Halo🖐 Mana dukungannya nih?
Ayo, yang punya hadiah segera dikirim ya!😁
.
.
"Pokoknya suka atau tidak. Kau tetap kekasihku. Titik tidak pakai koma." Adnan merangkul bahu Reina.
"Eeh, apa-apaan ini!" Reina menepis rangkulan Adnan.
"Rein, bibirmu manis!!" Ucap Adnan tersenyum lebar.
"Apa!!"
"Kamu jangan bohong!! Tadi saja kau menyesap bibirku ini." Adnan menunjuk bibirnya sendiri. Wajah Reina sudah memera, itu karna apa yang dikatakan Adnan, bahwa dia menikmati apa yang Adnan lakukan dan sedikit menyesap bibir pria di sebelahnya itu. Tak sanggup menahan malu, Reina hanya dapat memalingkan wajahnya kearah jendela dengan menggigit bibir bawahnya sendiri.
"Kenapa? Kau malu!" Tanya Adnan. "Tak perlu malu. Aku pun baru merasakannya. Ternyata sangat enak. Nanti kita akan belajar bersama." Ucap Adnan tanpa rasa bersalah.
"Haa! Tuan, kau sungguh tidak tahu malu. Di sini ada orang lain, bukan hanya kita saja!" Cetus Reina.
"Felix itu buta dan tuli!!" Ucap Adnan.
"Apa!! Anda benar-benar sudah gila Tuan." Ucap Reina kesal. "Mana ada orang buta bawah mobil lagipula kemarin kami bicara dan dia mendengarku." Terangnya.
"Felix itu buta dan tuli saat bersama kita." Ucap Adnan tersenyum lebar.
Reina tak mengubris ucapan Reina. Dia lelah berseteru dengan Adnan, karena pria itu selalu mempunyai senjata untuk menghadapinya.
"Sementara Felix yang sedang menyetir kebingungan ke mana arah tujuan rumah Reina, sudah 3 kali dia mengitari jalan yang sama tapi dua orang yang penumpangnya tidak ada yang menyadari bahkan tidak memberikan arahan. Akhirnya Felix memberanikan diri untuk bertanya.
"Tuan, apa saya boleh bertanya?" Ujar Felix.
"Ya!! Katakan saja!" Jawab Adnan.
"Di mana rumahnya Nona?" Tanya Felix.
"Apa!! Mas Felix tidak tahu arah rumahku!" Tanya Reina heran.
"Jangan panggil dia Mas!!" Ketus Adnan.
"Kenapa?" Reina menatap Adnan.
"Tidak boleh Baby! Kau boleh memanggil itu kepadaku saja." Ujar Adnan sambil mengenggam tangan Reina.
"Baby! Baby. Aku bukan bayi!" Ketus Reina.
"Itu panggilan mesra untukmu!! Atau kau mau panggilan yang lain, seperti... hanny, sweety, mylove, mydear..." Reina menyelah perkataan Adnan.
"Tidak, tidak yang seperti itu!!" Bentak Reina.
"Rein, jangan marah-marah ah..," Ujar Adnan lembut.
Tiba-tiba Felix mengemudikan mobil sisi kiri jalan dan, berhenti seketika.
"Kenapa berhenti?" Reina heran.
"Mungkin Felix, ingin memberi kesempatan untuk kita bermesraan sayang...!" Jawab Adnan tersenyum lebar.
"Tidak!! Ayo jalan lagi." Pinta Reina sambil mendorong bahu Felix.
"Jangan, pegang-pegang sayang!!" Adnan mengambil telapak tangan Reina dan menyemprotnya dengan hand senitizer.
"Apaan sih posesif sekali. Aku bukan kekasihmu." Ketus Reina.
"Terserah. Kamu tidak boleh berkontak langsung dengan pria lain selain aku." Ujar Adnan tidak peduli.
"Itu hakku!!" Bentak Reina.
"Terserah. Anggap saja bagian dari pekerjaan. Atau kalau tidak, kau akan menerima hukuman!!" Ucap Adnan.
"Hukum saja! Aku tidak takut." Jawab Reina dengan kesal.
"Baiklah, nanti setelah sampai di rumah!" Jawab Adnan santai.
"Itu rumahku!!" Reina tanpak sangat kesal pada Adnan.
"Terserah. Jalan Lix." Pinta Adnan.
"Ke mana Tuan?" Tanya Felix malas, dia sudah lelah dengan dua penumpangnya.
"Eh!! Iya, lupa. Sayang di mana rumahnya?" Tanya Adnan sok lembut.
Adnan menjadi sangat alay saat bersama Reina. Seperti anak kecil yang selalu ingin bermanja-manja pada ibunya. Seperti saat ini, Reina sudah sangat risih dengan tingkah Adnan, yang sedang bersandar di bahunya sambil mengelus-elus tangan.
"Ma... Tuan Felix. Jalan anggrek nomor 3." Ucap Reina pada Felix.
Felix menjalankan kembali mobilnya dengan intruksi dari Reina, hingga kini mereka telah sampai di rumah Reina.
Reina membuka pintu mobil dan menutupnya dengan kasar.
Praak
Seketika Adnan juga keluar dari mobilnya dan mengikuti arah Reina berjalan.
"Tuan, anda mau apa?" Tanya Reina heran.
"Aku mau ikut! Aku ingin tau keadaan di rumahmu!" Ucap Adnan dan mendahului Reina.
"Tidak ada yang akan mencuri di rumahku, Tuan. Jadi sebaiknya anda pergi sekarang." Usir Reina.
"Trima kasih, telah mengijinkanku masuk." Adnan seperti tuli tidak mendengarkan Reina.
"Haa!! Sejak kapan? Aku mengijinkan dia masuk." Reina jadi kebingungan denganntingkah Adnan.
Felix yang berada di belakang Reina memberikan intruksi. "Sebaiknya anda masuk nona, agar tidak terjadi masalah. Saran Saya anda turuti saja dia, jangan sampai dia menggila." Ujar Felix.
"Huu..." kesal Reina dengan menggaruk-garuk kepalanya sendiri menuju rumahnya.
"Ayo sayang, buka pintunya!" Reina tak mengubris perkataan Adnan. Dia langsung mengambil kunci dari tas slempangnya lalu membuka pintu dan masuk tanpa mengajak Adnan.
Adnan masuk walau tak di persilakan, kemudian duduk di sofa dengan santai. Sementara Reina masuk ke dapur dan kembali dengan dua cangkir kopi.
"Ini di minum kopinya!!" Reina meletakan 1 cangkir kopi dan membawah 1 cangkir lagi ke teras.
"Rein, kenapa kau membawah kopinya?" Tanya Adnan, saat melihat Reina keluar.
"Ini untuk Tuan Felix." Jawab Reina jutek.
"Dia tidak suka minum kopi Rein!!" Ucap Adnan.
Reina memicingkan matanya, pada Adnan. Dia pernah melihat Felix meminum kopi dan sekarang Adnan mengatakan jika Felix tidak suka kopi. 'Posesif sekali!' Gumam Reina.
"Ini Tuan Felix, silakan di minum!" Ucap Reina lembut.
"Sayang.., jangan bicara dengan lembut padanya. Aku tidak suka." Felix hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perkataan Adnan, dan Reina kembali masuk ke dalam rumah.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku tidak suka." Ujar Reina.
Adnan menganggukan kepalanya cepat. "Baiklah sayang. Tapi jangan dekat-dekat dwngan pria lain." Adnan memindahkan posisi duduknya di sofa yang di duduki Reina.
"Apa dekat-dekat?"
"Rein.., boleh minta sesuatu?" Tanya Adnan.
"Katakan!" Pinta Reina ketus.
"Minta bibir kamu!! Rasanya manis." Ucap Adnan sambil tersenyum.
"Apa? Tidak-tidak! Jangan macam-macam." Reina sedikit menjauhkan duduknya dari Adnan.
"Ayolah! Kau tau, aku baru pertama kali ini merasakan bibir seorang wanita. Ternyata rasanya sangat manis!!" Ucap Adnan memelas. "Kau juga suka 'kan." Goda Adnan lagi.
'Dasar bos mesum! Mana ada orang sepertinya baru merasakan bibir doang! Aku tidak percaya.' Batin Reina.
"Tuan! Sebaiknya anda menghabiskan kopi anda dan pulang." Minta Reina biasa saja.
"Rein, kau mengusirku! Aku akan pulang setelah di beri bibir manismu itu." Ucap Adnan tersenyum.
"Baiklah." Reina sudah capek berdebat dwngan Adnan, lebih baik dituruti. Hanya bibirkan, pikirnya.
Adnan mendekatkan wajahnya pada Reina. Saat netra di antara sepasang manusia itu bertemu, timbul rasa canggung di antara keduanya. Reina memejamkan matanya, sungguh sangat malu saat akan melakukan itu. Adnan tersenyum tipis saat melihat mata Reina yang terpejam.
.
.
.
.
Apa Yang akan Adnan lakukan?🖐
Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya...
Love you all...💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments