07. Semalam Bersama Mu.

" Kau pasti berpikir yang sama dengan pria mabok tadi. Bahwa aku wanita gampangan, kan."

 Wajah Bhumi menegang, dia marah. lalu memajukan dirinya, menci-um bibir Shavara,menarik tengkuknya saat dirasa Shavara yang berada di bawahnya memberontak.

Kedua tangan Shavara memukul-mukul dada Bhumi, terus memukulinya meski itu tidak berdampak, Bhumi terlalu kuat baginya.

Bhumi memegangi wajah Shavara untuk memperdalam ciu-mannya, Shavara merasa benar-benar murahan. Ini salahnya yang memberi kesan demikian saat pertama perjumpaan mereka.

Airmatanya menumpuk di pelupuk matanya, ia merasakan dadanya sesak, rasa bi-bir tipis terus bergerak berirama melahap miliknya meski dia tidak membalasnya.

Satu tangan Bhumi meremas rambut Shavara, ia memajukan tubuhnya melewati ruang jarak antar kursi, ia terus mengu-lum dengan lembut namun menekan dengan gerakan intens berirama agar bibir ranum itu membuka jalan lebih luas untuk li-dahnya masuk rongga mulutnya mengabaikan pukulan keras di dadanya.

" Hmmph..hmmph..." Shavara bertahan pada penolakannya, ia meremas kuat cardigan Bhumi, mendorong sekuat tenaga, namun masih nihil.

Satu tangan Bhumi mencari dan kemudian menekan tombol menurunkan sandaran kursi, ia menuntun tubuh Shavara mengikuti gerakan kursi dengan menempelkan tubuhnya ke tubuh Shavara agar Shavara tidak berkutik.

Shavara terus mendorong-dorong tubuh kekar Bhumi, namun tidak berhasil. Kepala  Bhumi bergerak ke kiri dan kanan mencari posisi nyaman agar luma-tannya lebih dalam.

Merasa putus asa sekaligus membenci dirinya karena mulai menikmati cum-buan lembut di bibirnya.  Shavara yang tidak berpengalaman membuka mulut berniat ingin memarahinya, hal itu dimanfaatkan Bhumi menyesakkan li-dahnya menerobos memenuhi mulut Shavara.

Luma-tan lembut itu, berlanjut menjadi luma-tan cepat dan semakin intens melahap mulutnya. Gerakan li-dah Bhumi bermain bebas memutari lidah Shavara.

Luma-tan penuh pemujaan itu menghipnotis Shavara untuk turut menikmatinya, ia membalas cecapan peraduan li-dah itu. Bahkan tangan Shavara kini melingkari leher Bhumi.

Mendapat respon dari Shavara, tanpa melepas tautan bi-bir, Bhumi menarik tubuh Shavara ke kursinya, melewati ruang sempit memangku Shavara.

Dalam ciu-mannya Bhumi merengkuh tubuh Shavara, mengusap punggungnya ia ingin Shavara tahu apa yang dirasakan hatinya, terkadang tautan bibir melepas, namun tidak menjauh cukup untuk mengambil nafas, kemudian Bhumi menci-umnya lagi merapatkan tubuh gadisnya pada tubuhnya kedua tangannya bergerak berirama mengusap punggung, leher dan kepala belakang Shavara, meremas rambut halus sepinggang itu agar lebih menempel padanya.

Lama mereka saling menghisap bi-bir bawah dan atas silih berganti, sampai Bhumi mengerang nikmat, tangannya  memeluk lebih erat Shavara, satu kesadaran menghampiri  Shavara, ia merasa tersentak kenyataan, ia membenci dirinya yang menikmati ciuman ini. Air matanya kembali menetes, dan Bhumi merasakan cairan asin itu, ia lantas  menyudahi aksi panas mereka, namun tidak melepaskan tautannya. Kedua kulit itu masih saling menempel.

Dengan dada naik turun, nafas memburu, Shavara mengigit bibir bawah Bhumi yang langsung melepaskan, dan menjauh.

Dalam kegelapan mereka saling pandang, sinar redup shavara menggelitik hati bhumi.

" Lepas." Shavara menjauhkan diri dari Bhumi, yang Bhumi tahan. Suara Shavara yang tercekat, sangat tidak Bhumi sukai.

" Tidak, sampai kesalahpahaman ini selesai."

" Lepas, kamu basah."

Mau tak mau Bhumi membiarkan Shavara kembali ke kursinya.

" Ganti baju kamu."

Bagai anak kecil Bhumi menuruti perkataan Shavara tanpa mau repot-repot pindah ke kursi belakang dia berganti pakaian di depan Shavara yang lebih memilih melihat keluar jendela mobil.

" Sudah. Sekarang kita bicara." Ucap Bhumi tegas.

Shavara tersenyum getir," aku memang murahan ya, tidak salah kamu lancang ke aku." Ucapnya bergetar.

Bhumi menggeleng, " apa karena kesan pertama aku mencium mu?" tanya Shavara.

" Aku tahu...i...ini terkesan mencari alasan tapi aku tidak pernah...."

" Aku tahu, itu ciuman pertamamu, begitupun dengan ku." Ucap Bhumi  sambil menatapnya dalam yang luput dari penglihatan Shavara yang terus menghindar menatap Bhumi.

" Kenapa kamu melakukannya?" Tanya Shavara tercekat.

 " kamu merasakannya, kan? Aku tidak merendahkan mu. Aku mencium mu karena aku ingin. Ini pertama kalinya aku merasakan hal itu."

Bhumi menyeka air mata yang kembali turun dengan lembut.

" Kenapa? Kenapa kamu melakukan itu? Kita bukan pacaran. Meski aku gak bisa menyalahkan kamu, memang aku yang memberi kesan kalau aku gampangan." Shavara menunduk dalam.

" Hei, lihat aku...lihat aku." Paksa Bhumi karena Shavara enggan menatapnya, tak ayal Shavara menatapnya.

Bhumi membingkai wajah Shavara dengan kedua tangannya.

" Aku memuja mu, apa terlalu cepat kalau aku bilang aku menyukai kamu? bahkan untuk malam ini saja sudah ribuan kali otak ku menyatakan kamu gadisku."

Mata bulat itu membeliak, ia malu.Shavara berusaha melepaskan wajahnya dari tangan Bhumi, namun satu tangan Bhumi malah memegangi tangan Shavara.

" Terkesan mustahil memang, dan lebih ke gombal ya!? Tapi itu kenyataanya. Setelah pertemuan itu setiap hari aku ke restoran itu berharap ketemu kamu lagi. Alasan aku menolak perjodohan ini juga karena kamu. Jadi hilangkan pikiran kalau aku menganggap mu wanita yang tidak baik. Paham!"

Shavara mengangguk karena takut tatapan tajam Bhumi." Lewpash."

Bhumi membebaskan Shavara yang langsung duduk menempel ke pintu.

Bhumi menghela nafas, menyesali sikap ofensifnya. " Kamu takut sama aku?"

Shavara menggeleng yang terlihat ragu di mata Bhumi. Bhumi memegangi stir, guna menahan tangannya ingin membelai Shavara.

" Aku minta maaf, akan sikap lancang ku mencium mu, tapi aku tidak menyesalinya. Satu hal yang ku sesali kamu berpikir kalau kamu murahan.

" Shav,..."

" Shav, siapa?" Shavara menatap Bhumi.

" Kamu. Shav, potongan dari Shava."

" Gak ada yang manggil aku begitu."

" Jangan pernah ada kecuali aku atau keluarga kamu."

" Keluarga aku manggilnya Vara."

" Berarti cuma aku yang bakal manggil kamu itu."

" Karena?"

Tatapan mata bumi Seketika berubah lembut menatap Shavara yang membuat Shavara salah grogi.

" Jangan berpaling, atau aku cium kamu lagi." Peringatan Bhumi saat Shavara hendak mengalihkan pandangannya.

" Ya..ya..jangan liatin aku begitu."

" Bagaimana?" Bhumi mengulum senyum, ia menggigit bibir bawah dalamnya.

" Ya...begitu..."

" Ya..begitu bagaimana?" Goda Bhumi.

" Kak Bhumi, ih...ya begitu. Anggap aja kakak paham."

" Oooh, iya, paham. Tatapan aku suka kamu gitu kan."

" Hah? Ya..jangan frontal juga kak.

" Udah stop ngebahas itu." Ucap Shavara saat buka membuka mulut hendak bicara.

" Oke, terus gimana dengan ungkapan aku itu."

" Ya.. gak tahu. Aku baru patah hati."

" Tahu. Udah berkali-kali kamu ngomong. Dan aku ngeliat sendiri si bo-doh itu ku-rang ajar. Apa kamu ingat aku selama ini? Apa ciuman kala itu masih teringat?"

" Itu pertama bagiku, jadi..."

" Syukurlah kamu masih mengingatnya, setidaknya kamu ingat aku."

" Paling bentar lagi perasaan kakak juga hilang."

" Aku meragukannya."

" Sekarang bilang begitu, habisan nyium soalnya. Ups." Shavara menutup mulutnya karena Kelepasan.

Bhumi tersenyum manis menanggapinya." Aku...bukan termasuk orang yang mudah untuk tertarik sama wanita."

" Mudahnya suka sama lelaki gitu maksudnya!?"

" Shava..." Peringat Bhumi.

" Eh, maksud aku...maaf." cicitnya.

Melihat waja Shavara yang ketakutan, Bhumi tertawa kecil." Aku normal, dan kamu sudah merasakan kenormalan aku. Mau aku ingatkan lagi?"

Shavara menggeleng cepat." Enggak, aku percaya kamu normal."

" Bisa dikatakan ini kali pertama aku teringat seseorang dalam waktu lama, begitu tadi melihat kamu, dada aku deg-degan parah. Aku kayak bocah remaja. Kalau kamu?"

" Hah? Apa?"

" Gimana perasaan kamu ketemu aku lagi? Tapi kayaknya biasa saja ya."

" Eh, enggak...aku juga...eh..i..tu. ini udah malam, udah jam setengah 12."" Shavara linglung, dia malu mengutarakan hal yang sejujurnya.

Kegugupan, dan wajah bersemu merah Shavara menjawab pertanyaan Bhumi, untuk saat ini ia cukup puas dengan itu " Kamu mau langsung pulang atau mampir ke suatu tempat dulu?"

" Kamu udah capek, enggak?" Tanya Shavara ragu, sebenarnya ia enggan pulang. Ia ingin memanfaatkan waktu malamnya sebebas mungkin.

" Enggak, sejujurnya aku belum mau mengantar kamu pulang, tapi aku takut kamu dimarahi."

" Gak bakal. Aku juga belum pengen pulang. Aku pengen ke mekdi buka 24 jam. Penasaran apa benar mereka buka 24 jam?"

" Kalau begitu let's go."

^^^^^^

" Kamu pakai baju double, di dalam dingin." kata Bhumi saat mereka sudah diparkiran mekdi.

" Kamu yang harus pake baju double, kamu tadi kehujanan." timpal balik Shavara.

" Dih, senangnya diperhatiin calon pacar."

" Apa sih. lebay. ini jaket kamu udah agak kering." Shavara menyerahkan jaket Bhumi yang tadi ditudungkan padanya.

" Aku udah double, pake kaos dan kemeja." Bhumi sengaja menolak.

" tetap aja dingin." refleks Shavara menyentuh pipi Bhumi.

Tidak menyia-nyiakan keadaan Bhumi langsung memegang tangan itu, dan mengecupnya. Shavara terkejut, ia ingin menarik tangannya, namun dicegah Bhumi.

Bhumi menumpuk tangan Shavara di atas tangannya yang satu , tangan yang lain mengelusnya sayang." mulai sekarang biasakan sentuhan aku, bukan karena ku murahan atau gampangan. tapi karena aku suka kamu, dan gak bisa nahan buat gak sentuh kamu."

" Baru suka udah banyak sentuh dan cium. gimana kalau udah cinta, bahaya anak gadis orang."

" Aku nikahin kamu langsung."

" Yuk, kita keluar." Shavara bingung dengan sikap frontal Bhumi. ini baru pertama kali ada lelaki yang bersikap seadanya padanya.

Bhumi terkekeh," yuk. masuk."

" Kamu mau pesan apa?" Shavara tengah menekan pesanan untuk dirinya.

" Kentang sama kopi aja."

" Enggak, tadi kita belum makan di restoran. kamu makan nasi, tapi kentang juga aku masukin."

Bhumi yang berdiri di belakangnya tersenyum, ia memajukan wajahnya kesamping telinga Shavara. " tadi kita habis dari festival kuliner lho. aku cuma ngingetin. doang sih." bisiknya.

" Ba..badan kamu besar mana cukup sama cemilan tadi."

" Terus kenapa tanya?"

" Basa-basi. kamu juga aku peseninya tea, bukan kopi. kalau mau nambah, baru kopi. hangatin bada kamu dulu." Shavara terus menekan pesanan sesuai kehendaknya.

" Terserah nyonya."

" Ishh, kamu mah. ini bayarnya cash, atau debit?"

" Debit aja." Bhumi memberikan kartunya.

" Maaf, aku ngabisin duit kamu." Shavara mengembalikan kartu tersebut.

" Tenang, masih aman."

" Ini kartunya. kamu duduk aja, aku ke sana dulu."

" Kita barengan aja. jangan dibiasakan melayani, dan jangan sungkan menerima pelayanan orang."

Mereka sudah duduk di meja di samping dinding kaca, Bhumi memilih duduk di seberang Shavara." Apa si breng-sek itu biasa membuat kamu melayani dia?"

Shavara mengangguk." Dia bilang itung-itung latihan jadi istri."

" Gak gitu konsepnya. menurut aku istri yang harus menerima pelayanan suami. kan dia yang minta anak gadis orang, jadi dia wajib meratukannya. minimal suami istri itu hak dan kewajibannya balance lah."

" Kamu ngomong kayak gitu karena di depan aku aja kan, kamu lagi promosiin diri kamu. Jangan dipikir karena aku masih muda, aku bisa dengan mudah terayu oleh mu."

" Astaga terlalu jauh pikiran kamu, aku ini terlalu dewasa untuk gimmick di depan orang yang aku suka. Aku berharap kamu suka aku apa adanya. ngomong-ngomong mantan kamu berapa?"

" Dengan yang kemarin tiga.'

Bhumi manggut-manggut." Kamu termasuk gak cepat suka, dan mengingat yang terakhir 4 tahun, berarti kamu setia dan gak cepat bosan.

" Dari mantan kamu itu ada yang ceritanya belum tuntas, yang bisa bikin aku khawatir kamu goyah, gak."

" Enggak ada. semuanya selesai dengan baik-baik. kamu gimana? ada yang suka sama kamu."

" Banyak, aku cukup sadar aku terlalu ganteng untuk jadi guru, makanya banyak siswi yang menyatakan cinta. tapi, ada satu murid yang nekat. Arleta, namanya. Ku pikir dia terlalu menganggap serius perasaannya padaku."

" Kalau sesama guru?"

" Ada, Shasa namanya. guru seni budaya. sedari dia jadi guru baru suka cari perhatian ke aku."

" Terus kamu-nya?"

" Aku sukanya sama kamu."

" Permisi, ini pesanannya."

Bhumi mengucapkan itu berbarengan dengan pegawai membawakan pesanan mereka. sontak suasana menjadi awkward.

" Terima kasih, mas." ucap Shavara menahan malu, setelah si pegawai menyebutkan dan menaruh pesanan mereka.

" Kamu sih, kalau ngomong gak difilter."

" Kamu yang terlalu malu."

"Ya malu lah. ini kali pertama aku mendapat ucapan suka terus terang gini."

" Aku terlalu senang ketemu kamu lagi, dan gak mau menyia-nyiakan kesempatan, nanti diduluin orang."

" Gak ada yang suka aku."

" Syukurlah, tapi berjaga-jaga. Kamu ini cantik sekaligus baik."

" Kayak kenal aku." Shavara membuka bungkusan nasi untuk Bhumi.

Bhumi memajukan dirinya, berbisik." Usia 24 baru ciuman, itu tandanya kamu perempuan baik-baik. Shava. jangan ragukan itu." Bhumi membuka bungkusan hamburger untuk Shavara.

" Aku ambil saos dulu."

" Biar aku. kamu tata makanan aja." Bhumi beranjak ke bagian saos.

Shavara memegang dadanya yang terasa berdegup kencang. menarik nafas lalu menghembuskannya." jantung, slow. jangan kebaperan banget." ucapnya tidak menyadari Bhumi yang sudah berdiri di belakang.

Bhumi tersenyum, dengan modus menaruh beberapa wadah saos di depan Shavara, Bhumi mengukungnya dari belakang." aku senang kamu baper. jadi kau gak deg-degan sendiri." bisiknya, kemudian mengecup pucuk kepala Shavara pelan.

Dua wanita yang duduk berjarak dua meja dari mereka berteriak tertahan sembari tersenyum atas adegan mesra itu.

" Ishh, kamu mah kebiasaan. cuci tangan dulu sana." hardik Shavara menyembunyikan kegugupannya.

Ketika Bhumi pergi mencuci tangan, Shavara berbalas pesan dengan adiknya.

" Ck, apa sih. dibilangin sudah dapat izin mama juga gak percayaan amat." gerutnya sebal dengan sikap posesif adiknya itu.

" Apaan, ujungnya malah nitip, tadi marah, sekarang nitip, mana seabrek pula "

" Kenapa?" tanya Bhumi sembari duduk di kursinya.

" Adik aku marah, aku gak pulang-pulang. udah dibilangin dapat izin mama."

" Apa kita pulang sekarang aja?"

" Enggak lah. belum tentu mama kasih aku bebas jam malam lagi."

" Ya udah kamunya santai aja, kalau kamu kalut gini, aku-nya juga jadi agak ragu."

" Iya. Kak, maaf. maaf banget. sekali lagi aku pinjem uangnya. dia nitip tapi agak banyakan. kayaknya kakak aku juga belum tidur."

" Iya, tapi kita makan dulu."

Selama makan mereka meobrolan ringan untuk saling mengenal satu sama lain, terlebih Bhumi. tak luput sedikit anekdot diantaranya.

Tring...

" Ya Tuhanku, adikku ini. bisa gak sih tukar tambah adik." kesal Shavara kala melihat pesan yang dikirim adiknya

" Kenapa?" tanya Bhumi sebelum meminum tehnya.

" Dia bilang, dia minta surat keterangan kalau aku masih perawan."

Bhumi tersedak minumannya, laku tergelak." hahaha, adik kamu mainnya udah jauh ya."

" Terlalu jauh. masih SMA padahal."

" Kita pesenin pesenan adik kamu dulu ya."

" Aku aja, kakak di sini aja."

" Tolong sekalian paket big Mac buat adik aku, dan aku kopi ya buat di mobil. kamu kalau mau nambah jangan sungkan." Bhumi menyerahkan kartu debitnya.

" Siap, nanti aku bayar."

" Terserah calon pacar aja."

Shavara terkikik geli mendengarnya.

❤️❤️❤️❤️❤️

" Aku ikut turun ya." sekali lagi Bhumi membujuk Shavara agar diizinkan menemaninya sampai depan pintu.

" Jangan, nanti mereka pada gimmick sok galak, males aku. kakak juga udah capek."

" Aku gak capek. aku nikmati banget malam ini."

" Aku juga. makasih ya, ternyata nyoba dicomblangi gak sehoror yang aku kira."

Bhumi menelisik wajah Shavara lamat-lamat, ada sesuatu yang janggal yang lumayan kentara di wajahnya, dan dia mengkhawatirkan dapat disadari oleh saudaranya itu. ini salahnya.

" Kalau kamu dimarahi, sebut nama aku. telpon aku, aku akan langsung datang untuk mempertanggungjawabkannya.

Raut Shavara kontan bingung." kenapa?"

Bhumi membelai sisi wajah Shavara, dirinya enggan berpisah. mengapa waktu berjalan terasa cepat.

" Aku masuk ya. kamu hati-hati." Shavara membuka pintu mobil.

Bhumi mengangguk." maaf, dan terima kasih. aku bahagia."

" Aku juga, lumayan buat discovery patah hati."

" Kamu bisa hubungi aku kapan saja." Bhumi menurunkan kaca mobilnya.

" Hmm, aku masuk." Shavara menutup pintu mobil, membuka pagar, dan memberi kode agar Bhumi pulang.

" Kamu masuk rumah dulu, baru aku pulang."

" Ya udah, dadah.. hati-hati." Shavara mengunci pagar, lalu membuka pintu rumah dengan kunci cadangan.

Setelah memastikan Shavara aman, Bhumi memutar balik kendaraan meninggalkan pekarangan rumah Shavara.

" Gak dianter masuk, Cemen bet dah tuh cowok." cibir seseorang didekat jendela.

Shavara terlonjak, mengusap dadanya kaget." Astaga. Adit, ih."

Wisnu didapati di depan tv menikmati tontonan bola-nya.

" Bermobil sih, tapi sayang, gak berani turun."

" Teteh yang melarang dia turun, kalian suka sok garang."

" Harus itu, masih orisinil ini. sampai sekarang masih kan?" tanya Aditya sok investigator.

" Aa... adiknya ini, rese banget." adu Shavara pada Wisnu.

" Adiiittt..."

" Aa, gak cemas gitu adik perempuannya di apa-apain sama anak orang." Ucpa Aditya mendramatisir.

" Kalau dia ngapa-ngapain si teteh, tinggal cari alamatnya. dia anak teman mama."

" Tapi gak bisa ngembaliin kesucian teteh, A."

" Adit, teteh gak diapa-apain. semuanya aman terkendali."

" Itu karena Adit wa teteh, coba kalau enggak."

" Ya gak bakalan juga. teteh punya ban hitam taekwondo kalau kamu lupa."

" Ck, itu gak cukup buat menghindar dari kejahatan pejantan, teteh ku yang lugu."

" Udah sih Dit. Var, bawa pesanan kita gak." ucap Wisnu.

" Bawa. ngutang sama dia." Shavara memberikan papperbag mekdi ada wisnu.

" Gak usah dibayar." celetuk Aditya.

" Dit... Kakak kamu tidak semurah itu, dan kita gak semiskin itu." Wisnu sangat tidak menyukai saran itu.

" Iya, bayar. maaf."

" Iya, ini aku juga beliin Adit ramen, dan aku juga beli yang lain. makan bareng yuk."

" Ya udah kamu salin baju dulu, bersihin diri, baru gabung bareng kita."

" Okay, Bosque." Shavara memberi hormat.

" Tunggu, jangan melangkah dulu." larang Aditya sewaktu Shavara hendak berlari menuju tangga.

" Kenapa lagi, Dit." Wisnu bosan dengan drama keposesifan adiknya ini.

Aditya menatap lama wajah Shavara, saat dia menyadari ada yang beda, dia terhenyak menutup mulutnya.

" Omo..Omo...A.. Aa..sini A, apa aku bilang..kita harus waspada." teriak Aditya heboh

" Apa sih, dek? sampe teriak gitu. mama papa mara baru nyaho kamu" Wisnu mendekatinya.

" I..tu...lihat muka teteh baik-baik.."

" Apa?"

" Dek, kamu kenapa sih, lebay amat." protes Shavara tidak terima dirinya segitu diteliti oleh duo orang yang parnoan ini.

" Diem, dulu. teh. biar si Aa lihat dulu."

Wisnu memperhatikan, menelisik setiap bagian wajah Shavara. saat menemukannya, Wisnu pun tidak kalah terkejut.

" Dek..."

" A, ada apa? jangan bikin dedek takut." rengek Shavara cemas.

"Gak apa-apa. gih kamu ke kamar." Wisnu sedikit mendorong pundak Shavara.

" A..." protes Aditya.

" Shutt, kita bicarakan besok" putus Wisnu.

Sementara di kamarnya, Bhumi termangu memikirkan Shavara disebabkan campuran khawatir dan rindu.

" Ya Tuhan. kalau mereka menyadari itu, ku mohon dituntut pertanggungjawaban aku." gumam Bhumi tersenyum.

" Baru juga pisah udah kangen. inikah yang namanya jatuh cinta? masa iya, gue cinta...baru juga ketemu. suka sudah pasti, cinta?" Bhumi terus bergelut dengan pikiran dan hatinya.

Ingin dia menghubungi Shavara melepas rindunya, namun sungkan mengingat Sekarang sudah pukul 3.30 pagi.

Apapun yang terjadi nanti, Bhumi yakin malam ini dia akan tidur dengan mimpi indahnya, karena semalaman ini dia merasakan yang terbaik dalam hidupnya...

Yuk habis baca like, komen, vote, hadiah, dan juga share ya . baca karya aku yang lain juga!!!

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Minta nomor hp nya deh Bumi,ntar kamu yg uring uringan gak tau cara ngehubungin nya lagi 😂

2023-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 01. Hari Yang Menyebalkan
2 02. Ciuman Pertama.
3 03. Sidang.
4 04. Kala Emak provokator beraksi
5 05. first impression.
6 06. Festival.
7 07. Semalam Bersama Mu.
8 08. Interogasi.
9 09. Perkara Jodoh.
10 10. Peran penting Seseorang.
11 11. Kerinduan
12 12. Keributan Di restoran.
13 13. Akhirnya Melepas Rindu.
14 14. Aditya terkena Syok Mental.
15 15. Curahan Hati.
16 16. Bersumbu Pendek.
17 17. love Language
18 18. Percikan Kecil.
19 19. Masalah dan obatnya.
20 20. Tercyduk.
21 21
22 22
23 23. Ketegangan di Kantin.
24 24
25 25
26 26
27 27. Pengakuan Bian.
28 28. Mengungkap Rahasia.
29 27. Keadaan bertolak belakang.
30 30. Pelindung.
31 31. Prasangka.
32 32. Kode
33 33. Drama Festival.
34 33. Baikan
35 35. Perihal cupang.
36 36. kecyduk...
37 37
38 38. Ketemu dan berantem.
39 39. Panas di tengah Dingin.
40 40. Bicara Empat Mata
41 41. Isshhh
42 42 T. K.O buat Aryo.
43 43. Pria Misterius
44 44. Drama Mall.
45 45. Masa Lalu...
46 46. Beban Biyan.
47 47. Reuni.
48 48. Panas Dalam Dingin.
49 49. Kejutan.
50 50. Marahan Lagi.
51 51. Membujuk
52 52. Dadakan
53 53. Tunangan.
54 54. Ulah Satu Wanita
55 55. Beres Urusan.
56 56. Iri.
57 57. Ada Apa Dengan Semalam.
58 58. Adu Taktik.
59 59
60 60.
61 61
62 62 Ujian sebelum Pernikahan.
63 63.
64 64. Setia Kawan????
65 65. Ulah Kinan.
66 66. Akhir dari Kinan.
67 67.
68 68. Pingsan.
69 69. Rumah Sakit
70 70.
71 71. Nasib Pelakor..
72 72. Terungkap status Bian.
73 73. Yuk Berdamai...Semuanya
74 74. Jadikah Liburannya.
75 75. Shavara Ngambek.
76 76. Roda Kehidupan Berputar.
77 77. Karena Cinta dan Sayang
78 78. Dingin-dingin Panas.
79 79.
80 80.
81 81. Drama Club'
82 82
83 83.
84 84. Fena Mereog
85 85.
86 86. Hama.
87 87. Berantem.
88 88. Over Thinking
89 89. Baikan.
90 90. Effort Arleta
91 91. Shavara yang Mengakhiri...
92 92.
93 93.
94 94. Bicara...
95 95. Karma Siena.
96 96. Tanggung Jawab.
97 97. Drama Sekolah.
98 98. Nasib Arleta.
99 99. Luka Arleta
100 100. Kehebohan Sekolah.
101 101.
102 102. Ribut lagi...
103 103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
01. Hari Yang Menyebalkan
2
02. Ciuman Pertama.
3
03. Sidang.
4
04. Kala Emak provokator beraksi
5
05. first impression.
6
06. Festival.
7
07. Semalam Bersama Mu.
8
08. Interogasi.
9
09. Perkara Jodoh.
10
10. Peran penting Seseorang.
11
11. Kerinduan
12
12. Keributan Di restoran.
13
13. Akhirnya Melepas Rindu.
14
14. Aditya terkena Syok Mental.
15
15. Curahan Hati.
16
16. Bersumbu Pendek.
17
17. love Language
18
18. Percikan Kecil.
19
19. Masalah dan obatnya.
20
20. Tercyduk.
21
21
22
22
23
23. Ketegangan di Kantin.
24
24
25
25
26
26
27
27. Pengakuan Bian.
28
28. Mengungkap Rahasia.
29
27. Keadaan bertolak belakang.
30
30. Pelindung.
31
31. Prasangka.
32
32. Kode
33
33. Drama Festival.
34
33. Baikan
35
35. Perihal cupang.
36
36. kecyduk...
37
37
38
38. Ketemu dan berantem.
39
39. Panas di tengah Dingin.
40
40. Bicara Empat Mata
41
41. Isshhh
42
42 T. K.O buat Aryo.
43
43. Pria Misterius
44
44. Drama Mall.
45
45. Masa Lalu...
46
46. Beban Biyan.
47
47. Reuni.
48
48. Panas Dalam Dingin.
49
49. Kejutan.
50
50. Marahan Lagi.
51
51. Membujuk
52
52. Dadakan
53
53. Tunangan.
54
54. Ulah Satu Wanita
55
55. Beres Urusan.
56
56. Iri.
57
57. Ada Apa Dengan Semalam.
58
58. Adu Taktik.
59
59
60
60.
61
61
62
62 Ujian sebelum Pernikahan.
63
63.
64
64. Setia Kawan????
65
65. Ulah Kinan.
66
66. Akhir dari Kinan.
67
67.
68
68. Pingsan.
69
69. Rumah Sakit
70
70.
71
71. Nasib Pelakor..
72
72. Terungkap status Bian.
73
73. Yuk Berdamai...Semuanya
74
74. Jadikah Liburannya.
75
75. Shavara Ngambek.
76
76. Roda Kehidupan Berputar.
77
77. Karena Cinta dan Sayang
78
78. Dingin-dingin Panas.
79
79.
80
80.
81
81. Drama Club'
82
82
83
83.
84
84. Fena Mereog
85
85.
86
86. Hama.
87
87. Berantem.
88
88. Over Thinking
89
89. Baikan.
90
90. Effort Arleta
91
91. Shavara yang Mengakhiri...
92
92.
93
93.
94
94. Bicara...
95
95. Karma Siena.
96
96. Tanggung Jawab.
97
97. Drama Sekolah.
98
98. Nasib Arleta.
99
99. Luka Arleta
100
100. Kehebohan Sekolah.
101
101.
102
102. Ribut lagi...
103
103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104
104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!