13. Akhirnya Melepas Rindu.

Wisnu mendudukan Shavara di sofa, Aditya membawa shavara agar bersandar padanya sementara Wisnu mengobati memar di pipi adiknya.

Mereka  berkumpul ruangan yang bercat biru tua berpadu hitam yang diisi perabotan simpel hanya meja besar beserta kursinya, sofa berwarna gading, dispenser, rak buku kebanyakan buku bertema ekonomi, kamar istirahat lengkap dengan ranjang luas, kamar mandi, dan lemari pakaian.

Shavara sedang dirawat oleh Wisnu yang mana darahnya sudah berhenti mengucur. Para teman Shavara memperhatikan sikap lembut Wisnu dengan tatapan bertanya bercampur bingung.

Kenzo dengan setia mengusap punggung Berliana untuk menenangkannya yang sekuat tenaga menyembunyikan rasa sakit dan kecewa di hatinya.

Mata Berliana semenjak masuk ruangan tidak pernah mengalihkan pandangannya dari dua insan tersebut.

Sementara Bhumi memilih duduk di kursinya sambil menatap lekat Shavara yang wajahnya memar, sedari tadi dalam hatinya menyumpahi b4jingan itu.

" A, gimana kalau mama tanya, jawab apa kita?" Lirih Shavara.

" Aaaa?? ..." Ucap Mira, Shavara menoleh padanya, ia terkaget para temannya ada di sana, duduk di atas lantai berselonjoran tidak jauh dari sofa.

Matanya menatap Berliana yang tengah menatapnya.

" Bilang apa adanya aja." Jawab Aditya santai.

" Ck, nanti kamu yang dimarahi karena berantem."

" Udah biasa."

" Dek, kita ke rumah sakit aja yuk?" Wisnu mengabaikan cek-cok antar keduanya.

Shavara menggeleng," gak apa-apa, gak ada yang patah." 

" Kita pastiin aja, takut ada luka dalem, tadi kamu jatuhnya keras banget lho."

" Besok aja atuh, ini udah malam." Bujuk Shavara.

" Permisi..." Bima angkat bicara.

" kita boleh tahu apa hubungan bapak sama Vara?" Tanyanya.

" Menurut kalian?" Tanya balik Wisnu sambil mengobati lecet di wajah Shavara.

" Bingung. Pacaran? Sejak kapan? Kalian gak pernah terlihat dekat kalau di kampus." Ucap Mira melirik Berliana yang tertunduk.

Shavara menangkap kesedihan Berliana, ia tidak bisa kehilangan teman yang ada di saat dirinya rapuh. 

" Eh..bukan..kita bukan pacaran." Sanggah Shavara buru-buru bercampur gugup.

" Lantas?"

" Ki..ta..."

BRAKH...

Cara masuk dengan tergesa-gesa Erlangga dan Adnan yang membuat semua orang terjengkit kaget.

" Wis,...Lo lagi viral.," Heboh Adnan.

" Kenapa?" Tanya Wisnu yang masih telaten mengusap salep ke pipi Shavara.

" Lha, Lo belum tahu, kalau Lo sama Adit lagi diperbincangkan? tanya Erlangga.

Aditya dan Wisnu menggeleng malas tidak terlalu menanggapi ocehan duo jomblo akut tersebut.

" Ishh, kalian ini..di sosmed..."

" Om, coba diem dulu. Kita lagi ngomongin yang penting ini." Bentakan Mira membuat suasana hening.

" Eh..ada kalian..." ucap Erlangga yang langsung dibungkam Mira.

" Diem, shuuttt..." Mira menghentikan kecerewetan Erlangga.

Erlangga bungkam dengan menutup mulutnya dengan tangannya.

" Pak, kembali ke pembahasan sebelum duo perusuh itu datang."

" Kami tidak harus menjelaskan hubungan kami, kan. Itu bukan urusan kalian." Elak Wisnu.

" Ya itu jadi urusan sahabat saya, bapak tahu kan sahabat saya naksir bapak."

" Siapa?" Tanya Aditya.

" Jangan kepo." Peringatan Wisnu.

" Kepo lah, siapa yang mau sama Aa yang buluk gini. HaHAHAHAHHAHA..hmppt,. Piuh.." Aditya melepehkan kapas yang dijejalkan Wisnu ke dalam mulutnya.

Merasa percuma Bertanya pada dosennya itu Mira mengalihkan pertanyaan pada Shavara.

" Var, Lo selingkuhan pak Wisnu?"  Tuding Mira tanpa tedeng Aling.

" Hmmpt..." Para sahabat Wisnu langsung menahan tawa mendengar hal yang menurut mereka konyol.

" Hah? Kagak lah, bukan. Hubungan kita gak seromantis itu kok."

" Terus apa? Bertele-tele banget Lo. Kalau Lo gak ngomong malam ini ada yang nangis kejer semalaman di kamar gue, ini. Kan gue sendiri yang susah." Ujar Kenzo melirik Berliana yang tertunduk semakin dalam.

" Kita itu adik-kakak." Jawab Aditya yang kasihan melihat si bule cantik yang murung sekali.

" HAH? boong." Kata semuanya meragukan.

" Apa gue musti bawa KK, bang untuk pembuktian?" 

" Kok bisa?" Kini Mira yang berkomentar ragu.

" Bisa lah, ini buktinya." Sewot Aditya.

" Lo kok gak ngomong Var?" Tanya Kenzo.

" Aku yang gak mau disebar, biasanya capek banyak yang kirim salam atau surat buat pak Wisnu."

" Iya, juga sih." Gumam Mira membenarkan.

" Lagian kalian kok demen sama jomblo karatan ini sih." ledek Aditya.

" Ya terserah kita dong." Refleks Berliana menjawab karena tidak terima lelaki idamannya dihina.

Semua orang memandang bertanya pada Berliana yang menutup wajahnya dengan tasnya karena malu, sementara dari ekor matanya Wisnu menikmati raut malu Berliana dengan senyum tipisnya yang hampir tidak terlihat.

" Oh,..jadi si kakak nan jelita ini naksir kakak aku, punya

niat suka berondong gak?" Seru Aditya menggodanya.

Dengan polos berliana yang terbiasa blak-blakan menggeleng.

" Ini bule polos atau bucin." Celetuk Erlangga.

" Wisnu menang banyak." Adnan sangat iri.

" A, aku mau ganti baju, Aa bawa baju ganti gak?" Shavara memperlihatkan bajunya blusnya yang kotor karena siraman cappucino.

"  Gak bawa."

" Terus gimana? kalau aku pulang begini mama tanya kita jawab apa?"

" Pake baju aku aja, sekalian bersih-bersih." Ujar Bhumi cepat.

Sedari tadi dia mencari jalan berbicara dengan Shavara, ini lah kesempatannya.

Shavara menoleh ke arah meja kerja, dia terbelalak kaget mendapati Bhumi ada di sana.

" Sejak kapan? Kok bisa?" Gumam Shavara pelan.

" Teteh ngomong atau kumur-kumur sih." Gerutu Aditya mendekatkan kepalanya pada Shavara yang langsung dijauhi dengan telunjuk sang empunya.

" Eh,..gak..gak..usah...ini..."

" Udah, bersihkan diri kamu, dia teman Aa jangan khawatir."

" Hah? Kok bisa jadi teman?" Shavara terkejut bukan main.

" Ya bisa lah. Kita sekampus dulu."

" Eh enggak itu, kirain teman Aa cuma duo genit itu." Tunjuknya pada Erlangga dan Adnan yang bercebik padanya.

" Ayo aku anter." Bhumi beranjak ke pintu yang di samping rak buku.

" Eh, beneran ini gak usah..."

" Ck, lama." Aditya menarik lembut tangan kakaknya, yang tentunya saja mendapat penolakan dari Shavara, dan mendorong ke kamar yang tersedia ranjang besar.

Shavara mendelik sengit padanya yang tentu saja diabaikan Aditya. Sementara Bhumi terkekeh pelan menyikapi aksi konyol adik-kakak tersebut.

" Awas, jangan diapa-apain kakak aku." Aditya mengangkat kepalannya ke muka Bhumi, gak ada akhlak memang.

Sebelum pintu ditutup teriakan Bima menginterupsi gerakan Bhumi yang dalam hati sudah berdecak kesal.

Hal ini dimanfaatkan Shavara untuk bergegas keluar namun dicegah Bhumi dengan memegangi tangannya dari dalam, alhasil hanya kepalanya yang tersembul di pintu.

" Apa?" Tanya Shavara lemah.

" Ini, cincinnya jadi dijual gak, kalau jadi gue sama Kenzo mau ke tokonya sekarang takut keburu tutup." Bima menunjuk cincin berlian tersebut.

" Gak bisa besok?" 

" Gak bisa, takut Lo bawa kabur dan kita gak jadi barbequean m."

" Lha itukan cincin kakak gue, bang terserah dia mau diapain." Sewot Aditya.

" Tapi kakak Lo udah janji mau traktir kita. Lo lihat sendiri perjuangan gue ngambil cincin ini ditengah medan perang." Ucap Bima hiperbola.

" Cuih, tinggal nyomot doang juga, Lo kayak ngambil di penangkaran buaya." Cibir Aditya 

" Berisik, ini mau dijual gak?" Tanya Kenzo pusing sendiri melihat adu omong dua orang yang random tersebut.

" Jual, suratnya ada di tas gue."

" Busyet, udah disiapin." Aditya mencarinya dalam tas selempang Shavara.

 Setelah surat itu ditemukan," Kita langsung pergi ya." Bima menarik Kenzo tanpa meminta persetujuannya.

" Lha kita gimana pulangnya ini?" Mira bertanya bingung.

Ditengah obrolan, Bhumi menarik Shavara untuk masuk ke dalam kamar, dan langsung mengunci pintunya.

" Kenapa memang?" Tanya Adnan.

" Tadi kita kesini naik mobil Bima, dan kita ditinggal. Dasar bocah matre." Sungut Mira mesuh-mesuh.

" Sama aku aja." Erlangga sudah berdiri, namun ditarik kasar oleh Wisnu untuk duduk kembali.

" Saya anterin kalian pulang." Tawar Wisnu mengambil tas kantornya.

" Hah? Serius ini?" Hari ini Mira mengalami banyak hal tak terduga dari Wisnu, dosen datarnya.

" Cepat, udah malam ini " Wisnu membuka pintu dan menunggunya di sana.

Dengan wajah bersemu merah berliana bersemangat menerima tawaran itu.

Di dalam kamar, Shavara berdiri canggung di hadapan Bhumi yang menatapnya dalam.

" Ini, pasti sakit banget." Bhumi mengusap pipi Shavara yang memerah.

" Sedikit."

" Keras begitu tamparannya." Bhumi berjalan maju mengikis jarak, Shavara mundur karena malu.

" Kenapa nunduk terus?" Bhumi dapat mencium aroma cappucino dari rambut Shavara.

" Malu, ini sangat mempermalukan." 

" Menurut aku kamu hebat." Bhumi sedikit menundukkan wajahnya mendekati leher Shavara.

Shavara mengelak dengan berjalan menjauh." Ka..kamar mandinya dimana?" Tanyanya gugup.

" Itu di belakang kamu." Bhumi menunjuk ya dengan mulutnya.

" Aku bersih-bersih dulu.,"

"  Hmm."

" VA, sekalian mandi aja, itu rambut kamu lengket." Seru Bhumi di depan pintu kamar mandi.

Setelah menunggu 20 menit, kepala Shavara menyembul di balik pintu. Bhumi bangun dari pembaringannya.

" Ada yang ketinggalan?" 

" Handuk, sama baju."

Bhumi terkekeh gemas melihat mimik malu pujaan hatinya. Bhumi mengambil keduanya dari lemari pakaian.

Bhumi mengusap seduktif punggung tangan Shavara saat memberikan keperluan Shavara.

Shavara memegang dadanya yang berdegup kencang." Lama-lama begini terus bisa kena jantungan gue." 

Saat keluar dari kamar mandi matanya langsung beradu pandang dengan mata teduh Bhumi yang duduk di tepi ranjang seakan menungguinya.

" Sini." Shavara menggeleng menolak ajakan mendekat dari Bhumi.

" Ck, sini." Sedikit mencondongkan diri Bhumi mengajak Shavara berdiri diantara dua kakinya yang terbuat lebar.

Mengambil handuk, dan mengusaknya hati-hati. Setelah selesai, melempar handuk itu ke keranjang pakaian kotor. Lalu memperhatikan penampilan Shavara dibalut kemejanya yang kebesaran ditubuhnya.

" Kalau kamu yang pake bajunya terlihat se-xy ya?"

" Kak..." Rengek Shavara mencoba melepaskan diri dari kungkungan kaki Bhumi.

" Jangan menggoda ku, sayang." Bhumi membelai wajah Shavara.

 " Mana ada, ini aku lagi malu sama kamu."

" Kenapa?"

" Aku bukan di situasi yang baik untuk dilihat oleh lelaki yang menghabiskan malam bersama."

" Kok kedengarannya ambigu ya?"

" Eh,...emang?" 

Bhumi mengangguk." Hmm, menghabiskan waktu semalam. Kalau ada yang denger pasti otaknya traveling ke yang romantis."

Shavara memukul bahu Bhumi manja." Ishh, ya jangan."

" Ya kamu bahasanya."

" Kita keluar yuk gak enak Sam yang lain."

Terus ja bhumi menolak, enak saja dia sudah menahan rindu berat beberapa Minggu terakhir ini, masa pas ketemu dengan mudahnya melepasnya. tentu saja TIDAK.

" Adit masih adu mulut sama yang lain." Bhumi kembali menarik Shavara lebih mendekat.

Shavara memegang kedua bahu Bhumi menahan tubuhnya jatuh secara utuh ke dalam pelukannya.

" Kok kenal adikku?"

" Dia murid aku."

" Serius?" Shavara tidak percaya.

" Hmm, aaah..itu kamu yang bersama dia waktu di GOR latihan futsal itu ya."

" Kapan?"

" Jangan berlaga lupa, waktu itu kamu jelas-jelas kabur dari aku." Tangan Bhumi yang bertengger di punggung Shavara lebih mendorong Shavara masuk mengikis jarak antar tubuh mereka.

" Kan Malu."

" Ck, banyak malunya kamu itu. Padahal dimata aku kamu gak ad ayang musti dipersalahkan."

" Ya malu aku aku cium orang asing." Ceplos Shavara.

" Aku menikmatinya. Mau coba lagi?" Tangan Bhumi mengusap-usap punggung Shavara seduktif.

" Ya Tuhan, selalu begini kalau dekat kamu." 

Cup.

Bhumi mencuri kecupan di bibir ranum Shavara yang terkejut.

" Masih aja kaget padahal bukan yang pertama, mulai dibiasakan ya."

" Kamu sering begini ke yang lain?"

" Enggak, pacaran aja baru sekali, dan kamu tahu aku gak pernah lakuin itu. Cuma sama kamu. Aku juga gak tahu kenapanya."

" Ini tangannya diem, jangan ngusap-ngusap terus." Shavara memegangi tangan Bhumi mencegah gerilya yang lebih jauh di bagian belakangnya.

" Kangen kamu soalnya. Tanya tuhan...aku bener-bener kangen kamu. Kalau kamu?"

Shavara tidak menjawab meski ia juga merasakannya, ia memilih emnagmbil sisir yang tergeletak di rak buku kecil tidak jauh darinya.

" Aku mau rapihin rambut aku."

" Aku bantu."

" Enggak ih, awas dulu." Shavara mencoba melepas belitan tangan Bhumi di tubuhnya.

" Di dunia aja." Bhumi membalik tubuh Shavara menghadap kaca yang tidak begitu besar di samping lemari pakaian tanpa melepas pelukannya.

Ia mengendus-endus di bagian tengkuk Shavara menikmati aroma wanita-nya.

" Kak, geli."

" Nikmati saja, aku pengen cium bau kamu sepuasnya." Ucapnya di Bali rambut.

Tok....tok...

" Teh, udah belum? Kita kudu pulang." Teriak Aditya dibalik pintu, menekan-nekan kenop pintu.

" Iya ini udah." Shavara meletakan sisir tersebut ke tempatnya.

" Ishh, ganggu aja." Walau sambil menggerutu Bhumi berjalan ke arah pintu. Dia sebenarnya tidak rela melepaskan Shavara.

Cklek...

" Kalian ngapain lama amat." Aditya mengamati dengan curiga.

Bhumi menyentil kening Aditya dengan santainya." Awwss, sakit."

" Makanya jangan kepo."

" Lho mana Mira sama Ana?"

" Udah pulang, kita juga harus pulang. Mama udah nelponin aja dari tadi."

Bhumi terus menatap Shavara m, apapun yang Shavara lakukan ia rekam dalam kepalanya.

" Oelng Lo, Bhum." Bisik Adnan yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.

" Apa gue bilang adiknya Wisnu lebih cantik."

" Sok tahu Lo " Bhumi mentoyor kepala Adnan agar menjauhi darinya yang terus menempelnya.

" Bukan sok tahu, tapi sorot mata lo gak bisa neymbunyiin."

" Kalau gitu Lo bantu gue gimana caranya Vara balik sama gue."

" ANJAY..langsung ngegas, UPS." Teriakan Adnan membayar Aditya dan Shavara melihat kearah mereka dengan heran.

" Lo balik pake apa, Dit?"

" Tadi kesini bareng Bian."

" Terus Lo biarin Kakak Lo pulang naik motor goyoran tiga orang?"

" Ya enggaklah gue..." Aditya bingung sendiri.

" Saya yang anter kakak kamu." Bhumi mengambil ponsel dan kunci mobil dari meja kerjanya.

Aditya Menaruh curiga Bhumi yang bersemangat pada kakaknya,  saat menuruni tangga pandangan Aditya memperhatikan Bhumi.

" Lama amat Lo, Dit." Gerutu Devgan.

" Nungguin kakak gue bersih-bersih."

" Yuk, pulang." Ajak Bian.

" Gue pulang bareng kakak gue."

" Naik apa?" Tanya Adnan.

" Yan, gue pinjem motor Lo." Bhumi yang berdiri di belakang Aditya menggeleng-geleng memberi kode Bian untuk menolak.

" Gak mau, gimana gue pulangnya?"

" Lo bareng Ajis aja sih."

" Ogah, dia mah suka grepean."

" Kakak kamu biar dianter Bhumi aja." Usul Adnan.

" Gak bisa,nanti diapa-apain."..sekali lagi Bhumi memberi kode Bian untuk mengajak Aditya pulang.

" Udah sih, turunin sifat posesif Lo " bagian menarik Aditya yang cemberut tidak berdaya.

" Bro, gue duluan ya." Bhumi mendorong pelan punggung Shavara yang berdiri mematung karena bingung untuk berjalan.

" Woy, inget gebetan Lo." Ucap Erlangga tanpa melihat ke Shavara yang melihat Bhumi.

" Nanti aku jelasin." Bisiknya.

" Berisi Lo. Gue cabut."

Di dalam mobil tidak ada yang bicara," Aa Wisnu kemana ya?"  Akhirnya Shavara yang angkat bicara.

" Gak tahu."

" Ish,. Masa gak tahu." 

" Kan aku sama kamu tadi di kamar."

" Oh iya,..ya.."

" VA, tolong bikin hp aku." Tunjuknya ke dashboard.

" Ini." Shavara menyodorkan ponsel itu pada Bhumi.

" Masukin nomor kamu. Gara-gara lupa minta nomor kamu pendekatan aku gak jadi."

Shavara terkikik," aku diketawain satu keluarga pas bilang kita gak saling tuker nomor. Mama godain aku mau nomor kamu atau enggak."

" Terus?"

" Ya aku tolak lah. Gengsi. Urusannya panjang."

" Hahahahah..."

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Suka dengan ceritanya,terasa jadi muda lagi saya bacanya,hehe lanjutkan

2023-08-05

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Iya ingat,jgn lupa minta nomor hp nya,Ntar kamu galau lg 🤣🤣😜

2023-04-24

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Cie cie Berliana😅😅😅😜😜

2023-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 01. Hari Yang Menyebalkan
2 02. Ciuman Pertama.
3 03. Sidang.
4 04. Kala Emak provokator beraksi
5 05. first impression.
6 06. Festival.
7 07. Semalam Bersama Mu.
8 08. Interogasi.
9 09. Perkara Jodoh.
10 10. Peran penting Seseorang.
11 11. Kerinduan
12 12. Keributan Di restoran.
13 13. Akhirnya Melepas Rindu.
14 14. Aditya terkena Syok Mental.
15 15. Curahan Hati.
16 16. Bersumbu Pendek.
17 17. love Language
18 18. Percikan Kecil.
19 19. Masalah dan obatnya.
20 20. Tercyduk.
21 21
22 22
23 23. Ketegangan di Kantin.
24 24
25 25
26 26
27 27. Pengakuan Bian.
28 28. Mengungkap Rahasia.
29 27. Keadaan bertolak belakang.
30 30. Pelindung.
31 31. Prasangka.
32 32. Kode
33 33. Drama Festival.
34 33. Baikan
35 35. Perihal cupang.
36 36. kecyduk...
37 37
38 38. Ketemu dan berantem.
39 39. Panas di tengah Dingin.
40 40. Bicara Empat Mata
41 41. Isshhh
42 42 T. K.O buat Aryo.
43 43. Pria Misterius
44 44. Drama Mall.
45 45. Masa Lalu...
46 46. Beban Biyan.
47 47. Reuni.
48 48. Panas Dalam Dingin.
49 49. Kejutan.
50 50. Marahan Lagi.
51 51. Membujuk
52 52. Dadakan
53 53. Tunangan.
54 54. Ulah Satu Wanita
55 55. Beres Urusan.
56 56. Iri.
57 57. Ada Apa Dengan Semalam.
58 58. Adu Taktik.
59 59
60 60.
61 61
62 62 Ujian sebelum Pernikahan.
63 63.
64 64. Setia Kawan????
65 65. Ulah Kinan.
66 66. Akhir dari Kinan.
67 67.
68 68. Pingsan.
69 69. Rumah Sakit
70 70.
71 71. Nasib Pelakor..
72 72. Terungkap status Bian.
73 73. Yuk Berdamai...Semuanya
74 74. Jadikah Liburannya.
75 75. Shavara Ngambek.
76 76. Roda Kehidupan Berputar.
77 77. Karena Cinta dan Sayang
78 78. Dingin-dingin Panas.
79 79.
80 80.
81 81. Drama Club'
82 82
83 83.
84 84. Fena Mereog
85 85.
86 86. Hama.
87 87. Berantem.
88 88. Over Thinking
89 89. Baikan.
90 90. Effort Arleta
91 91. Shavara yang Mengakhiri...
92 92.
93 93.
94 94. Bicara...
95 95. Karma Siena.
96 96. Tanggung Jawab.
97 97. Drama Sekolah.
98 98. Nasib Arleta.
99 99. Luka Arleta
100 100. Kehebohan Sekolah.
101 101.
102 102. Ribut lagi...
103 103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
01. Hari Yang Menyebalkan
2
02. Ciuman Pertama.
3
03. Sidang.
4
04. Kala Emak provokator beraksi
5
05. first impression.
6
06. Festival.
7
07. Semalam Bersama Mu.
8
08. Interogasi.
9
09. Perkara Jodoh.
10
10. Peran penting Seseorang.
11
11. Kerinduan
12
12. Keributan Di restoran.
13
13. Akhirnya Melepas Rindu.
14
14. Aditya terkena Syok Mental.
15
15. Curahan Hati.
16
16. Bersumbu Pendek.
17
17. love Language
18
18. Percikan Kecil.
19
19. Masalah dan obatnya.
20
20. Tercyduk.
21
21
22
22
23
23. Ketegangan di Kantin.
24
24
25
25
26
26
27
27. Pengakuan Bian.
28
28. Mengungkap Rahasia.
29
27. Keadaan bertolak belakang.
30
30. Pelindung.
31
31. Prasangka.
32
32. Kode
33
33. Drama Festival.
34
33. Baikan
35
35. Perihal cupang.
36
36. kecyduk...
37
37
38
38. Ketemu dan berantem.
39
39. Panas di tengah Dingin.
40
40. Bicara Empat Mata
41
41. Isshhh
42
42 T. K.O buat Aryo.
43
43. Pria Misterius
44
44. Drama Mall.
45
45. Masa Lalu...
46
46. Beban Biyan.
47
47. Reuni.
48
48. Panas Dalam Dingin.
49
49. Kejutan.
50
50. Marahan Lagi.
51
51. Membujuk
52
52. Dadakan
53
53. Tunangan.
54
54. Ulah Satu Wanita
55
55. Beres Urusan.
56
56. Iri.
57
57. Ada Apa Dengan Semalam.
58
58. Adu Taktik.
59
59
60
60.
61
61
62
62 Ujian sebelum Pernikahan.
63
63.
64
64. Setia Kawan????
65
65. Ulah Kinan.
66
66. Akhir dari Kinan.
67
67.
68
68. Pingsan.
69
69. Rumah Sakit
70
70.
71
71. Nasib Pelakor..
72
72. Terungkap status Bian.
73
73. Yuk Berdamai...Semuanya
74
74. Jadikah Liburannya.
75
75. Shavara Ngambek.
76
76. Roda Kehidupan Berputar.
77
77. Karena Cinta dan Sayang
78
78. Dingin-dingin Panas.
79
79.
80
80.
81
81. Drama Club'
82
82
83
83.
84
84. Fena Mereog
85
85.
86
86. Hama.
87
87. Berantem.
88
88. Over Thinking
89
89. Baikan.
90
90. Effort Arleta
91
91. Shavara yang Mengakhiri...
92
92.
93
93.
94
94. Bicara...
95
95. Karma Siena.
96
96. Tanggung Jawab.
97
97. Drama Sekolah.
98
98. Nasib Arleta.
99
99. Luka Arleta
100
100. Kehebohan Sekolah.
101
101.
102
102. Ribut lagi...
103
103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104
104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!