Perusahaan Ditama Group
"Jangan marah-marah Yang!! Aku nggak maksa. Aku cuma nggak mau kamu menolak." Alibi Adnan yang tak mau di salahkan.
"Haa!! Sudahlah, topik ini tidak akan selesai." Reina sudah malas membicarakannya, karena Adnan tidak akan pernah mendengarkannya.
"Baiklah. Ayo." Adnan menyudahi percakapan mereka, dan mengajak Reina untuk keluar.
"Kemana?" Reina bingung. Hari ini tidak ada jadwal apapun yang mengharuskan mereka keluar kantor.
"Cari makan!" Jawab Adnan dan beranjak dari kursinya.
"Tapi.., ini belum jam makan siang." Jelas Reina.
"Tidak perlu tunggu jam makan siang, lagipula tidak ada kerjaan." Jawab Adnan sambil menarik tangan Reina untuk mengikutinya.
"Eh..eh...eh... Tunggu. Tasku ketinggalan." Reina menyambar tasnya yang berada meja kerjanya.
Adnan tak peduli walau Reina mencoba melepas jemarinya, genggaman Adnan sangat erat hingga sulit dilepaskan.
******
Adnan membawah Reina kesebuah restoran tepi pantai, tidak mewah namun itu sangat membuat Reina senang.
Adnan mulai memahami Reina, seperti saat ini dia bisa saja membawah Reina ke resyoran mewah dan berbintang lima, namun Adnan memilih tempat yang biasa dan bebas.
"Wah!! Keren." Ucap Reina yang sedang menikmati angin pantai dengan merenggangkan tangan.
"Hm, kau sangat suka tempat ini!" Adnan mengsejajarkan dirinya dengan Reina.
"Em, iya. Tuan Tau?"
"Tidak!" Jawab Adnan cepat.
"Ya, sudah kalau tidak tau." Kesal Reina yang ucapannya diselah.
"Haha.., maaf! Katakanlah, aku akan mendengarkan." Pinta Adnan.
"Haa!! Aku lapar!" Jawab Reina malas.
"Apa! Hanya itu yang ingin kau katakan. Ayolah Beb, aku hanya bercanda tadi." Adnan menjadi penasaran dengan apa yang akan Reina katakan.
"Astaga Tuan... jangan seperti itu. Kita bukan pasangan kekasih. Malu!" Reina melepaskan rangkulan tangan Adnan dari bahunya.
"Sayang!! Suka-suka aku dong." Adnan kembali merangkul Reina.
"Astaga kekanakan sekali." Reina kesal dan melangkahkan kakinya meja yang sudah pesan oleh Adnan tadi.
"Biarlah, kekanakan! Asal bisa menjadi kekasihmu." Ujar Adnan dengan menopang dagu dengan kedua telapak tangan dan tersenyum.
Reina tak menjawab perkataan Adnan saat ini, karna dia tahu perkaranya akan menjadi panjang. Reina hanya duduk diam sambil melipat kedua tangannya di dada.
******
Mansion Haditama
Mira masuk ke dalam rumah dengan wajah yang tegang karena kesal. Virgo yang melihat wajah yang tak mengenakaan istrinya, akhirnya menyapa.
"Ada apa?" Sapa Virgo yang sedang duduk di ruang tamu.
"Anakmu itu!! Kurang ajar. Dia mengusirku dari kantor." Aduh Mira pada suaminya.
"Apa Mama berbuat sesuatu?" Tanya Virgo, yang sudah tahu sifat istrinya.
"Berbuat apa? Aku ke sana karna, tidak menemuinya tadi pagi!" Ketus Mira.
"Apa kau pergi sendiri?" Tanya Virgo lagi.
"Aku mengajak Claudya." Jawab Mira.
"Itulah letak masalahnya. Kau mengajak wanita itu kesana, jika tidak Adnan tidak akan mengusirmu." Jelas Virgo.
"Di mana salahnya? Aku mengajak calon istrinya. Kenapa dia harus tidak suka?" Mira masih tidak mengerti dengan perkataan Virgo.
"Sekarang aku tanya! Apa Adnan sudah menyetujui perjodohannya?" Tanya Virgo.
"Ya.., belum. Tapi aku akan berusaha agar dia menikah dengan Claudya. Tidak ada yang lebih pantas dari Claudya! Apalagi sekertaris murahan itu." Ungkap Mira.
"Siapa? Sekertaris Adnan. Sudah aku katakan, jangan ikut campur dengan hidupnya. Apalagi pasangan hidupnya, biarkan dia menentukannya sendiri. Jika sudah begini maka hadapilah Adnan." Ucap Virgo menasehati istrinya.
"Tidak! Aku tidak sudi Adnan berhubungan dengan sekertaris itu." Duara Mira meninggi karena tidak mendapat dukungan dari Virgo.
"Apa kau lupa, siapa dirimu dulu. Dan aku tidak akan menikahimu jika kau tak menjebakku. Bahkan mungkin kau lebih rendah dari sekertaris yang kau hina itu." Virgo melangkah pergi saat mengungkap jati diri Mira yang sesungguhnya. Mira terpaku mendengar ucapan Virgo padanya, dia tahu jika saat ini emosi suaminya sudah meledak. Mira hanya dapat menatap punggung Virgo yang telah menjauh darinya.
******
Perusahaan Ditama Group
Viko, Lisa dan Clara sedang berada di kantin, pada jam makan siang mereka memutuskan makan di kantin saja dengan sedikit berbincang-bincang.
"Kurqng seru, nggak ada Reina!" Ungkap Lisa.
"Maklumin aja Lis, skarangkan dia sekertaris bos, jadi kesibukannya juga lebih banyak." Jawab Clara.
"iya juga sih!!" Lisa nampak malas.
"Eh, tapi gue lihat. Si bos kayak nempel terus sama Reina. Kemarin aja di susul sampai sini!" Ujar Clara.
"Iya, apa kakak kamu naksir Reina, Vik?" Tanya Lisa penasaran.
"Nggak tau! Mungkin memang lagi sibuk aja!" Jawab Viko sambil mengaduk-ngaduk minumannya.
"Vik, kamu lagi ada masalah." Tanya Clara sambil menggengam jemari Viko.
Viko tersentak dan langsung menarik tangannya, "nggak kok! Cuma capek aja. Banyak kerjaan."
"Kamu kelihatan lesu. Apa karna nggak ada Reina di sini?" Sambung Lisa.
"Eh, kerjaan aku masih banyak. Aku balik duluan ya!" Viko beranjak dari kursinya dan pervi begitu saja. Clara dan Lisa hanya menatap kepergian Viko tanpa ada yang bersuara.
Viko yang sejak dulu memendam perasaannya pada Reina, merasakan cemburu saat ada pria lain yang dekat dengan Reina.
Sedangkan di antara mereka berempat hanya Lisa yang mengerti perasaan di antara meraka. Dimana Reina yang tak ingin memiliki hubungan dengan para Pria, Viko yang menaruh perasaan pada Reina dan perasaan Clara pada Viko.
******
Sementara 2 orang yang menjadi topik bahasan sedang asik makan di restoran tepi pantai.
"Beb, makan yang banyak. Biar kamu nggak kurus." Ujar Adnan.
"Uhuk...uhuk...uhuk..." Reina tersendak makanannya sendiri.
"Aduh, pelan-pelan." Adnan mengambilkan air sambil menepuk-nepuk pelan punggunhg belakang Reina. "Aku menyuruhmu banyak makan, tapi pelan-pelan saja!" Ucap Adnan sembari mengambil gelas yang sudah kosong dari tangan Reina.
"Tuan!! Aku tersendak karnamu." Kesal Reina.
"Tapi aku berkata yang baik untukmu!" Bantah Adnan.
"Tuan! Kuperingatkankan jangan memanggilku dengan sebutan beb, sayang atau apapun yang lainnya!" Bentak Reina, hingga parah pengunjung lain melemparkan pandangannya.
"Maaf. Istri saya lagi ngidam," Ucap Adnan kepada pengunjung lain dan mendapat anggukan.
Reina membulatkan matanya mendengar perkataan Adnan. "Tuan, tolong bawah saya ke rumah sakit." Ujar Reina yang telah menyandarkan punggungnya di kursi.
"Kamu kenapa? Apa makanan yang tersendak tadi belum keluar." Tanya Adnan panik. "Akan ku tuntut restoran ini, jika terjadi sesuatu padamu." Geram Adnan, hingga Reina harus membungkam mulut Adnan dengan telapak tangannya.
"Emp...emp..." Adnan berusaha melepaskan jemari Reina.
"Huhuhu.... Ayo kita pulang!" Reina menyambar lengan Adnan dan membawahnya menjauh dari tempat mereka. "Huhuhu... Tuan, kau membuatku malu." Ucap Reina di selah langkahnya.
"Sayang... Di mana malunya?" Adnan bingung dengan sikap Reina.
.
.
.
.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?🖐
Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya...
Love you all...💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments