" Ma..mama.." Shavara celingak-celinguk mencari di ruang tamu, dapur, ruang kerja ayahnya. Tempat yang sering mamanya sambangi, namun tidak ada. Satu tempat lagi harapan Shavara sebelum hal memalukan terjadi. Ia melihat mamanya di ruang keluarga sedang menelpon, ia bergegas berlari kemudian merebut ponsel ibunya.
" VARA..." bentak Fena kaget karena putrinya berani merampas ponselnya.
Shavara terjengkit kaget, ia pun tidak menyangka bisa lancang mengambil ponsel ibunya.
Mendengar teriakan mama, Wisnu menepuk pundak Aditya yang masih terbengong, " sana cepetan. Kasih si teteh. Ini kan ulah kamu juga mama marah."
Aditya mengangguk, lalu berlari menyusul mereka. Di belakangnya papa dan Wisnu mengikuti.
" Ma..maaf." ucap Shavara gagap ketakutan. Matanya sudah berair.
Diantara para anaknya, memang Shavara yang paling takut ada Fena, padahal seumur hidupnya Fena hampir tidak pernah memarahinya, bahkan Fena ingin dekat dan saling curhat ala perempuan dengan putrinya yang lebih banyak memendam perasaanya dibanding para saudaranya.
Melihat tubuh Shavara gemetaran, Fena menghembuskan nafasnya guna menenangkan diri.
" Siniin hp mama."
" Enggak." Shavara menyembunyikan ponsel tersebut ke belakang punggungnya setelah mematikan panggilannya.
" Vara, dia harus bertanggung jawab." Ucap Fena lembut.
" Enggak ada yang harus dipertanggungjawabkan, ma. Ini hanya ci-uman. Hal biasa di jaman sekarang." Ucap Shavara memberanikan diri.
Semalam, setelah Aditya menyadari hal janggal dari kakaknya yaitu bibirnya yang bengkak tidak lazim, tanpa disadari Shavara ia memotretnya dengan kamera ponsel karena kecurigaannya yang besar bahwa mereka berdua telah melakukan skinship diluar batas wajar. Bahkan Aditya memvideokan cara berjalan Shavara saat pergi ke kamar.
" Apa? Sejak kapan kamu punya pikiran bebas kayak begitu? Siapa yang ngajarin kamu?"
" Enggak ada, Mak..sud Vara. Ini bukan salah dia sepenuhnya." Ucap Shavara pelan, merasa bersalah.
" Benar, ini bukan salah teh Vara atau lelaki itu sepenuhnya." Aditya maju berdiri di samping Shavara, sedangkan Wisnu dan papa duduk di sofa.
Sejak lima menit yang lalu mereka berdiri diambang pintu ruang keluarga melihat satu-satunya saudara perempuan mereka ketakutan dengan wajah pucat.
" Apa maksud kamu Adit?" Tanya Mama bingung.
" Kalau saja mama tidak meninggalkan mereka berdua saja, mereka tidak akan melakukan ha demikian. Mereka masih muda, single di cuaca dingin di kegelapan malam. Untung teteh cuma dici-vm, kalau lelaki itu bejat, teteh bisa mengalami lebih dari itu."
" Hal itu tidak akan terjadi kalau teteh kamu bisa jaga diri. bukannya kamu sering bilang ke teteh kamu begini; jadilah wanita baik-baik karena sebrengsek apapun lelaki tidak akan kurang ajar kalau perempuannya memberi batasan yang tegas. Jadi di sini teteh kamu membiarkan dirinya disentuh."
Jleb..
Shavara terluka, ia merasa ini memang salahnya. Shavara memejamkan matanya meresapi rasa jijik pada dirinya sendiri
" Tapi Ma, mama pernah mengatakan, setegas apapun perempuan menerapkan batasan, rayuan lelaki akan meluluhkan perempuan karena perempuan menggunakan perasaan ketimbang logika. Siapa yang bisa menolak kenikmatan, di sini mama yang salah meninggalkan mereka." Balas Aditya.
" Karena mama percaya dia lelaki baik."
" Buktinya gimana? Dia menyentuh teteh pada pertemuan pertama, bayangkan jika mereka terus bertemu lagi, Adit yakin lebih dari itu."
" Makanya mama mau minta dia bertanggung jawab untuk menikahinya."
" Apa kalau mereka sudah menikah, lelaki itu tidak akan main perempuan lain?"
" STOP..." Teriak Shavara, ia menangis sambil memeluk dirinya sendiri. Dia sedang membuat pertahanan diri dari kerapuhan jiwanya.
" kalau ada yang mau disalahkan itu aku, aku yang memulai semuanya?" Shavara meradang.
" Dek, tenang." Wisnu memeluknya, Shavara mendorong tubuh Wisnu menjauh.
" Aryo menuduhku aku frigid, ego ku tersakiti. Entah setan mana yang merasuki ku, Vara menci-vm lelaki yang terdekat dari Vara, dan itu dia hanya untuk membuktikan kalau tuduhan Aryo itu tidak benar, Vara normal!" Pekik Shavara terdengar sangat terluka.
" Saat Vara melakukannya, Aryo marah, dia tidak terima Vara mencivm lelaki lain sedangkan empat tahun bersamanya Vara selalu menolak setiap kali dia mencoba menyentuhku."
" Ma, lelaki itu baik, dia tidak memanfaatkan situasi, dia bahkan membela Vara di depan Aryo tanpa menjatuhkan harga diri Vara. Jadi salahkan Vara, marahi Vara karena sudah menjadi murahan, pukvl Vara, hukum Vara, karena sudah memberinya kesempatan untuk menyentuh Vara." Shavara menunjuk dirinya sendiri.
Papa menarik Shavara ke dalam pelukannya, seperti biasa pelukan papanya merupakan Tempat ternyaman.
" Dek, apa malam itu dia melecehkan kamu?" Tanya Wisnu.
" A, please. Ini privasi. Yang pasti Vara tidak merasa direndahkan olehnya." Erang Shavara.
" Ra, apa kamu menyukainya?" Kini papa ikut bicara.
" Terlalu dini mengatakan itu, tapi Vara merasa lebih baik sekarang." Ucap Shavara lebih tenang.
" Itu sampai bengkak gitu bi+birnya, apa kalian saling sedotnya kenceng banget?" Tanya Aditya random.
Tak...
BUGh....
Pletak....
Kecuali shavara semuanya beranjak menyerang Aditya, sentilan dari papa, pukulan di perut dari Wisnu, dan jitakan dari mama dihadiahi untuk Aditya yang kekepoannya maha dahsyat itu.
Jadi kamu sudah move on dari si breng-sek mantanmu itu?" Tanya mama.
" Yang pasti kalian tidak akan melihat aku kayak mayat hidup lagi."
" Karena dia?" Tanya Wisnu, ia kini duduk di sofa single.
" Mungkin. Aryo menyalahkan Vara karena kegagalan hubungan ini. Dia bilang kalau Vara gak setutup itu mungkin kami masih bersama. Tapi lelaki itu meyakinkan ku, kalau itu belum tentu, bisa jadi walau kami melakukan apa yang dia mau, Aryo masih tetap selingkuh."
" Betul itu. Cih, Maunya grepa-***** tapi nikahi ditunda mulu." Sengit mama lemes.
" Terus, apa kalian akan bertemu lagi?" Papa ketularan kekepoan mama.
" Gak tahu, mungkin enggak." Jawab Shavara sesantai mungkin walau hatinya gundah.
" Kenapa? Dia gak menyukai kamu?" Tanya Wisnu.
" Bukan, karena kita ternyata gak tukaran nomor kontak."
" HAH? HAHAHAHAHHAHA " semuanya menertawakan Shavara, Shavara cemberut.
" Mau mama mintain?" Tawar Fena disela tawanya.
" No, jangan. Teteh perempuan, haram hukumnya agresif." Tolak Aditya.
" Ck, emansipasi. Dit." Elak mama.
" Gak bisa mama ku sayang. Cukup kesalahan mama kemarin. Kalau memang tu laki suka teteh, nanti juga dia nyari tentang teteh lewat medsos."
" Teteh kamu gak punya medsos, Dit. Kan kamu yang larang." Celetuk papa.
" Emang?"
BUGh...BUGh....BUGh...BUGh...
Serangan bantal sofa menyerbu dirinya.
" Kamu yang uninstall semua medsos teteh kamu gara-gara ada yang ngajak kenalan si teteh." Wisnu mengingat adiknya yang sok protektif.
" Ya karena laki itu aki-aki, A."
Terus ini gimana kelanjutannya." Tanya papa.
" Kenapa kalian yang heboh. Vara aja nyantai." Shavara mencoba mengakhiri pembahasan mengenai dirinya.
" Shavara benar, kita gak perlu mempermasalahkan hal ini. Kalau jodoh enggak kemana. papa mau buat peraturan." Ucap papa tegas.
" Soal?" Tanya Aditya.
" Privasi anggota keluarga ini."
" Apa?"
" Pokoknya kita jangan ganggu urusan pribadi masing-masing. Kalian sudah cukup besar untuk paham resiko yang akan kalian dapatkan dari perbuatan kalian. Jadi Adit, berhenti merecoki kehidupan teteh kamu."
" Gak bisa gitu, pa. Lagian kenapa cuma Adit yang diultimatum, Aa juga sama resenya kok." Elak Aditya.
" Siapa saja. Kalian para lelaki pastikan tetap perjaka sampai ijab Qabul sah.Vara, mama gak akan mencampuri urusan pribadi kamu, tapi ingat satu hal. Jangan kasih suami kamu bekasan lelaki lain, orang yang meminang mu adalah orang yang menghargai mu, maka kamu harus kasih dia yang terbaik atas dirimu." Tukas mama tegas.
" Paham semuanya?"
"Paham." Jawab para anak tidak semangat.
" Kalau khilaf gimana ma? Namanya juga masih muda. Godaan gede banget." ucap Aditya.
" Pokoknya jangan ampe nyoblos dan dicoblos sebelum akad. Itu mutlak, titik!" Tegas papa memandang wajah paling seriusnya.
" Oke." Jawab para anak serempak.
" Btw, Adit." Panggil papa.
" Iya pa."
" Kamu tau darimana bengkak di teteh habis dicivm. Apa kamu punya pengalaman?" Anggara dan yang menatap memicing Aditya penuh curiga.
Aditya yang menjadi objek perhatian gelagapan tidak karuan, tatapan menghakimi membuat dirinya berang.
" Mana ada, punya ibu galak modelan mama gak mungkin Adit berani lakuin itu. Adit masih sayang nyawa."
" Itu gak menjawab pertanyaan papa, lagian mana mama tau apa yang kamu lakukan diluaran sana." Wisnu memprovokasi.
" A, jangan ngompor. Adit tau itu dari teman Adit, kalian tau akan akhlak mereka itu dipertanyakan kebaikannya."
" Heh, gak usah ngejelekin orang." Kali ini Shavara menyerang adiknya yang provokator.
Tatapan tuduhan dari mama papa padanya membuatnya ketar ketir.
" Sumpah, suer. Adit gak pernah lakuin. si Devgan mata keranjang yang ngasih tau Adit. Kalau gak percaya Adit telpon dia sekarang." Aditya mengeluarkan ponsel dari sakunya.
" Gak perlu, palingan kalian udah kongkolingkong. Perkara badung mama juaranya."
Aditya, si anak mama merengek mendekati mama." ma, Adit jujur. Adit gak pernah civman. Adit masih dibawah umur."
" Berati kalau udah cukup umur kamu cipo-kan, Dit."ujar Wisnu.
" Aa diem deh gak bantu banget jadi orang. Gak ma, Adit gak bakal lakuin, ma. Janji."
" Terserah." Mendengar mamanya menjawab datar, Aditya makin merengek nemplok ke mamanya.
^^^^^
" Hallo..halo...jeng Fena." Rianti melihat ponselnya yang sudah dimatikan panggilannya.
Ia mengernyit heran." Kenapa ma?" Tanya Senja yang sedang menata lima mangkuk berisi instans ke nampan.
" Ini Tante Fena kok matiin telponnya."
" Bhum..Bhumi.." Rianti membantu senja membawa nampan tersebut ke ruang tamu dimana keempat murid tengah mengerjakan soal-soal fisika dibawah pengwasan ketat Bhumi.
Mereka dengan percaya dirinya memberi nasihat cara mendekati wanita pada sang guru.
" Kalian ini sok ngasih masukan, percintaan kalian sendiri mandek." Cibir Bhumi sambil sibuk dengan ponselnya.
" Kita mah masih muda slow selebew, Bapak kan udah tua." Sahut Ajis.
" Heh, gak setua itu saya."
" Bhumi..." Bian dan Ajis mengambil nampan yang dibawa senja dan ibu.
"Ad apa, Bu?" Bhumi memberesi buku-bukunya yang dimeja.
" Itu, semalam kamu gak ada masalah kan?"
" Gak ada. Kenapa?"
" Ini ibunya nelpon tapi gak lama dimatiin, dia kayak marah gitu. Beneran kamu gak bikin kacau."
" Beneran Bu." Meski menjawab tenang, tak ayal perasaan Bhumi tidak karuan
" Semalam kamu pulang jam berapa?"
" Jam tiga."
" Itu kamu sama dia atau teman kamu "
" Sama dia."
" Aduuh, kok ibu jadi merasa gak enak hati ya. Ibunya itu kalau marah nyeremin."
" Apa Bhumi harus menelpon ibunya, emang ibunya marah gara-gara semalam?"
"Eh, enggak tahu juga sih. Ibu telpon dia dulu lah." Ibu masuk ke kamarnya.
" Kalian hari ini ada latihan gak?"
" Nanti siang jam 3. Kenapa?" tanya Leo.
" Kok Adit gak ikut nongol sama kalian?"
" Kata dia, dia lagi ada urusan lebih penting daripada urusan negara." Devgan yang jawab.
" Emang orang random kayak dia ngapain?"
" Paling urusan kakaknya yang diputusin pacarnya."
" Lha? Urusannya sama dia apa?"
" Bapak enggak tahu sih, meski dia orangnya sleboran, tapi kalau soal kakaknya dia lebih posesif ketimbang pacar."
" Masa sih?"
" Kakaknya cakep banget." Timpal Ajis.
" Lo tahu, Jis?" Tanya Leon, Ajis mengangguk."
" Kalian gak tahu kakaknya? katanya sahabatan." Cibir Bhumi.
" Tahu, cuma kakak laki-lakinya doang, kalau kakak perempuannya, tiap kita ke rumah dia, ama dia diumpetin." Dengkus Bian.
" Paham sih, kenapanya." Ledek Bhumi yang mendapat delikan sinis dari para muridnya.
" Jangan sok sinis. saya tanya Devgan, berapa kali kamu pacaran sama anak kuliahan?"
"Tiga." Jawab Devgan bangga.
" Leo, berapa kali kamu pacaran sama anak kantoran?"
" Dua." Leo menjawabnya sok biasa saja, tapi tetap saja aura sok jumawanya kelihatan.
" Ajis, berapa kali kamu pacaran sama bini orang?"
" Empat, tapi catet, mereka yang ngejar aku pak. Bukan aku yang ngejar mereka." Terang Ajis membusungkan dada.
" Terserah, kalian pacaran Gak mungkin hanya megang tangan doang kan?"
" Ya enggaklah, rugi." Jawab mereka serempak.
" Tapi kita juga gak sampe nyoblos pak. Anceman bapak nakutin banget." Kilah Ajis.
" Paling pinggang ke atas saya mah, pak." Jelas Devgan.
" Saya bawah juga cuma co-li doang, pak." Sahut Leo.
" Heh, tolong mulutnya dijaga." Seru Bian sewot, dia menutup telinga senja.
" UPS, lupa Ja. jangan ditiru." Ucap Ajis.
" Yakin kalian masih perjaka?"
" Pak, suer. Kami gak pernah nyoblos. Ini batang walaupun udah meronta pengen keluar kandang gara-gara bini orang, saya kekepin di kandang pak. Saya gak mau ketularan penyakit."
" Punya temen sok playboy kayak kalian, tentu saja Adit bakal ngumpetin kakaknya itu."
" Dikira kira virus apa?" Dumel Devgan.
" Lah, kalian gak nyadar kalau kalian itu virus gak tahu diri." Ledek Bhumi.
" Bapak ishh, kenapa bener banget dah." Ajis nyengir lebar.
" Ya tahu, kalian ke sini Minggu pagi buta, gak bawa makanan, tapi makan di rumah orang ampe ngabisin nasi buat semingguan." Kali ini Senja yang jawab.
" Amal napa, Ja." Dalih Bian.
" Hampir tiap Minggu?" Sarkas Senja dengan wajah merendahkan.
" Ya Allah, Ja. Kalau kamu bukan adik pak Dewa tu muka gue tuker sama minuman soda, Ja. Nyebelin abis." Dumel Devgan. Senja terkikik mendengarnya.
" Gak apa-apa Ja, shadaqah sama kaum faqir itu pahalanya besar." Seloroh Bhumi.
" Pak Dewa gak boleh gitu ya, walaupun itu bener." Ajis lagi-lagi menyombongkan diri karena dia cukup tahu diri.
" Kalian di sini sampe kapan? Saya mau pergi, jangan repotin ibu."
" Pastinya." Ucap Devgan.
" Kalian udah pastikan Senja gak Cepu?"
" Pastinya." Sahut Bian.
" Saya pergi. Kalau Senja bocor, kalian tau kan hukumannya apa."
" Pastinya." Jawab mereka malas-malasan.
" So Al yang tadi dikumpulin ke kamar saya."
" Gak pasti itu mah." Ucap lesu mereka semua.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
" Muka sumringah amat." Bhumi mengambil duduk di samping Wisnu.
Saat ini empat sahabat terdiri dari Wisnu, Bhumi, Erlangga, dan Adnan. Meeting bulanan guna membahas progres bisnis mereka.
Bhumi dan Wisnu berteman sejak dibangku kuliah, lewat organisasi pencinta alam, sedangkan dengan Erlangga dan Adnan yang terkenal penakluk wanita sahabat Bhumi sejak SMP.
Sebenarnya Bhumi ingin menjauh dari duo playboy tersebut, tapi apalah daya alam semesta selalu mentakdirkan mereka bersama. Tepatnya Erlangga yang selalu menjadikan Bhumi tumbal di kencan buta double date-nya.
Erlangga membawa Bhumi saat kencan buta ketimbang Adnan karena Erlangga tahu pasti Bhumi tidak akan menikungnya, beda dengan Adnan yang sesama buaya laknut. Sedangkan mengajak Wisnu, para wanita itu langsung minta pulang karena wajah dingin Wisnu.
" Gak apa-apa, pertemuan kali ini gue yang traktir. Suasana rumah gue lebih kondusif."
" Kenapa? Adik Lo udah move on?" Tanya Adnan.
" Emang kenapa adiknya?" Tanya Bhumi.
" Diputus tunangannya, dia selingkuh sama sahabatnya." Jelas Adnan.
" Kemarin dia udah cerita, Bahlul. Lo sih galau sendiri." Erlangga melempar kentang ke Bhumi.
" Lo udah punya adik yang udah tunangan, tapi Lo masih jomblo. Gak minder Lo, bro." Ledek Bhumi.
" Enggak biasa aja. Mereka juga udah putus."
" Boleh dong gue maju." Erlangga mengedipkan sebelah matanya pada Wisnu.
" Najis, amit-amit gue punya adik ipar Lo. Lo dan Adnan skip."
" Berarti Bhumi sabi lah ya." Adnan menimpali.
" Sorry, gue gak ikutan. Gue udah punya sendiri."
" Cewek yang Lo bilang ketemu di restoran Lo itu?" Tanya Erlangga.
" Yup."
" Udah ketemu Lo sama dia?"
" Ck, jangan bahas gue. Bahas adiknya Wisnu aja."
" Pelit Lo." Ejek Erlangga.
" Bukannya gitu, kalau gue udah jadian baru gue kenalin ke kalian."
" Yaaa..itu mah lama. Keburu punya cucu gue." Seloroh Adnan.
" Ck, kayak mau nikah aja Lo." Seru Wisnu.
" Oke ,back to topic. Terus gimana keadaan adik Lo, bilang ke dia kalau butuh bahu buat nangis, ada Aa Elang menanti."
" Iya, nunggunya di bilik pijat plus-plus." Celetuk Adnan.
" Ya...itu, adik gue udah lebih tenang sekarang. Nyokap jodohin dia sama anak temannya."
" Lo tahu siapa?"
" Kagak, mama gak ngasih tau."
" Wajar sih, mama Lo takut Lo atau Adit nyerang tu cowok kali."
" Ya gimana, gue takut dia dipermainkan sama buaya lagi."
" Jangan nethink. Selama itu bukan Elang, atau Anan. Menurut gue dia aman sih." Ucap Bhumi menyebut nama kecil dia sahabatnya.
" Adik gue ini kalau suka sama orang setia-nya kebangetan, Bahkan bisa dibilang bulol. Gimana gue bisa tenang kalau begitu."
" Ya Lo kenalin aja ke Bhumi, jiwa raga Lo tenang tentram." Ujar Erlangga.
Saat Bhumi hendak bicara, disela Adnan." Jangan protes dulu, Lo belum ketemu orangnya. Dia cantik pake bangeettt sekali.
" Kok kalian tahu dia cantik?"
" Lo sih kalau diajak ke rumah Wisnu selalu gak bisa." Cibir Erlangga.
" Gue beberapa kali ke rumah dia, gak pernah gue lihat adik ceweknya. Cuma si Adit doang yang gue tahu."
" Dia doyan mendem di kamar." Sahut Wisnu.
" Gue yakin cewek restoran lo kalah cantik sama dia. Gue yakin Lo bakal suka sama dia." promosi Adnan.
" Ck, kalian ini. Sorry, Wis. Bukan maksud nolak, kalian tahu kan setelah ribuan purnama ini kali pertama gue suka sama orang. Fisik, gue gak terlalu mandang. Visual gue lebih dari cukup untuk memperbaiki keturunan." Sombong Bhumi.
" Ck, Lo sih pake acara suka cewek lain. Gue beneran tenang kalau adik gue jodoh sama Lo, Bhum. Selain itu gue gampang aja nyari Lo kalau Lo nyakitin adik gue." Ucap Wisnu.
" Ya..gimana... gue udah terlanjur suka yang lain."
" Lo liat dulu fotonya." Bujuk Adnan.
" Maksa banget. Udah sih kapan kita bahas bisnis?"Bhumi mulai jengah dengan desakan para sahabatnya.
" Oh iya sebelum kita cek dan ricek, ada kabar gembira. Akbar Hartadraja bersedia menjadi investor pembangunan flat rencana kita." Ungkap Wisnu.
Semuanya terperangah kaget." Serius Lo?" Kaget Erlangga
" Prank gak ni." Adnan mencari kamera tersembunyi.
" Bandingnya berapa?" Tanya Bhumi.
" 50-50. Tapi dengan syarat arsiteknya pake dari Alatas architecture."
Erlangga dan Adnan sampai terlonjak berdiri saking girangnya. " Anjir ,gue gak percaya. Lo kenal tuan muda klan Hartadraja aja gue masih gak percaya apalagi ini, kita bakal ngeliat Ibrahim dan Mumtaz duo arsitek yang lagi naik daun." Heboh Adnan.
" Gak sabar gue ketemu Jasmine, asistennya Mumtaz. Dia cantik banget khas timur tengah." Ucap Erlangga tidak nyambung.
" Yuhu...kita otw kaya raya.." pekik Adnan.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Di pinggir lapangan dneg lesu Aditya mendribble bola futsal.
" Heh, itu bola futsal bukan basket." Ajis merebut.
Aditya merebut kembali bola itu." gak masalah juga yang penting mantul."
" Lo kenapa? Dari masuk itu mulut dimonyingin sok imut gitu " cibir Bian.
" Bokap bikin peraturan gak oleh saling ganggu privasi yang lain." Keluh Aditya.
" Masalahnya dimana?"
" Gue gak bisa lagi mantau kakak gue." Sentak Aditya kesal.
" Ck, lagian Lo juga terlalu ngejaganya, gue aja bebasin kakak gue." Timpal Leon.
" Jangan samain Kakak gue yang naif, baiknya kebangetan, cantiknya gak ketulungan sama Kakak Lo ya emang kelakuannya udah bablas." Ucap Aditya.
" Dit, Kenapa gak Lo jodohin kakak Lo sama pak Dewa? Usul Bian.
" Pak Dewa? Gak pernah kepikiran sejauh itu gue. Gue cuma pengen kakak gue itu dapat pendamping yang bertanggungjawab gak kayak kemarin."
" Pak Dewa gak tanggung jawab gimana coba. Cuma dia satu-satunya guru yang datang ke kantor polisi buat dampingi muridnya yang ketangkep saat demo kemarin." Sahut Leo.
" Iya juga ya. Tapi apa pak Dewa mau sama kakak gue?"
" Pasti mau. Spek kayak bidadari gitu. Kalau lo nawarin gue, langsung gue iyain." selroh Devgan.
" Gue-nya yang gak mau."
" Gak yakin gue, secara pak Dewa lagi naksir yang lain." Celetuk Bian.
" Siapa?" Aditya penasaran.
" Gak tahu, tapi semalam katanya beliau habis kencan."
" Ya...telat dong."
" Santai, Lo tikung lewat sepertiga malam minta wangsit ke maha pencipta agar mereka bersama." Usul Devgan tumben bijak.
" Toh kalau jodoh enggak kemana."...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Adeknya itu calon pacar kamu Bhumi,Gih tuh tanya namanya,biar kamu bisa nyambung,kesel aku,
2023-04-24
0
Qaisaa Nazarudin
Bhumi ama Wisnu sahabatan,Dan Aditya muridnya,Astaga dunia begitu sempit,Tp nomor hp nya Vara sja Bhumi gak tau 🤣🤣🤣🤣
2023-04-24
0
Qaisaa Nazarudin
Astaga Aditya kok mulut nya lemes banget iya,,🙄🙄🙄
2023-04-24
0