16. Bersumbu Pendek.

Fena berdiri tegak sambil bersedekap perut, memandang Aryo dengan mimik meremehkan yang sanggup membuatnya rendah diri.

Sementara Anggara memilih duduk santai di sofa, memang dirinya hanya berniat menjadi penonton di adegan drama yang akan ditampilkan istri tercintanya itu.

" Anak kamu masih hidup hingga mau menuntut anak-anak kesayangan saya." sarkas Fena sinis.

" Adit sudah mematahkan dua tulang rusuk saya, Tante. dia juga membakar dokumen penting perusahaan saya." lirih Aryo membela diri.

" Setelah kau melecehkan putri ku atau belum?" Tanya Fena tajam.

Aryo bungkam, ia menunduk.

" Mbak tenang saja. saya akan bujuk Aryo untuk menarik niatnya." Wira mencoba menenangkan Fena.

" Tidak perlu, kalau mau nuntut, tuntut saja. saya juga akan menuntut balik atas dasar penghinaan dan pelecehan terhadap putri saya, serta penggelapan. ingat, perusahaan yang kamu dirikan atas bantuan tenaga dan dana anak saya, ketika orang tua kamu sibuk dengan urusan masing-masing. saya menginginkan uang itu kembali, lumayan buat beli kwaci." Cerocos Fena.

 

Mita terperangah terlebih Aryo, ia sadar uang yang telah dikeluarkan Shavara untuk perusahaannya sangatlah besar bisa jadi, jika dihitung terperinci perusahaan itu adalah milik Shavara.

" Tante, itu terlalu mengada-ada. Kapan saya melecehkan Vara? Saya mencintainya." Elak Aryo mencoba merayu mantan calon besannya itu.

" Menuduhnya frigid hanya tidak mau Lo *****, padahal Lo sendiri ogah menikahinya, memaksa mengambil ciuman darinya padahal dia sudah menolak mati-matian. Apa lagi yang akan kamu elakan, b4ngsat." umpat Fena tidak bisa menahan diri.

" Ma..." Panggil Anggara menenangkan, sia melihat istrinya sudah diluar kendali.

Fena menarik lalu mengeluarkan napas," Kalau kamu tidak mampu membayarnya, saya memberi dua pilihan untuk kamu, jadikan Shavara sebagai pemegang saham mayoritas atau kamu jual perusahaan yang mana uangnya untuk mengembalikan uang anak saya."

" Tante tidak bisa begitu, Tante tahu kan saya bekerja keras untuk mendirikan perusahaan ini, tidak hanya Vara yang berjasa. Itu perusahaan saya, tentunya saya dua kali lipat bekerja keras." Tolak Aryo keras.

 " Saya pastinya tahu, bahkan mungkin lebih tahu daripada ibumu, saya melihat sendiri bagaimana anak saya pulang larut malam dan menelantarkan kuliahnya demi kamu, kamu menjanjikan masa depan cerah untuk anak saya yang ternyata kamu ingkari. Dan saya  menuntut kamu karena uang yang Shavara gunakan untuk membantu kamu itu berasal dari rekening suami saya." Tekan Fena.

" Soal kamu bekerja keras, itu sudah seharusnya. lha anak saya, cuma kamu janjiin tunangan dengan empat kali pengunduran nikah, tapi capeknya sama dengan kamu, situ waras?" pekik Fena membahana, dia sudah naik pitam.

" Mbak, tapi apa ini tidak keterlaluan?" Bujuk Wita yang sepertinya salah mengambil langkah.

Terbukti Fena yang langsung memandanginya dengan enggan seakan bicara dengan mantan calon besannya itu membuang-buang waktunya.

" Anak kamu yang keterlaluan, setelah anak saya berjuang untuk dia, dan dia sukses dia mengkhianatinya dengan mantan sahabatnya."

" Tante, saya bisa kembali pada Shavara, saya tahu dia tidak bisa lepas dari saya, dan saya akan memaafkan kesalahan Adit pada saya."

 Tangan Fena mengepal menahan kesal, lancang sekali dia menempatkan anak-anaknya sebagai tersalah, namun sekian detik raut wajahnya berubah merendahkan.

 " Saya menolak keras kamu menjadi pasangan anak saya, Vara sudah mendapatkan pengganti kamu jauh lebih baik, kamu hanya remahan rengginang apek di kaleng biskuit bekas lebaran 10 tahun lalu." Hardik Fena.

Anggara menggeleng kepala menahan tawa, dia salut dengan cara istrinya meng T.K.O lawan.

" Soal Aditya tersayang, saya tidak melihat salahnya dimana, so tuntut saja dia." Ujar Fena tidak peduli.

" Tan, tidak mungkin Vara begitu cepat mencari pengganti saya, dia sangat mencintai saya. Tidak akan ada yang mencintai Vara selain saya, Tan. Apa Tante tega bikin dia kembali menangis karena keegoisan Tante?" Tanya Aryo percaya diri.

" Hahahaha..percaya diri sekali kamu anak muda, sayangnya detik ketika kamu mengkhianatinya ada seorang pria yang langsung melamarnya." Ucap Fena pongah.

Anggara yang mendengarnya menarik alis ke atas dengan jenaka akan kebohongan istrinya, ia hanya mampu menggeleng.

" Apa benar itu, mas Anggara?" Tanya Wita, dia berharap itu hanya gertakan semata.

" Apa kamu menyangsikannya, Wita? Hanya karena putra kamu bodoh yang telah menyia-nyiakan putri saya bukan berarti tidak akan ada lelaki yang menyukai anak saya dan menjadikannya ratu." Sindir Anggara menohok.

" Dan untuk hal itu kami berterima kasih pada otak selang-kangan mu, Aryo." Ucap Fena.

" Intinya, Shavara sudah bahagia, hanya butuh 3 minggu baginya untuk melupakan empat tahun kebersamaan kalian. Dan kau, karena ulah mu sendiri harus membayar ganti semua yang sudah dikeluarkan Shavara untuk mu. Atau kuutus pengacaraku untuk memasukan kasus ini ke ranah hukum." ancam Fena.

Ceklek....

Pintu kamar dibuka, tampak Monika yang berpakaian rumah sakit dengan perban di pelipis dan tangan memasuki ruangan.

Dirinya sedikit terkejut melihat Fena dan Anggara. Seketika tubuhnya kaku kerena dilanda kepanikan.

Fena bertepuk tangan meriah, penuh penekanan menyindir."well Well..well...inilah pasangan pengkhianat, kalian dua pecundang memang cocok untuk bersama."

" Ta..Tante...apa kabarnya?" Monika mencoba basa basi.

" Baik, lebih baik setelah Wisnu menolakmu, dan kau menghancurkan pertunangan mantan sahabat mu." Sindir  Fena telak.

Aryo terkejut mendengarnya," apa maksud Tante dia ditolak Wisnu?"

Fena menutup mulutnya dengan kedua tangannya berpose imut dan sok merasa bersalah." Uppsss...sepertinya kau belum tahu kalau kau pelarian baginua setelah putra tercintaku menolaknya padahal dia sudah menggratiskan diri padanya."

" Monika, apa itu benar?" tanah Aryo tajam.

Fena berpaling menghadap Aryo. "Si pe-a. Mana mungkin dia ngaku, oon." Seru Fena menghinakan.

Monika bungkam, Pikirannya sendiri sudah kosong.

Ia lantas kembali menghadap pada Monika, mengambil kertas lalu melemparnya tepat ke muka Monika yang terjengkit mundur karena kaget.

" AMBIL." Bentak Fena, melirik ke kertas yang teronggok di bawah kaki Monika.

Tahu betapa seramnya Fena saat emosi, Monika pun dengan berat hati mengambilnya.

Setelah membacanya mata Monika membuka lebar," Tan..Tante tidak serius kan?" Tanyanya tergagap.

Ternyata itu adalah daftar pengeluaran yang dinikmati Monika dari uang pemberian Shavara selam mereka bersahabat.

Fena mendengkus." Kau pikir saya gabut menulisnya secara terperinci gitu? Memang butuh waktu banyak mengingat kalian sudah bersama dalam waktu yang lama tapi setelah seminggu akhirnya rampung juga."

Fena lalu berjalan ke Monika dengan aura mengintimidasi." Lo, si anak banyak gaya tapi gak mampu, hidup dari belas kasih anak gue yang sangat baik itu." Tekan Fena mencemooh.

"Tadinya gue ingin mengikhlaskan itu sebagai sedekah, tapi karena Lo menghina Shavara kalau lo gak akan sudi berteman dengannya kalau dia bukan anak orang kaya, gue tagih seluruh pembiayaan hidup Lo yang Lo nikmati selama ini."

Monika terkejut bukan main, ini diluar dugaannya. Mulutnya kini menjadi senjatanya." Tan..Tante..aku minta...maaf..."

" Simpen maaf Lo di selang-kangan Lo yang udah gak perawan itu." Hardik Fena membabibuta karena ia sangat marah. 

Kalau tidak ada suaminya dapat dipastikan Monika sudah tidak berbentuk, Fena memang sumbunya pendek dan hal ini menurun pada Aditya.

" Tante, tapi darimana aku bisa menggantinya? Tante tahu sendiri aku hidup sebatang kara."

" Itu Lo tahu gak punya modal, tapi masih berani hina anak saya yang sudah baik sama Lo."

" Tan..te...soal itu, aku...."

" Diam." Bentak Fena malas mendengar rengekan Monika.

Ia memilih berpaling pada Aryo yang sudah menelan salivanya.

" Karena dia cewek Lo, dan partner in crime lo dalam menyakiti Vara, maka segala hutang dia, maka segal hutangnya Lo yang bertanggungjawab." Tunjuk Fena pada Aryo yang langsung menggeleng cepat.

" Tan..te gak bisa gitu dong." Teriak Aryo pada punggung Fena dan Anggara yang telah berjalan menuju pintu.

Kini Aryo yang kelabakan, wajahnya pucat pias, sementara Wita hanya mampu menghela napas berat. kemudian matanya menatap nyalang pada Monika yang masih berdiri mematung.

" Dasar pembawa sial..." Umpat Aryo.

Sementara Wita memandang Monika dengan benci.

" Sekarang jelaskan apa yang dimaksud kamu diitolak Wisnu." seketika tubuh Monika kaku.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Di ruang kepala sekolah, orang tua Arleta yang ternyata salah satu donatur sekolah menolak permintaan Bhumi agar Arleta didrop out karena telah melakukan pelecahan terhadapnya.

Aditya, yang dijadikan saksi bersama Guntur menatap Arleta dengan sinis bercampur merendahkan. Sedangkan Guntur diam, dia sudah menyangka ini yang akan terjadi, dia hanya menghela napas malas.

Di sana juga dihadiri guru BP, Wakil kepala sekolah, dan komite sekolah.

" Jadi pak Bhumi, saya harap bapak bijak untuk memaklumi sikap Arleta yang masih labil. Kami pihak sekolah tidak dapat melakukan pemberhentian karena Arleta sudah menginjak kelas 12." Ujar kepala sekolah yang bernama Santoso.

" Kalau begitu saya yang keluar dari sekolah ini." kata Bhumi tegas.

Santoso, Aditya, Guntur, dan Arleta sendiri kaget bukan main begitupun dengan yang lain. Akan menjadi kerugian besar bagi sekolah jika kehilangan Bhumi, pasalnya dia termasuk salah satu guru yang ahli di bidangnya, juga merupakan pembimbing olimpiade fisika.

Bukan hal sulit bagi bumi mendapatkan pekerjaan, nyatanya beberapa sekolah elit telah lama mengincarnya.

Aditya langsung meradang." Gak bisa gitu dong, pak. Kalau pak Dewa keluar, saya pastiin seluruh anak bakal demo besar-besaran. Bapak tahu kan betapa populernya saya dan teman-teman saya! Saya akan ngajak anak populer lainnya untuk demo bapak kalau bisa mecat bapak karena bapak gak bisa tegas." Sewot Aditya keras.

Guntur yang duduk di samping Aditya, menarik-narik lengannya berusaha menenangkan, tapi yang terjadi Aditya malah berdiri lalu melangkah ke meja Santoso, ia bahkan bertolak pinggang

" Cuma kerena bapak gak berani men DO  si nyamuk kegenitan ini karena takut kehilangan dana, kita harus kehilangan pak Dewa, asli sih bapak tuh harus di rontgen otaknya." Amuk Aditya menjatuhkan tangannya terasa konyol.

aditya lantas berjalan ke sofa dimana Arleta duduk." Eh, belegug norak. Mending Lo ngeluarin diri sendiri, buka BO online." Aditya semakin tidak terkendali.

" Kamu, jangan hina anak saya." Bentak ayah Arleta, ia duduk dengan kaki bertumpu silang.

" Terus anda mau ngapain, gak dihina juga anak anda sudah hina, sekalian nyebut dan jangan balik ke permukaan. Masa disekolah buka praktek prostitusi." Aditya membalas menghardik.

" Kamu tidak punya sopan santun." ibu Arleta yang membentaknya.

" Daripada Anak kalian gak punya malu nawarin diri jadi pelacur."

" Aditya..." Tegur Santoso pelan, namun dibalas ngegas oleh Aditya.

" APA? HAH, APA? Bapak mau menskors saya, oke saya pergi sekarang juga ke ruang BP, tapi ingat, kalau pak Dewa keluar, saya bakal pergi ke kementrian pendidikan untuk mengusut anda yang sudah membiarkan praktik asusila di sekolah." Ancam Aditya.

" Ya ampun, kenapa jadi kemana-mana gini." entah Erni, s laku gue BP.

" Kasih tahu bapak sekolah yang selalu kekurangan duit, pisahkan keserakahan dengan penegakkan norma." Aditya lalu berjalan ke pintu, namun saat di depan pintu, dia berbalik ke dalam ruangan, menatap satu persatu orang yang ada di ruangan tersebut.

" Saya kecewa dengan kalian yang menyebut diri sebagai pendidik, tapi kalian gagal menjadi percontohan moral. Pantes saja negeri ini semakin semrawut, kalian yang pilar moral dan intelektual saja KO di depan uang. Menjijikan!!" Ucapnya sebelum menutup pintu.

Perkataan Aditya yang terakhir menyentil sanubari mereka yang di sana.

Guntur dan Bhumi hanya diam, malas meladeni drama masyarakat level sultan di depan mereka.

" Pak Santoso, saya harap anda tidak berubah pikiran hanya karena satu orang yang tidak setuju." Tekan sang ayah.

Santoso menatap Bhumi yang diam dengan tatapan datar, ia memilih sibuk dengan ponselnya, lalu pada Arleta yang terlihat tenang seperti tidak bersalah.

Perkataan Aditya sesungguhnya menusuk hatinya, ia sendiri malu, namun kenyataan sulit untuk bersikap idealis. dia sudah terlalu dalam terjerumus.

Santoso membuang napas." Heuh, saya akan menskors Arleta sampai ujian semester, dan dia wajib memenuhi standard nilai yang berlaku di sekolah ini jika masih mau menjadi siswi sekolah ini."

" Pak Santoso, anda plin-plan. Tadi anda tidak akan mengeluarkan Arleta, tapi sekarang anda..."

" Saya tidak mengeluarkan dia, bapak donatur. Tetapi saya jga tidak bisa membiarkan Arleta bertindak semau dirinya hanya karena dia merasa kebal di sini. 

" Mengingat apa yang dia lakukan tidak bisa dianggap biasa, hukuman saya masih terbilang ringan, toh semester tinggal tiga minggu lagi."

" Bagaimana pak Dewa?" Tanya guru BP.

" Saya ingin hukumannya ditambah." Kata Bhumi.

Arleta memandang Bhumi dengan raut menyesal yang diabaikan Bhumi.

" Apalagi sekarang." ucap ayah bosan.

" Wajibkan dia jaga jarak dua meter dari saya."

" Ya Tuhan..ini sungguh konyol." Si ayah meradang.

" Tidak konyol bagi saya yang sering mendapat perlakuan tidak senonoh dari putri anda " ucap Bhumi telak.

" Dia hanya anak dibawah umur yang labil."

" Kalau begitu, beri dia pelajaran yang baik agar menjadi anak yang tidak mempertontonkan payu-dara dan pa-hanya pada sembarang orang."

Semuanya terkejut akan ucapan frontal Bhumi, sedangkan Arleta menunduk dalam karena malu.

"  kalau itu tidak bisa sekolah berikan pada saya, besok saya akan ajukan surat resign  di atas meja anda pak kepala sekolah."

Lagi, lagi Santoso menghembuskan napas berat, Guntur sangat kasihan pada pimpinannya itu.

" Baiklah, baiklah. Arleta diwajibkan menjaga jarak dengan anda sejauh tiga meter puas?"

" Puas." Ucap Bhumi tersenyum.

" Guntur,..." Panggil Bhumi di ambang pintu ruang kerjanya. 

Begitu mereka keluar dari ruang kepala sekolah, Bhumi langsung masuk ke ruangannya mengabaikan panggil dari Arleta yang hendak meminta maaf, dan Siena yang penasaran akan hasilnya.

" Apa?" Guntur masuk ke ruangan Bhumi.

" Tolong lo kasih tugas buat kelas 12 IPA 2, gue buru-buru."

Bhumi memberikan secarik kertas berisi soal-soal pada Guntur.

" Kenapa Lo gak masuk?"

Guntur menelisik penampilan bhumi, yang kini berpakaian kaos dan kemeja flannel navy, serta jenis hitam." Lo ganti baju?" 

 Bhumi mengangguk." Gue ada perlu yang lebih *urgent*, ditambah gue lagi gak mood ngajar." Ucapnya santai sambil mengenakan jaketnya.

" Ck, masuk dulu aku sebentar, gue males masuk kelas itu."

" Gue ganti satu kali pertemuan di kelas Lo."

" Oke, kebetulan jum'at depan gue harus ke rumah nenek gue. Lumayan bisa nginep."

" Terserah, Lo atur saja." Bhumi bergegas keluar ruangan.

Di depan pintunya sudah ada seinanyang menunggunya yang dilewati begitu saja oleh Bhumi.

" Pak Dewa, tunggu saya mau bicara." Siena berlari kecil mengejar Bhumi.

" Maaf, saya gak punya waktu."

Dari lantai tiga Arleta memperhatikan kepergian Bhumi dengan helaan napasnya.

" Kalau Lo berani deketin pak Dewa lagi, gue gak akan segan-segan rusak nama Lo."

Arleta berbalik, ternyata ada Leo di belakangnya.

" Lo katanya cinta gue, tapi Lo ngancem gue? Gak jelas banget." cemooh Arleta.

" Gue cinta sama Lo, tapi perempuan modelan Lo masih bisa gue cari, Sedangkan guru kayak pak Dewa gak yakin gue bisa dapetin lagi."

" Segini doang cinta Lo yang katanya dari kelas 10?"

Leo menatap Arleta serius, " kita masih SMA, sesuka-sukanya kita belum tentu dibawa nikah, tapi kehilangan guru yang berjasa untuk masa depan karena hal gak penting kayak kasus lo, be-go namanya." cela Leo.

Di belakang Leo para sahabatnya dan murid dari kelas yang lain menghampiri mereka.

" Kapan Lo bisa punya rasa malu?" tanah yang lain.

Arleta yang merasa diserang memilih bungkam, ia tahu ia yang bersalah, dia tidak punya pembelaan untuk tingkahnya itu.

" Untung Lo punya bokap berduit kalau enggak sekarang mungkin Lo ada di tempat prostitusi." ujar yang lain.

" Kita lihat sampai kapan duit bokapnya bisa membungkam kelakuan minus dia."

dan serangan verbal lainnya melalui kata-kata terus diterima Arleta.

❤️❤️❤️❤️❤️

Selepas mata kuliah berakhir Shavara bergegas merapihkan buku-bukunya, ia mendapat pesan jika Bhumi sudah menunggunya di gerbang kampus.

" Eh..eeh...e..e..ehh..tidak semudah itu Lo bisa pergi Marimar." Cegah Mira memegang ujung tas Shavara yang hendak pergi.

" Apaan sih, Mir. Lepas gak."

" Enggak." Berliana yang menjawab.

" Ishh ini lagi apaan." malas banget Shavara meladeni para temanya ini

" Lo mau kemana? Bentar lagi masuk kelas yang lain." Tanya Kenzo.

" Bolos gue."

" Lha ikut gue, enak aja Lo bolos gue kagak. Enakan di Lo, mumet di gue." Ucap Bima.

" Apa sih gak nyambung. Kalau Lo mau bolos, ya bolos aja, ngapain disangkutpautin sama gue."

" Lepas Mira." Shavara masih mencoba menarik tasnya yang dipegangi Mira.

" Lo bolos mau ngabisin duit hasil cincin Lo kan?" Tuding Bima.

" Enggak, hari ini gue gak napsu kuliah banyak-banyak."

" Boong itu." Provokasi Kenzo.

" Ishh, kalian ini nyebelin. Mau kalian apa?".

" Ikut!!" Jawab mereka serempak.

" Ogah, emang gue nyokap Lo pada." 

Shavara langsung berlari begitu berhasil melepas tasnya dari cengkraman Mira.

" Kuylah kita kejar. Kaki dia kan pendek." Ucap Bima.

Maka mereka berempat pun turut berlari mengejar Shavara.

Saat tiba di depan gerbang, Shavara langsing menarik Bhumi yang tengah mengobrol dengan satpam

" Ayo, cepatan berangkat."

" Kenapa?"

" Pergi dulu, nanti dikasih tahu."

" Pasang helm dulu."

Shavara melihat para sahabatnya celingak-celinguk mencarinya.

" Ayo, kak. cepetan." Shavara mendorong Bhumi ke motornya.

" Kenapa sih?" walau masih bingung Bhumi tetap menunggangi motornya.

" Tuh mereka lagi nyari kita." saat Shavara menunjuk mereka, bertepatan Bima melihat ke arahnya.

" VARA...DIAM DI SANA!" teriakan Bima membuat orang-orang yang disekitaran memperhatikan mereka.

mereka berempat berlari ke arahnya.

" ish, malu-maluin." Shavara menutup kaca helmnya.

" Kak, cepatan berangkat."

Bhumi menyalakan mesin lalu melakukan motonya begitu para temannya tiba di tempat parkir motornya.

" Hahahaha..." Shavara terbahak-bahak ditengah kepadatan lalu lintas.

Melalui kaca spionnya Bhumi memerhatikan raut senangnya.

di lampu merah, Bhumi menarik tangan Shavara yang memegang pinggiran jaketnya untuk memeluknya.

" Pulangnya begini aja lebih aman." ujar Bhumi, ia mengusap punggung tangan Shavara dengan lembut.

Shavara diam sulit berkata, ia telah gugup mengeluarkan suara.

" Kita mau kemana?" Bhumi menyenggolkan helm ke helm Shavara karena tidak kunjung mendapat jawaban.

" Hah?"

" Mau kemana? teriak Bhumi.

" Makan dulu ya, aku laper."

" Ke?"

" Mecdi."

" Oke, *let's go*." seru mereka berdua sambil mengacungkan tangan...

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻 Emaknya adu mulut di Rumah sakit,,Anaknya adu mulut di sekolah,,prok prok hebat 👍🏻👍🏻👍🏻😂

2023-04-24

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Bheeuuhh betul2 puas hati aku thor 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👍🏻👍🏻👍🏻

2023-04-24

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Waahhh Hebat👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻 Ternyata mama Fena juga tau soal Wisnu,Bener2 salut aku 👍🏻👍🏻💪🏻💪🏻💪🏻👏🏻👏🏻

