menyapanya.
Klek
Reina mengangkat kepalanya melihat Adnan yang datang, kemudian menyandarkan punggung sambil memegang kepala.
"Ada apa? Kamu sakit?" Tanya Adnan dengan mendekat kearah Reina.
"Tuan!! Tadi Nyonya marah-marah pada saya!" Ujar Reina, bukan maksud dengan mengaduh.
"Mama? Dia bilang apa sama kamu?" Tanya Adnan, lalu duduk di depan Reina.
"Maaf, Tuan. Saya, bukan maksud untuk mengaduh. Tapi tolong bebaskan saya!" Ucap Reina memohon.
"Saya tidak menyekap kamu. Untuk apa membebaskan!"
"Tapi anda membuat saya dalam masalah Tuan." Ucap Reina. "Sebelumnya saya belum pernah menghadapi masalah kayak gini!"
"Kamu tenang saja. Saya tidak membiarkan sesuatu terjadi pada kamu." Ucap Adnan serius.
"Haa!! Tapi kita tidak punya hubungan Tuan!" Jelas Reina.
"Kata siapa?" Tanya Adnan.
"Ya, kata sayalah!" Ucap Reina menunjuk dirinya sendiri.
"Nggak ada!! Saya sudah bilang, kamu adalah wanitaku." Ucap Adnan tegas.
"Tapi saya tidak menyetujuinya Tuan." Jawab Reina malas.
"Iya. Saya tau!"
"Lalu,"
"Tapi aku nggak terima penolakan. Apalagi itu dari kamu!" Jawab Adnan santai.
"Itu, sama saja anda memaksa!!" Kesal Reina.
"Jangan marah-marah Yang!! Aku nggak maksa. Aku cuma nggak mau kamu menolak." Alibi Adnan yang tak mau di salahkan.
.
.
.
.
Apa yang akan Reina lakukan dengan Adnan yang keras kepala?🖐
Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya...
Love you all...💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments