06. Festival.

Shavara melepas pegangan tangannya saat mengantri tiket di loket yang membuat Bhumi sedikit merasa keberatan.

"Ma..A..ehhmmm..."

" Kamu kenapa?" Tanya Bhumi saat Shavara terlihat bingung.

" Bingung mau manggil kamu apa? Kalau nama aja, kamu kayaknya lebih tua dari aku, manggil mas..atau Aa..."

" Aku campuran Jawa, panggil mas aja."

" Di kompleks aku, panggilan mas untuk tukang bakso. Lagian aku orang Sunda, gak biasa manggil mas." Cicit Shavara tak enak hati.

" Ya udah panggil Aa saja." Ujar Bhumi seraya mendorong pelan punggung Shavara untuk maju.

" Hah?" Shavara bingung.

" Tapi Aa itu kan untuk panggilan saudara lelaki atau suami, dan dia bukan keduanya."gumam Shavara.

Bhumi yang mendengar gumaman itu mengigit bibir bawah dalamnya, tapi sedetik kemudian mata Shavara berbinar,  karena ide yang muncul di kepalanya.

" Aaaaakh, kenapa gak kepikiran. Kakak saja, ya."

" Hah? Kok jadi kakak. Kan tadi pilihannya mas atau Aa."

" Ya gak nge-pas saja keduanya. Jadi kakak aja.

Terus kenapa pilihannya cuma mas atau Aa doang." Ucap Bhumi malas sambil menyodorkan uang dan tanda dua pada petugas loket saat mereka sudah giliran.

" Ya masih banyak sih, ada Abang, om..."

" Heh, aku gak setua itu." Protes Bhumi mendorong pelan lengan atas Shavara saat menuju pintu masuk festival.

Shavara tergelak melihat tatapan kesal Bhumi." Hahahhaha...aku 24. Otw 24. Kamu?"

" 29, otw 29. Cuma beda lima tahun. Kalau satu dasawarsa baru om. Saya yakin kamu manggil tunangan kamu mas." Ledek Bhumi.

Saat mendapat delikan tajam dari Shavara sambil menggembungkan pipinya Bhumi menahan habis-habisan tangannya untuk tidak mengusap kepala Shavara karena terlalu menggemaskan.

" Mantan..ya..mantan..wajib diingat itu." Tekan Shavara galak.

" Iya..mantan." Bhumi menahan senyum.

" Aakhh.. semesta sudah banyak ngasih kode kalau kami memang gak bisa bersama, tapi aku ngeyel banget."

Ketika masuk tempat festival, Bhumi menarik tangan Shavara untuk dia genggam mengingat banyaknya pengunjung festival.

" Kenapa?" Bhumi menatap Shavara bingung.

" Sebenarnya dia maksa aku buat manggil dia Aa, kan dia keturunan sunda-Jawa, tapi aku gak mau geli aja gitu." Jelas Shavara malas.

" Kenapa sih pria gak bilang langsung kalau mereka udah gak suka lagi, kenapa harus pake acara selingkuh segala." cecar Shavara sendu.

" Jangan disama ratakan, tapi emang terkadang kami sungkan untuk mengatakannya, apalagi kalau pasangan kita baik."

" Terus kenapa diputusin?" meski mulutnya bertanya, mata Shavara berkeliling mencari makanan yang menggugah seleranya.

" Gak tahu, aku gak punya banyak pengalaman soal percintaan."

Mata Shavara menatap Bhumi tidak percaya.

" Suer, aku gak bohong." Bhumi melangkah mengikuti kemana langkah kaki Shavara.

" Ah, jadi kamu yang katanya belum pernah pacaran itu benar?" Ucap Shavara tentang sekelumit informasi mengenai pria ini.

" Enggak, aku punya mantan, satu. Saat SMA."

"  Hah, jadi ibu kamu bohong dong."

" Enggak juga. Aku gak pernah ngenalin ke ibu. Itu kan cinta monyet saat sekolah. Mana ada aku serius."

" Aku sama dia dari aku SMA, aku tulus." Ucap Shavara pelan.

Bhumi tidak menyukai pemandangan kesedihan di wajah gadisnya.

" Sudah, dia yang rugi khianati kamu. Umumnya orang yang selingkuh nyesel ninggalin pacar yang diselingkuhinya."

" Benarkah? "

"Hmm."

" Kamu putus, kenapa?"

" Dia selingkuh."

" Hah? Dia itu perempuan kan? Kok bisa selingkuh."

" Sekarang pelaku selingkuh bukan hanya lelaki tapi perempuan juga mampu."

" Kamu sedih banget dong kayak aku."

" Enggak, biasa saja. Kami pacaran juga karena dia yang nembak aku, karena aku merasa suka sama dia, ya..kita jadian. Sebelumnya kita teman nongkrong."

" Sahabatan?" 

" Mungkin. Aku gak pernah cerita hal pribadi ke dia, cuma sering nongkrong bareng karena dia diajak teman aku yang lain."

" Ini kita mau beli apa? Dari tadi muter-muter melulu."

" Siapa bilang muter doang? Ini aku udah beli banyak." Shavara mengangkat banyak kantong plastik di tangannya.

Bhumi terkaget," kapan belinya?"

" Ya selama kita ngobrol. Mata kamu celingak-celinguk ke yang lain terus. Cari cewek buat digebet ya."

" Mana ada,  kan aku lagi deketin kamu. Aku cuma mastiin kamu aman, ini pengunjungnya berjubel banget."

" Terus ini bayarnya pake duit kamu?"

" Iya, tapi duit aku udah habis. Kita makan dulu di sana." Shavara  menunjuk sederet meja di tengah lokasi bagian makanan ringan.

Setelah memutar mencari tempat, akhirnya mereka mendapatkan meja dengan kursi untuk dua orang.

Shavara mengeluarkan semua belanjaannya, melihat Bhumi bingung akan apa yang dia beli, Shavara dengan senang hati menjelaskannya satu persatu nama belanjaannya. Ada cilor, dimsum, chiken stik, takoyaki, cilung, kentang stik, cimol.

" Ini belum semua, cuma cemilan aja. Di sana ada tukang makan berat, nanti kita ke sana ya." Tunjuknya pada jajaran stand dan gerobak di ujung lain.

" Ini kamu bisa makan semuanya?"

" Enggak, ini buat kita berdua. Kalau di festival gini belinya satu porsi aja buat barengan supaya gak cepat kenyang, tapi bisa makan semuanya."

" Ini, ..aaaa.." Shavara menyodorkan kentang stik pada Bhumi, Bhumi dengan senang hati menerimanya.

Tanpa Shavara sadari dia melakukan kebiasaannya melayani orang, namun kali ini Bhumi tidak mau hanya dirinya yang menerima, maka mereka makan dengan saling menyuapi.

" Ini dimsum terakhir, kayaknya kamu suka banget dimsum." 

" Banget, tapi ini kurang mantap. Kita cari dimsum yang lain. Banyak pedagang dimsum di sini."

" Kurang mantap, tapi kamu yang makan banyak. Ini, aaa..."

Shavara tertegun, tidak meresponnya." Kenapa kamu nyuapin aku?"

" Lha, dari tadi aku nyuapin kamu, tepatnya kita saling suap. Kamu makan, tapi matanya ngeliat jajanan lain."

" Masa?" Shavara terkejut.

" Iya, ini aku pegel, buka mulutnya." Walau ragu akhirnya Shavara membuka mulutnya, Bhumi langsung memasukan potongan terakhir dimsum itu.

 Bhumi memberesi wadah plastik belanjaannya ke dalam satu kantong.

" Biar aku saja." Shavara menunduk, meraih kantong plastik besar yang dipegang Bhumi.

Mendengar suara Shavara yang tertahan, Bhumi menghentikan kegiatan mengumpulkan bungkusan itu.

Bhumi menarik tangan Shavara, dan menjauhkan kantong plastik besar itu." Hei, kenapa?" Bisiknya.

Shavara menggeleng." Enggak apa-apa. Maaf aku melow."

" Gak apa-apa, tapi kenapa, kamu nangis? Maaf kalau kamu gak suka aku suapi. Aku pikir karena kamu menyuapi aku, gak masalah aku suapi kamu."

" Emang, gak masalah, maaf aku ngedrama banget." Shavara menyeka air matanya.

Bhumi menggeser kursinya agar lebih dekat, ia membungkukkan badannya supaya bisa melihat wajah Shavara." Aku gak nganggep gitu. Tapi kasih tahu aku kenapa kamu nangis?"

" Aku...cuma terharu. Dia tidak pernah memperlakukan aku kayak gini. Bisanya hanya aku yang melakukan, dia gak timbal balik." Jawab Shavara lebih menunduk.

" Ya..tuhan. bodoh sekali dia." Bhumi membawa shavara ke dalam pelukannya.

Tidak lama Shavara melepas pelukan itu, seraya mengusap sekitaran matanya dengan tisue.

" Maaf, bikin kamu malu." Ia melihat beberapa orang memperhatikan mereka.

" Jangan pedulikan mereka, yang penting kamu udah merasa lebih baik?"

Shavara mengangguk," siap menyerbu makanan lain? Ngomong-ngomong aku seret belum minum." ucap Bhumi.

" Hahahaha. Maaf aku lupa beli minuman." Shavara kikuk karena keki.

" Sebelum jajan lagi, lita beli minuman dulu ya. Beneran, seretnua banget ini."

" Ayok." Saat tangan Shavara memegang tangannya Bhumi mengulum senyum.

Sepanjang jalan menjajak kuliner kedua tangan itu hanya sesekali terlepas, yaitu saat Bhumi mengambil uang di dompet, selain itu kedua tangan itu selalu saling menggenggam.

Kini mereka di tempat pedagang mie ayam, sesudah sebelumnya mereka memesan ramen. Bhumi mengambil selembar brosur yang terletak di samping gerobak.

" Aku mesen sushi buat dibawa pulang dulu ya, terus kita cari tempat duduk. Makanannya dianter, kan?"

" Iya. Tuh, di sana kosong."

Mereka duduk tidak jauh dari jajakan gerobak, karena tempat bagian makanan berat memang terlihat lowong, tidak seramai bagian makan ringan.

" Aku suka pengaturan tata letak tempatnya. Rapih."

" Aku sedari Minggu kemarin pengen ke sini,tapi kakak dan adik aku gak ada yang mau nganter."

" Memang festival ini sering diselenggarakan?"

" Setahun sekali, selama sebulan di setiap menjelang akhir tahun. Beruntung malam ini gak hujan."

" Jadi kamu sering ke sini?"

" Minimal sekali setiap tahunnya, itu pun kudu maksa saudara aku."

" Sama mantan kamu?"

" Gak pernah, tahu kan aku punya jam malam, dia bilang males kalau jalan diburu waktu, jadi cuma sama saudara lelaki aku bebas keluar malam, tapi mereka susah banget buat diajak keluar.

" Mungkin karena itu dia selingkuhin aku, kami pacaran gak bebas. Gak kayak pasangan lain."

" Ck, jangan mikir begitu, sekalipun kalian bebas, belum tentu dia gak selingkuh percaya sama aku."

Pelayan ramen mendatangi meja mereka." Ini neng, ramen dengan toping beef barbeque-nya, dan ini mangkuk tambahanannya."

" Terim kasih, mang." Jawab Shavara, dengan senyum manisnya.

" Ada yang bisa dibantu lagi?"

" Saya minta dibungkus dua ya."

" Baik, saya permisi."

" Buat siapa?" Tanya Bhumi menata satu mangkuk kecil tambahan ke hadapan Shavara.

" Satu buat adik aku, satu buat adik kamu. Tapi aku gak tahu dia suka ramen atau enggak."

" Dia suka. Aku malah bosen mentraktir dia makanan Jepang."

" Wajah, sama kayak aku. Aku crazy in love sama makanan Jepang."

" Kayaknya kamu sama semua makanan in love deh." Sindir Bhumi melihat belanjaan makanan yang masih terbungkus di sisi lain di atas meja.

" Hehehehe, iya sih."

" Ini enak banget ramennya, sumpah. Mienya kenyal, kuah kaldunya pas, dagingnya empuk dan rasanya menyerap. Rekomendasi banget. Aku harus tahu alamatnya kedainya." Ucap Shavara setelah menghabiskan ramennua.

 " Setuju."

" Permisi, ini mie ayamnya."

" Ah, iya, makasih, pak."

" Ini neng Vara, bukan?" Tanya pelayan yang berusia separuh baya.

" Iya, pak. Masih ingat aku?"

" Masih atuh, mampir lah ke tempat bapak, nanti bapak kasih tambah ayamnya."

" Pasti, pak."

" Ini pacar baru?" Ujar si bapak melirik Bhumi.

" Eee..h..i..tu..."

" Baru pendekatan, pak. Do'in saya lolos." Jawab Bhumi yang tahu Shavara salah tingkah.

" Amiinnn, semoga semuanya lancar. Kalau mau nanya tentang neng Vara, tanya bapak. Bapak tahu sedikit tentang si cantik baik hati ini."

" Pasti,..pak." jawab Bhumi semangat.

" Neng, yang ini bapak suka. Daripada yang dulu. Agak gimana gituu.."

" Bapak bisa saja."

" Ya..sudah..silakan dimakan. Bapak permisi."

Sepergian bapak mie ayam, Bhumi menatap bertanya pada Shavara.

" Beliau pedagang mie langganan aku dari SMA dulu. Aku banyak curhat sama beliau. Dan kayaknya beliau kurang suka sama mantan aku."

" Dan aku dapet satu pendukung buat deketin kamu." Ucap Bhumi lembut.

Shavara terdiam, tidak tahu bagaimana harus bereaksi atas ucapan itu." Apa sih. Makan yuk nantinya dingin."

" Hmm." Jawab Bhumi datar.

Mendengar jawaban datar itu, Shavara menatap Bhumi," kamu marah?"

" Apa kamu nolak Aku?" Tanya balik Bhumi.

Shavara menggeleng ragu," gak tahu. Aku baru saja patah hati. Hubungan kami empat tahun, bukan waktu yang singkat untuk dilupakan."

" Aku gak minta kamu melupakannya, tapi aku berharap kamu mempertimbangkan aku."

" Karena suruhan orang tua?"

" Enggak, ini bukan yang pertama ibu berupaya menjodohkan aku, ini udah yang...ke 25."

" Hah? Serius?"

" Iya, serius, tapi yang sebelumnya gagal."

" Kenapa?"

" Ya...gak suka dan ngerasa gak cocok aja."

" Oooh." Setelahnya mereka ngobrol ringan saling mengenal sembari menikmati semangkuk mie ayam itu. Terutama Bhumi.

" Aku suka banget mie ini, apalagi baksonya. Padahal aku bukan penyuka mie ayam atau bakso. Kapan-kapan kita makan di kedainya ya." Ajak Bhumi.

" Kayak yang bakal ketemuan lagi."

" Aku berniat ketemu kamu lagi, intens malah." Sahut Bhumi menatap langsung Shavara.

" Kamu suka aku?" Tanya Shavara tiba-tiba.

Bhumi menatap dalam Shavara." Kalau gak suka, aku gak mungkin nemenin kamu di sini."

" Ya.. sekedar sopan santun."

Bhumi menyeringai kecil." Aku bukan tipe orang yang suka basa-basi, bukannya Geer, bermodalkan ketampanan ku, tanpa aku berbaik hati banyak wanita yang mengejar ku."

" Iya, juga sih." Monolog Shavara.

" Kamu mau nonton musik?" Bhumi memperlihatkan brosur itu.

" Di sana kayaknya bakal ada konser musik." Bhumi menunjuk panggung besar yang sudah dihadiri banyak orang berkumpul.

" Mau." Shavara mengangguk cepat karena saking semangatnya.

" Kita pergi sekarang, kita ambil pesanan kamu dulu, lalu kita nyimpen belanjaan ke mobil, baru kesana."

Shavara terkikik," sibuk ya pak."

" Iya, punya calon doyan jajan yang begini."

" Issh, bisa aja. Baper ni aku."

Bhumi terkekeh," aku siap tanggung jawab."

^^^^^^

Mereka berjalan hati-hati karena karena banyaknya penonton, konser musik tengah berlangsung dengan musik rock metal.

" Ini rame banget." Keluh Shavara, melihat penonton yang bergoyang.

" Kita nontonnya di belakang aja, yang penting musiknya kedengaran, dan merasakan euforianya."

" Gak puas."

" Jangan ngeyel, kamu perempuan, pendek lagi." Ucap Bhumi santai.

Mendapat lirikan tajam dari Shavara yang tidak terima atas komentarnya, Bhumi hanya nyengir.

" Kamu dan mereka yang terlalu tinggi, itu ada perempuan di sana." Tunjuk Shavara pada beberapa gerombolan perempuan di bagian tengah penonton.

" Kamu beneran mau ke bagian tengah?" Bhumi menundukkan kepala ke samping telinga Shavara.

Tubuh Shavara menegang karena hembusan nafas Bhumi, dia hanya bisa mengangguk.

" Tapi jangan jauh dari aku, nempel di aku terus." Ujar Bhumi sambil mendorong tubuh Shavara ke tengah. Dirinya berjalan tepat tadi belakang Shavara, tak jarang tangannya melingkari perut Shavara saat gadisnya hampir ditabrak orang.

Saat menikmati lagi dangdut, seseorang yang menyenggol Shavara uang berdiri di sampingnya, Bhumi langsung menarik pinggang Shavara, dan menempatkan tubuh Shavara ke depan tubuhnya, melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Shavara.

Maksud hati ingin melindungi Shavara, namun yang terjadi ketegangan diantara mereka. Tubuh mereka begitu dekat, senggolan orang bergoyang disekitar makin merapatkan tubuh keduanya.

" Non, joget bareng gue, ya." Ajak pemuda setengah mabok pada Shavara.

Refleks Shavara memegangi tangan Bhumi yang berada di atas perutnya.

" Jangan ganggu, dia sama gue, bro." Jawab Bhumi dingin.

" Ooh, kirain milik umum, cantik." Mendengar perkataan orang itu kontan membuat Shavara menegang, dia syok.

" Pergi." 

" Nyicip dikitlah." Orang itu benar-benar teler sepertinya.

Shavara tersinggung, tanpa kata, dia menendang 'milik' lelaki itu yang langsung mengaduh sakit yang mendapat perhatian dari penonton lainnya, Bhumi terkejut.

Tidak puas, Shavara maju hendak menjambak dan memukul, namun Bhumi langsung menariknya menjauh, menempatkan Shavara di belakang tubuhnya, lalu menonjok pemabok itu yang mengerang kesakitan karena hidungnya berdarah. Sesudah nya Bhumi membawa pergi Shavara keluar dari area tengah.

" Kita di  sini saja." Ujar Bhumi, kini mereka berada dibagian belakang penonton yang lebih lengang.

" I..iya..."

" Kamu bisa beladiri?

" taekwondo."

Bhumi terdiam, dia tidak menyangka wanita yang terlihat anggun bisa memiliki sisi tomboy.

Bhumi yang berdiri di samping Shavara, membungkuk menatapnya karena suara bergetar Shavara.

" Kamu, ada yang luka?" Tanyanya lembut, Shavara menggeleng.

" Aku kaget. Ini baru pertama kali dilecehkan orang."

" Maaf, aku kurang waspada. Lain kali gak akan terjadi lagi." Bhumi menggenggam tangan Shavara.

" Hmm." Shavara hanya mampu menatap tangannya yang terkungkung tangan besar itu.

" Nikmati lagunya, ini Ari Lasso sama dewa 19." Bhumi melihat ke depan.

Shavara menengadah padanya " Ah, masa? Aku penggemar mereka banget."

" Aku gak bisa lihat. Kamu mah enak tinggi." Gerutu Shavara.

" Gak bakalan bisa, kita kan jauh dari panggung."

" Tapi masih bisa lihat panggungnya kan aku enggak."

Bhumi menatap Shavara, " mau naik ke pundak aku?"

" Enggak, gini aja."

" Iya, gini aja lebih romantis." Bhumi pindah ke belakang Shavara, lalu menarik Shavara agar lebih mendekat, kedua tangan Bhumi mengikat di pinggang Shavara.

Lantunan lagu romantis menghanyutkan keduanya sambil bernyanyi seirama Once melantunkannya.

Sesekali Bhumi mengecup pucuk kepala gadisnya, dirinya takjub dapat menikmati waktu dengan wanita selain keluarganya, ini sangat menyenangkan.

Beda dengan Shavara yang menyadari letak tangan Bhumi, dia tegang hampir sepanjang pertunjukan, apalagi saat Bhumi mengecup kepalanya.

Keintiman ini hal baru baginya, bahkan dengan Aryo dia tidak pernah sedekat ini. Perkataan orang mabuk tadi menyelinap dipikirannya, apa benar dia segampang itu? Cetusan pikiran itu menurunkan moodnya.

Hingga tiba-tiba air dari atas mengenai kepalanya, hujan deras langsung menyerbu tidak memberi mereka untuk berteduh.

Bhumi melepas pelukannya, membuka jaketnya, lalu menudungkan ke kepala Shavara sebelum menarik shavara berlari ke mobilnya dimana keduanya tertawa.

" Tunggu, jangan cepat-cepat." Teriak Shavara ditengah jeritan penonton lain yang berhamburan.

" Harus cepat, kalau enggak kita basah kuyup." Balas teriak Bhumi.

Bhumi terlebih dahulu membuka pintu mobil untuk Shavara." Masuk."

" Kamu langsung masuk aja ."Bhumi mengangguk, ia berlari sebelum menutup pintu menuju pintu bagiannya.

" Hahhah, kacau. Lagi enak menikmati lagu, hujan kacau semuanya." Seru Shavara melihat ke luar jendela. Banyak orang yang masih berlarian.

" Untung mobil kita dekat panggung."

Bhumi menyalakan lampu dashboard, lalu mengambil tas duffle-nya yang berada di bangku belakang, lalu memberi handuk pada Shavara yang dia .

" Iya, aku merasa bersalah ngeluh jauh tadi pas mau ke festival." Shavara mengusak rambutnya dengan handuk.

Hachim...Hachim...

Shavara bersin, Bhumi mencari baju untuk dipakai Shavara yang pakaiannya basah.

" Kamu sering bepergian?"

 " Enggak, ini persiapan aja, kalau ada kegiatan lain sehabis ngajar. Semisal malam ini, tadinya aku mau nobar bola sama teman."

" Ibu kamu maksa kamu buat ketemuan?"

" Niat awal aku mau kabur ditengah pertemuan seperti pertemuan sebelumnya. Tapi pas lihat kamu yang mau dijodohin aku lupa semuanya, saking excitednya ketemu kamu yang selama tiga minggu ini aku cari."

" Kamu mau pake kaos atau kemeja."

" Semuanya nenggelemin aku. Badan kamu kan gede banget." 

Bhumi terkekeh." Aku kayaknya gak sebesar itu, tapi kamunya yang terlalu imut."

" Tinggi kamu berapa?"

" 180, kamu?"

" 167, jauh banget kan." Tekan Shavara.

" Nah, pake yang ini aja." Bhumi menyodorkan kemeja model slim-nya berwarna navy.

" Aku gak terlalu suka yang pake itu, itu dibeliin Senja, adik aku."

" Aku juga gak terlalu suka ngelihat lelaki pake kemeja ketat, berasa engap aja."

" Satu lagi, kecocokan kita."

" Gimana gantinya?"

" Kamu pindah dulu ke belakang."

" Kamu bisa ngintip lewat kaca dashboard." Sentak Shavara.

Bhumi terkekeh," kirain gak engeh. Aku matiin lampunya."

" Cahaya dari luar masih bisa ngeliat aku."

" Aku merem."

" Beneran?" 

" Iya Shavara-ku sayang." Jawab Bhumi gregetan.

" Bisa aja nggembelnya." Sahut Shavara sembari berpindah ke bangku belakang.

Bhumi mematikan lampu dalam mobil.

" Jangan lihat." ucap Shavara dari belakang.

" Ini aku udah merem lho. Cepetan gantinya. Aku juga mau ganti."

" Maaf, ini juga buru-buru."

" Udah, buka mata kamu." Ucap Shavara.

Dirinya mendekat pada Bhumi bermaksud memeriksakan jika Bhumi benar-benar menutup rapat matanya.

Bhumi terkejut mendapati Shavara yang begitu dekat dengannya, refleks dia mengecup bibir Shavara.

Shavara tertegun, menjauh, lalu menampar pipi Bhumi kencang.

Plak....

Shavara menampar pipi Bhumi. Mata Shavara memancar rasa marah. Ia segera membuka pintu yang langsung dicegat Bhumi, kemudian Bhumi mengunci pintu tersebut.

" BUKA." Sentak Shavara, matanya sudah berair.

" Tidak akan sebelum aku menjelaskan. aku minta maaf..."

" Kamu pasti berpikir yang sama dengan pria mabok tadi. Bahwa aku wanita gampangan, kan." potong Shavara marah, dia merasa dirinya terhina.

 Wajah Bhumi menegang, dia marah. lalu memajukan dirinya, menci-um bibir Shavara, menekannya lembut, menarik tengkuk Shavara saat dirasa Shavara yang berada di bawahnya memberontak...

yuk habis baca like, komen, vote, hadiah, dan juga share ya ..

Semoga suka...

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Wiihh jujur banget pak🤣🤣 Tapi itu bagus deh, mending jujur,jgn ada yg ditutupin,itu adalah kunci suksesnya dlm perhubungan..👍🏻👍🏻

2023-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 01. Hari Yang Menyebalkan
2 02. Ciuman Pertama.
3 03. Sidang.
4 04. Kala Emak provokator beraksi
5 05. first impression.
6 06. Festival.
7 07. Semalam Bersama Mu.
8 08. Interogasi.
9 09. Perkara Jodoh.
10 10. Peran penting Seseorang.
11 11. Kerinduan
12 12. Keributan Di restoran.
13 13. Akhirnya Melepas Rindu.
14 14. Aditya terkena Syok Mental.
15 15. Curahan Hati.
16 16. Bersumbu Pendek.
17 17. love Language
18 18. Percikan Kecil.
19 19. Masalah dan obatnya.
20 20. Tercyduk.
21 21
22 22
23 23. Ketegangan di Kantin.
24 24
25 25
26 26
27 27. Pengakuan Bian.
28 28. Mengungkap Rahasia.
29 27. Keadaan bertolak belakang.
30 30. Pelindung.
31 31. Prasangka.
32 32. Kode
33 33. Drama Festival.
34 33. Baikan
35 35. Perihal cupang.
36 36. kecyduk...
37 37
38 38. Ketemu dan berantem.
39 39. Panas di tengah Dingin.
40 40. Bicara Empat Mata
41 41. Isshhh
42 42 T. K.O buat Aryo.
43 43. Pria Misterius
44 44. Drama Mall.
45 45. Masa Lalu...
46 46. Beban Biyan.
47 47. Reuni.
48 48. Panas Dalam Dingin.
49 49. Kejutan.
50 50. Marahan Lagi.
51 51. Membujuk
52 52. Dadakan
53 53. Tunangan.
54 54. Ulah Satu Wanita
55 55. Beres Urusan.
56 56. Iri.
57 57. Ada Apa Dengan Semalam.
58 58. Adu Taktik.
59 59
60 60.
61 61
62 62 Ujian sebelum Pernikahan.
63 63.
64 64. Setia Kawan????
65 65. Ulah Kinan.
66 66. Akhir dari Kinan.
67 67.
68 68. Pingsan.
69 69. Rumah Sakit
70 70.
71 71. Nasib Pelakor..
72 72. Terungkap status Bian.
73 73. Yuk Berdamai...Semuanya
74 74. Jadikah Liburannya.
75 75. Shavara Ngambek.
76 76. Roda Kehidupan Berputar.
77 77. Karena Cinta dan Sayang
78 78. Dingin-dingin Panas.
79 79.
80 80.
81 81. Drama Club'
82 82
83 83.
84 84. Fena Mereog
85 85.
86 86. Hama.
87 87. Berantem.
88 88. Over Thinking
89 89. Baikan.
90 90. Effort Arleta
91 91. Shavara yang Mengakhiri...
92 92.
93 93.
94 94. Bicara...
95 95. Karma Siena.
96 96. Tanggung Jawab.
97 97. Drama Sekolah.
98 98. Nasib Arleta.
99 99. Luka Arleta
100 100. Kehebohan Sekolah.
101 101.
102 102. Ribut lagi...
103 103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
01. Hari Yang Menyebalkan
2
02. Ciuman Pertama.
3
03. Sidang.
4
04. Kala Emak provokator beraksi
5
05. first impression.
6
06. Festival.
7
07. Semalam Bersama Mu.
8
08. Interogasi.
9
09. Perkara Jodoh.
10
10. Peran penting Seseorang.
11
11. Kerinduan
12
12. Keributan Di restoran.
13
13. Akhirnya Melepas Rindu.
14
14. Aditya terkena Syok Mental.
15
15. Curahan Hati.
16
16. Bersumbu Pendek.
17
17. love Language
18
18. Percikan Kecil.
19
19. Masalah dan obatnya.
20
20. Tercyduk.
21
21
22
22
23
23. Ketegangan di Kantin.
24
24
25
25
26
26
27
27. Pengakuan Bian.
28
28. Mengungkap Rahasia.
29
27. Keadaan bertolak belakang.
30
30. Pelindung.
31
31. Prasangka.
32
32. Kode
33
33. Drama Festival.
34
33. Baikan
35
35. Perihal cupang.
36
36. kecyduk...
37
37
38
38. Ketemu dan berantem.
39
39. Panas di tengah Dingin.
40
40. Bicara Empat Mata
41
41. Isshhh
42
42 T. K.O buat Aryo.
43
43. Pria Misterius
44
44. Drama Mall.
45
45. Masa Lalu...
46
46. Beban Biyan.
47
47. Reuni.
48
48. Panas Dalam Dingin.
49
49. Kejutan.
50
50. Marahan Lagi.
51
51. Membujuk
52
52. Dadakan
53
53. Tunangan.
54
54. Ulah Satu Wanita
55
55. Beres Urusan.
56
56. Iri.
57
57. Ada Apa Dengan Semalam.
58
58. Adu Taktik.
59
59
60
60.
61
61
62
62 Ujian sebelum Pernikahan.
63
63.
64
64. Setia Kawan????
65
65. Ulah Kinan.
66
66. Akhir dari Kinan.
67
67.
68
68. Pingsan.
69
69. Rumah Sakit
70
70.
71
71. Nasib Pelakor..
72
72. Terungkap status Bian.
73
73. Yuk Berdamai...Semuanya
74
74. Jadikah Liburannya.
75
75. Shavara Ngambek.
76
76. Roda Kehidupan Berputar.
77
77. Karena Cinta dan Sayang
78
78. Dingin-dingin Panas.
79
79.
80
80.
81
81. Drama Club'
82
82
83
83.
84
84. Fena Mereog
85
85.
86
86. Hama.
87
87. Berantem.
88
88. Over Thinking
89
89. Baikan.
90
90. Effort Arleta
91
91. Shavara yang Mengakhiri...
92
92.
93
93.
94
94. Bicara...
95
95. Karma Siena.
96
96. Tanggung Jawab.
97
97. Drama Sekolah.
98
98. Nasib Arleta.
99
99. Luka Arleta
100
100. Kehebohan Sekolah.
101
101.
102
102. Ribut lagi...
103
103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104
104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!