2023-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 01. Hari Yang Menyebalkan
2 02. Ciuman Pertama.
3 03. Sidang.
4 04. Kala Emak provokator beraksi
5 05. first impression.
6 06. Festival.
7 07. Semalam Bersama Mu.
8 08. Interogasi.
9 09. Perkara Jodoh.
10 10. Peran penting Seseorang.
11 11. Kerinduan
12 12. Keributan Di restoran.
13 13. Akhirnya Melepas Rindu.
14 14. Aditya terkena Syok Mental.
15 15. Curahan Hati.
16 16. Bersumbu Pendek.
17 17. love Language
18 18. Percikan Kecil.
19 19. Masalah dan obatnya.
20 20. Tercyduk.
21 21
22 22
23 23. Ketegangan di Kantin.
24 24
25 25
26 26
27 27. Pengakuan Bian.
28 28. Mengungkap Rahasia.
29 27. Keadaan bertolak belakang.
30 30. Pelindung.
31 31. Prasangka.
32 32. Kode
33 33. Drama Festival.
34 33. Baikan
35 35. Perihal cupang.
36 36. kecyduk...
37 37
38 38. Ketemu dan berantem.
39 39. Panas di tengah Dingin.
40 40. Bicara Empat Mata
41 41. Isshhh
42 42 T. K.O buat Aryo.
43 43. Pria Misterius
44 44. Drama Mall.
45 45. Masa Lalu...
46 46. Beban Biyan.
47 47. Reuni.
48 48. Panas Dalam Dingin.
49 49. Kejutan.
50 50. Marahan Lagi.
51 51. Membujuk
52 52. Dadakan
53 53. Tunangan.
54 54. Ulah Satu Wanita
55 55. Beres Urusan.
56 56. Iri.
57 57. Ada Apa Dengan Semalam.
58 58. Adu Taktik.
59 59
60 60.
61 61
62 62 Ujian sebelum Pernikahan.
63 63.
64 64. Setia Kawan????
65 65. Ulah Kinan.
66 66. Akhir dari Kinan.
67 67.
68 68. Pingsan.
69 69. Rumah Sakit
70 70.
71 71. Nasib Pelakor..
72 72. Terungkap status Bian.
73 73. Yuk Berdamai...Semuanya
74 74. Jadikah Liburannya.
75 75. Shavara Ngambek.
76 76. Roda Kehidupan Berputar.
77 77. Karena Cinta dan Sayang
78 78. Dingin-dingin Panas.
79 79.
80 80.
81 81. Drama Club'
82 82
83 83.
84 84. Fena Mereog
85 85.
86 86. Hama.
87 87. Berantem.
88 88. Over Thinking
89 89. Baikan.
90 90. Effort Arleta
91 91. Shavara yang Mengakhiri...
92 92.
93 93.
94 94. Bicara...
95 95. Karma Siena.
96 96. Tanggung Jawab.
97 97. Drama Sekolah.
98 98. Nasib Arleta.
99 99. Luka Arleta
100 100. Kehebohan Sekolah.
101 101.
102 102. Ribut lagi...
103 103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
01. Hari Yang Menyebalkan
2
02. Ciuman Pertama.
3
03. Sidang.
4
04. Kala Emak provokator beraksi
5
05. first impression.
6
06. Festival.
7
07. Semalam Bersama Mu.
8
08. Interogasi.
9
09. Perkara Jodoh.
10
10. Peran penting Seseorang.
11
11. Kerinduan
12
12. Keributan Di restoran.
13
13. Akhirnya Melepas Rindu.
14
14. Aditya terkena Syok Mental.
15
15. Curahan Hati.
16
16. Bersumbu Pendek.
17
17. love Language
18
18. Percikan Kecil.
19
19. Masalah dan obatnya.
20
20. Tercyduk.
21
21
22
22
23
23. Ketegangan di Kantin.
24
24
25
25
26
26
27
27. Pengakuan Bian.
28
28. Mengungkap Rahasia.
29
27. Keadaan bertolak belakang.
30
30. Pelindung.
31
31. Prasangka.
32
32. Kode
33
33. Drama Festival.
34
33. Baikan
35
35. Perihal cupang.
36
36. kecyduk...
37
37
38
38. Ketemu dan berantem.
39
39. Panas di tengah Dingin.
40
40. Bicara Empat Mata
41
41. Isshhh
42
42 T. K.O buat Aryo.
43
43. Pria Misterius
44
44. Drama Mall.
45
45. Masa Lalu...
46
46. Beban Biyan.
47
47. Reuni.
48
48. Panas Dalam Dingin.
49
49. Kejutan.
50
50. Marahan Lagi.
51
51. Membujuk
52
52. Dadakan
53
53. Tunangan.
54
54. Ulah Satu Wanita
55
55. Beres Urusan.
56
56. Iri.
57
57. Ada Apa Dengan Semalam.
58
58. Adu Taktik.
59
59
60
60.
61
61
62
62 Ujian sebelum Pernikahan.
63
63.
64
64. Setia Kawan????
65
65. Ulah Kinan.
66
66. Akhir dari Kinan.
67
67.
68
68. Pingsan.
69
69. Rumah Sakit
70
70.
71
71. Nasib Pelakor..
72
72. Terungkap status Bian.
73
73. Yuk Berdamai...Semuanya
74
74. Jadikah Liburannya.
75
75. Shavara Ngambek.
76
76. Roda Kehidupan Berputar.
77
77. Karena Cinta dan Sayang
78
78. Dingin-dingin Panas.
79
79.
80
80.
81
81. Drama Club'
82
82
83
83.
84
84. Fena Mereog
85
85.
86
86. Hama.
87
87. Berantem.
88
88. Over Thinking
89
89. Baikan.
90
90. Effort Arleta
91
91. Shavara yang Mengakhiri...
92
92.
93
93.
94
94. Bicara...
95
95. Karma Siena.
96
96. Tanggung Jawab.
97
97. Drama Sekolah.
98
98. Nasib Arleta.
99
99. Luka Arleta
100
100. Kehebohan Sekolah.
101
101.
102
102. Ribut lagi...
103
103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104
104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!