Perusahaan ditama Group
Ceklek
"Tuan," panggil Felix. "Ini pesanan anda, dan ini resep dari apotik." Ujar Felix.
"Baiklah, kau boleh keluar!" Pinta Adnan.
Felix keluar ruangan dengan kepala tertunduk. Pasalnya, dia membelikan 3 bungkus makanan kotak, untuk mereka makan bertiga. Namun rencananya sia-sia, karna begitu makanan datang dia diminta meninggalkan ruangan Adnan.
"Huu... dasar bos nggak pengertian!" Umpat Felix sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal lalu kembali ke ruangannya.
Diruangan Adnan. Adnan telah memaksa Reina untuk makan.
"Rein, ayo makan!" Ujar Adnan.
"Tidak, Tuan. Trima kasih!" Tolak Reina sopan.
"Rein, kamu sedang diet?" Tanya Adnan.
"Tidak Tuan!" Jawab Reina cepat.
"Bagus. Kalau begitu makan sekarang! Ini perintah." Ujar Adnan.
"Haa!!" Reina melongo menatap Adnan. Dengan terpaksa dia mengambil makanan yang ditawarkan Adnan padanya.
Setelah selesai makan Reina ingin pamit kembali bekerja namun Adnan tidak memberikan ijin.
"Tuan saya sudah selesai. Saya akan kembali bekerja!" Pamit Reina.
"Tunggu!!" Pinta Adnan.
"Ya," Reina berbalik menghadap Adnan.
"No. Tetap disini." Reina kembali duduk atas perintah Adnan.
"Ada apa lagi Tuan? Pekerjaan saya masih banyak." Ujar Reina dengan wajah memelas.
"Mulai sekarang kamu akan bekerja sebagai sekertarisku." Kata Adnan mantap.
"Tapi Tuan! Sayakan sudah bekerja sebagai staf di perusahaan ini." Tolak Reina secara halus.
"Saya tidak mau penolakan!" Tegas Adnan.
"Tidak bisa begitu dong Tuan!" Suara Reina.
"Kenapa?" Adnan melotot pada Reina karena berani bersuara keras pada Adnan.
"Bukan, maksud saya menolak. Ta-tapi saya tidak ada bakat sebagai sekertaris Tuan." Alibi Reina.
"Saya tidak perlu bakat kamu. Saya hanya perlu kamu menjadi sekertaris saya." Tegas Adnan.
"Tuan! Setidaknya berikan saya waktu untuk berpikir."
"Baiklah. 5 menit." Adnan sambil mengangkat 5 jarinya.
"Haa!! Se-se-cepat itu." Kaget Reina sambil terbata-bata.
Adnan mengangukan kepalanya menghadap Reina.
"Tuan berikan saya waktu sehari. Saya akan memikirnya dan belajar juga," minta Reina.
"Baiklah. Saya tunggu sampai besok." Ujar Adnan sambil mempersilakan Reina keluar.
Reina kembali ke bilik kerjanya sendiri. Dia tampak lesu memikirkan Adnan yang tiba-tiba memintanya menjadi sekertaris.
"Woy. Mikirin apa sih kok ngelamun." Sahabat Reina Lisa dan Clara menyapa ke bilik kerjanya.
"Astaga!! Ngagetin aja sih." Reina kembali membuka laptopnya. "Nggak ada kok. Cuman lagi pusing aja kerjaan banyak." Alibi Reina. Reina memang orang yang sedikit tertutup, dia tidak akan bercerita hanya untuk hal-hal kecil.
"Nggak! Tapi kok ngelamun aja! Sampe nggak liat kita-kita datang." Ujar Lisa sambil menyenggol Clara.
"Iya, nih. Eh, cerita dong yang kemarin itu ke kita Na." Minta Clara.
"Kemarin apaan?" Tanya Reina, sok lupa.
"Ah, Kamu Na. Kita tau lagi kemarin kamu di panggil ke ruangan besar. Trus tadi ada dokter datang pas kamu di ruangannya bos. Ngapain?" Sambil menggoda sahabatnya.
"Tau dari mana kalian." Tanya Reina penasaran.
"Yab elah, Na. Skrang itu, dinding pun bertelinga. Jadi, jangan main rahasia-rahasiaan de sama kita." Ujar Lisa.
"Aah, Bukannya rahasia. Cuman nggak penting aja kok." Jawab Reina santai. "Tapi entar gue cerita di kantin." Lanjut Reina.
"Ok. Ayo berangkat sekarang!" Ajak Clara.
"Sebentar, gur selesein ini dulu." Ucap Reina sambil mengotak-atik laptopnya.
Clara dan Lisa mengiyakan perkataan Reina, menunggu sampai dia menyelesaikan pekerjaanya. kemudian mereka pergi ke kantin.
Sampai di kantin, mereka memesan makanan, namun Reina hanya memesan minuman saja karena dia masih merasa kenyang lantaran di paksa makan oleh Adnan tadi.
"Na, mau pesan apa?" Tanya Clara.
"Enggak deh. Aku minum aja!" Jawab Reina.
"Kenapa?" Tanya Lisa.
"Enggak laper aja. Tadi sarapan di rumah kebanyakan." Jawab Reina.
"Oh...!! Lisa hanya ber O ria mendengar jawaban Reina.
"Trus, ceritanya bagaimana?" Tanya Lisa penasaran.
"Yah, gitu deh." Reina memulai ceritanya. "Kemarin laptop Viko ketinggalan di mejaku. Pas aku tau dia mau ada miting jadi aku anterin aja laptopnya. Enggak sengaja ku tumpahin air yang di meja, kena bos."
"Trus?" Lanjut Clara yang menyimak cerita Reina.
"Ya...!! Trus, gitulah. Aku dapat ganjaran dari bos. Ngerjain pekerjaan banyak banget sampe lembur tadi malam. Nah, tadi aku antar berkas-berkas kemarin trus pinsan di ruangan bos!" Lanjut Reina santai.
"Apa!!" Pekik Clara dan Lisa bersamaan.
"B aja kali. Aku tuh nggak sekarat!"
"Ya, kamu mah. Gitu! Kita tuh perhatian kali, sama sahabat. Apalagi kalo sekarat!" Ujar Clara.
"kalian nyumpahin aku, sekarat!" Kesal Reina.
"Yah, nggak lah Na. Masa iya nyumpahin temen yang enggak-enggak." Bujuk Clara.
"Eh, tapi kamu nggak apa-apakan Reina?" Tanya Lisa khawatir sambil memegang telapak tangan Reina.
"Enggak! Mungkin cuma kecapean aja!" Jawab Reina meyakinkan sahabatnya.
"Tapi, masalah itu, untung loh nggak sampai di pecat!" Ungkap Lisa.
"Enggak, untungnya ada Viko." Jawab Reina.
"Eh, ngomong-ngomong, Viko lagi keluar kota 'kan?" Tanya Clara meyakinkan dirinya.
"Iya! Tadi Viko mampir ke aku. Katanya mau keluar kota sebentar aja. Aku nanyain kapan pulang. Katanya entar liat aja." Ungkap Lisa.
"Kok, dia nggak ngabarin aku ya." Tanya Reina.
"Kenapa? Kangen?" Tanya Lisa.
"Enak aja. Biasanya juga ngabarin aku, tapi ini kok enggak ya. Apa dia marah?" Tanya Reina.
"Marah kenapa?" Tanya Lisa.
"Siapa tau dia marah gara-gara yang kemarin!" Jawab Reina. " Ra, kamu kenapa?" Tanya Reina. Clara hanya menggelengkan kepalanya. "Kamu sakit?" Tanya Reina lagi. "Kok diam aja!"
"Nggak kok. Cuman pikirin kerjaan aku tadi belum kelar." Alibi Clara.
"Masa sih!" Reina bertanya lagi.
"Iya!" Jawab Clara.
Tiba-tiba handphone di dalam tas Reina berbunyi. Reina mengambil handphonenya dan melihat siapa penelpon itu.
"Eh, eh, Viko telvon!" Ujar Reina sambil mengintruksi sahabat-sahabatnya untuk diam.
Klik
Reina mengklik handphonenya dan panggilan pun terjawab. Reina kemudian menlospeaker handphonenya agar semua dapat mendengar percakapan.
"Halo,"
"Halo, Na. Kamu di mana?" Tanya Viko.
"Aku. Ini lagi di kantin, sama Lisa dan Clara juga." Jawab Reina.
"Kamu baik-baik aja 'kan Na!" Tanya Viko.
"Iya. Emangnya kenapa?" Tanya Reina.
"Tadi Felix bilang kamu pingsan di ruangan ka Adnan. Udah ke dokter Na."
"Udah! Tadi di panggilin dokter sama pak bos itu. Terus di kasih obat juga!"
"Ya sudah! Aku mau kerja. Jaga kesehatan ya. Jangan capek-capek kerjanya. Kalau ka Adnan marah-marah jangan di dengerin. Orangnya baik kok. Cuman gitu suka marah-marah." Ucap Viko panjang kali lebar sama dengan tinggi.
.
.
.
.
Ada apa dengan Clara ya? Di tunggu upnya ya!!!🖐
Mohon dukungannya...
Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya...
Hadiahnya juga ya😁
Love you all...💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments