Dua Minggu sudah Shavara galau mengurung diri di kamar. Dia hanya keluar kamar setelah sang mama yang ternyata keturunan m jawara Madura - Banten mengancam akan membanjiri seluruh kamar tidurnya dengan air got.
Shavara hanya makan setelah diancam disuapi ibunya dengan satu centong nasi sekali suap. Itu pun ia hanya mampu makan tiga suapan, setelahnya Shavara kembali mendekam di kamar.
Shavara akan pergi kuliah jika mamanya mengancam akan mengoyak ban motor Scoopy kesayangannya tanpa embel-embel diganti.
Selebihnya, Shavara hanya melalui hari-hari dirundung mega mendung yang menyelimutinya.
Hari ini, hari Sabtu ketiga kehidupan suram Shavara, jam sudah menunjukan pukul 10 pagi, tapi Shavara masih bergeming dibawah selimut dengan sepasang mata bengkaknya.
Cklek...
BRAKH...
Hentakan pintu yang semula dikunci membangunkan Shavara dari tidurnya, melihat Ibunya berdiri sambil bersedekap dada dengan raut muak yang menghiasi wajahnya kontan membuat Shavara gugup, dia merasakan hal yang tidak menyenangkan akan terjadi.
Dan benar saja, hal ini dibuktikan dengan kedatangan kakak dan adiknya yang memasuki kamarnya.
" Paksa dia, pisahkan dia dari ranjangnya." Instruksi mamanya, yang bernama Fena Astari, tidak bisa dibantah oleh kedua saudaranya.
" Sorry dek, Aa diancam cuma dikasih makanan sepuluh butir nasi sama sebiji teri kalau gak nurutin perintah mama." Ucap kakaknya yang bernama Wisnuaditama Nasution.
Di luar Wisnu dikenal sebagi pengusaha muda yang sedang naik daun dibidang properti bersama ketiga temannya.
Sedangkan di kampus, tempat Shavara menimba ilmu Wisnu berprofesi sebagai dosen untuk mata kuliah manajemen bisnis. Di kampus tidak ada yang tahu jika mereka bersaudara.
Shavara mengangguk lemah, pasrah. Kini tatapannya beralih pada adik cueknya.
" Idem, teh. Adek lagi butuh protein guna stamina perlombaan futsal kejuaraan provinsi." Ucap Aditya Pratama Nasution.
Si remaja tampan, namun jahil dan cueknya minta ampun. Kerjaannya menolak para cewek yang sudah dibaperinnya.
Mereka berdua tidak berkutik, ibunya typikal akan melakukan apa yang diucapkannya.
dua tahun lalu, kakak beradik itu pernah hanya makan kerak nasi selama seminggu karena berantem hebat sampe memecahkan kaca jendela.
" Mama gak mau tahu gimana caranya dalam 15 menit saudara perempuan kalian harus turun dalam keadaan segar bugar, kalau kalian gagal, ancaman otomatis berlaku sejak hari ini." Ucap mama penyayang, namun cerewet dan bar-bar abis sebelum menutup pintu di belakangnya.
Dalam waktu 14,5 menit mereka menuruni tangga dengan Shavara dalam gendongan punggung Wisnu.
" Bawa ke taman." Titah mama berjalan memimpin mereka.
Di teras samping sudah ada Anggara, sang kepala keluarga yang sedang membersihkan kandang burung ditemani segelas kopi hitam dan sepiring singkong empuk goreng di atas meja kecil.
Anggara menoleh saat suara wanita kecintaannya yang nomor satu mengambilalih pendengarannya.
" Adit, tolong ambilin kursi buat mama."
" Maaf, pah. Sang ratu bertitah." Aditya mengangkat kursi di sebelah meja kecil itu.
" Kamu gak pergi ekskul?" Tanya papanya heran.
Pasalnya biar hujan badai menerjang Aditya tidak akan pernah absen masuk sekolah, terlebih khusus hari sabtu di sekolahnya diisi kegiatan ekstrakurikuler, dan futsal adalah olahraga kegemarannya.
" Dilarang sang Baginda ratu, karena sang princess galau berkepanjangan." Sahut Aditya.
" Ma, si adek di duduki dimana?" Tanya Wisnu yang berdiri di tengah rumput hijau segar hasil perawatan tangan dingin Fena.
" Turunin aja di situ. Kamu ambilin dia makan." Fena berjalan menuju kran yang sudah terhubung dengan slang panjang, ia menghidupkan air.
Berjalan dengan slang mengucur air menghampiri Shavara yang berdiri gugup
Fena menelisik Shavara dari atas sampai bawah yang sudah segar sehabis mandi bebek karena diburu-buru Aditya, dan didandani dengan bedak seadanya oleh Aditya dan rambut disisir Wisnu.
" Not bad lah."
Fena duduk di kursi tepat di depan Shavara dengan slang yang masih mengucurkan air.
" Sekarang kamu cerita, kenapa galau berkepanjangan selama dia setengah Minggu.
" Mam menelpon Aryo, Aryo bilang enggak tahu, mama menelpon Monik dia bilang sibuk.
Saat Shavara membuka mulut hendak bicara, namun mama menyela," Kalau kamu bilang gak ada apa-apa. Jangan harap dapat duit jajan."
" Ma, jangan terlalu keras." papa beranjak menghampiri mereka.
" Diam deh, pa. Mama udah ngasih waktu buat papa bujuk Vara, tapi mana hasilnya anak gadis kamu masih asik mendem di kamar, kamu malah sibuk ngurusin burung-burung kamu." Ucap mama galak. Sang papa langsung mingkem.
" Cerita, atau mama siram kamu."
Shavara melirik kakak dan adiknya, dia tahu mereka tidak akan bisa melawan sang mama, tapi mencoba tidak salah kan.
" Ma....Vara... putus... dari Aryo." Cicit Shavara ditengah isak tangisnya yang kembali pecah untuk sekian kali.
Mereka terkejut, tidak ada yang bicara, mereka hanya memandangi Shavara yang menunduk nangis.
" Kenapa?" Shavara tidak sanggup menjawab pertanyaan itu.
Dia harus mengingat kejadian memilukan itu lagi.
" KENAPA SHAVARA? APA KAMU SELINGKUH?"
" MA...
" MAMA."
" MAMA...Bukan teh Vara yang selingkuh, tapi bajingan Aryo yang menyelingkuhinya." Bantah Aditya keras, dia tidak terima Kakaknya yang baik terkesan naif itu disalahkan atas ulah mantan tunangan yang sial4n itu.
Semuanya tersentak atas ucapan Aditya, Shavara menatap bertanya pada adiknya itu.
" Benar begitu adanya, Shavara." Tanya mama menekan. Shavara mengangguk.
" Ceritakan. Sekarang juga." Shavara menunduk takut-takut.
" Baiklah, biar mama cari tahu sendiri."
" Ma..."
" Bicara." Satu kata tegas yang pada akhirnya membuat Shavara membuka mulutnya.
Shavra dengan enggan akhirnya bercerita dari para temannya yang melihat sejoli Berciuman hingga dia meninggalkan tempat, minus dirinya yang mencium pria asing bernama Dewa.
Selama bercerita papa memeluk menguatkan Shavara yang menangis tersedu-sedu. Wisnu terdiam dengan tangan menyangga sepiring sarapan untuk adiknya, Aditya hanya menunduk mendengarkan dengan baik dengan tangan mengepal kuat.
" Jadi kalian sudah beneran berakhir?"
" I..iya... Ara yang memutuskannya."
" Bagus, itu baru anak Mama."
Mama melihat jari manis Shavara yang biasanya bertengger cincin berlian.," Cincinnya mana? Kamu buang?"
" Enggak, ada di kamar."
" Bagus, mahal itu."
" Iya, rencananya bakal Ara jual, terus duitnya Ara tabung dan pesta sama teman."
" Mama dukung. Galau boleh. Bodoh jangan. Mama gak ngerti orang yang membuang pemberian mantan."
" Memang harus dibuang, ma." Sanggah papa.
" Kalau menghasilkan uang, kenapa gak dijual. Kita udah sakit hati, ya harus dapat sesuatu dong, pa." Sewot mama.
Papa mengangguk, ia membantah pun percuma, istrinya sedang mode senggol bacok.
" Kenapa kamu gak bilang, dek?" Tanya mama pada Aditya.
" Yang bersangkutannya saja diam, kalau adek bilang nanti adek disebut Cepu."
" Ish, kamu mah. Mama gak melarang kalian untuk Cepu, cupu, bertingkah gemulai sekalipun selama itu diperlukan."
" Udah adek hajar kok orangnya sampe babak belur." Ungkap Aditya yang membuat kaget semuanya.
" Kamu tahu darimana, dek? Teteh gak lihat ada kamu."
" Dari teman Adek yang ngerekam. Adek cuma lihat bentaran, dia ciuman sama si Monik, terus orangnya muncul ya udah adek hantem."
" Bagus...itulah gunanya lelaki." Mama manggut-manggut.
" Ma, kok ngedukung anaknya berantem." Omel papa.
" Lha terus harus siapa yang balas itu bocah tengik, mama?"
" Ya gak gitu. Maksud papa, kita bicarakan baik-baik."
" Baik-baik gumana, orang dia selingkuh sama sahabat tunangannya lagi..." Omongan mama terjeda akan sesuatu
" Aaa..h. pantes si Monik selalu berbelit kalau mama tanya soal kamu. Si Aryo juga sama. Brengs3k, pengkhi4nat." Murka mama tidak menyaring perkataannya.
" Ma, sudahlah. Yang penting si teteh udah cerita."
" Siapa yang bikin Vara cerita, papa? Bukan kan! Mama, pa. MAMA!"
mama muali emnagtahkan slang ke arah Shavara." Papa awas, menjauh dari Vara."
" Mama mau ngapain?" Tanya papa saat mama berdiri dengan slang masih mengocorkan air.
" Mama mau meruqyah dia supaya jin malu dan suka mendem sakit hatinya keluar.
" Ma, jangan asal." Papa mencoba mencegah karena Shavara sudah meringis.
" Awass ,ih..."
Byur....craaaakk....
" MAMA, papa basah." Papa melipir menyingkir karena mama tetap menyiram Shavara.
" Hei, jin Tomang yang ada di tubuh anakku, keluar lah engkau, keluar..." Mama memicrat air ke seluruh tubuh Shavara padahal air yang di slang masih menyirami Shavara.
" Ma, udah malu sama tetangga." Ucap pelan Wisnu yang melihat para tetangganya mencuri pandang ke arah mereka lewat sela pagar.
" Biarin, biar adik mu enggak sok-sokan main rahasia lagi."
Puk...
Aditya menepuk jidatnya sambil menggeleng." Tadi aja jangan mandi."
" Ma, udah si teteh udah kedinginan."
" Papa diem deh. Ini mama lagi ngasih tahu ke Vara kalau hidup itu keras, baru dikhianati saja udah melempem. Gak selamanya kita akan selalu ada untuknya, gak selamanya Aa-nya akan ada buat bersandar, gak selamanya adiknya yang gak jelas kepribadiannya itu bisa diandalkan. Dia harus berdiri di atas kaki dia sendiri." Ucap mama lantang.
Para lelaki terdiam, mereka tidak menyangka mamanya akan mengatakan hal sedalam itu.
Shavara semakin tergugu dalam tangisannya, ia merasa bersalah sudah menyusahkan kedua orang tuannya hanya karena pengkhianatan orang tidak bertanggung jawab.
" Ma, ampuni Ara. Ara gak lagi-lagi galau, Ma." Shavara meringis kesakitan akibat siraman air yang kencang itu.
" Ma, udah ma. Kasihan adek " Ucpa Wisnu lembut.
Mama menurunkan slang tersebut, Aditya berlari kencang ke arah kran, lalu mematikannya.
" Jam berapa sekarang?"
" Jam 11. 30." Jawab Aditya.
" A, kamu ajak Vara healing."
" Aa gak bisa, ada meeting."
" Dek, kamu ajak teteh kamu."
" Adek habis Dzuhur latihan."
"Ajak aja. kamu malu ajak teteh kamu?" Mama melotot padanya, Aditya menggeleng cepat.
" Iya, Adit ajak. Tapi Adit gak punya uang."
" Ya Allah, dek. Pelit amat. Teteh kamu pasti cuma minta dibeliin makan doang."
" Bukan begitu, duit adek bulan ini udah habis cuma cukup isi bensin. Papa tambahin."
" iya, papa tambahin."
" Ya udah sekarang bubar. mama mau arisan."
❤️❤️❤️❤️
Di ruang tamu rumah minimalis nan asri dengan halaman cukup luas yang ditumbuhi tanaman dari tanaman hias sampe tanaman keperluan dapur.
" Bu, kayaknya mas Bhumi lagi jatuh cinta deh." Ucap gadis belia bernama Senja Purnama Mahendra sambil mengambil pupuk dari karung.
Gadis cantik berambut hitam sebahu berusia 17 tahun, polos terhadap sesuatu yang berbau seksual, karena sikap protektif kakaknya yang belum mengizinkan dirinya memiliki kekasih, namun mulutnya loncer untuk menggibah.
" Kenapa?" Tanya Rianti, wanita paruh baya yang masih terlihat ayu di usianya kepala lima.
" Enja sering lihat mas Bhumi senyum-senyum sendiri." Ucap senja.
" Masa sih. Ibu gak pernah lihat."
" Kalau ada ibu mas bakal sok cool, tapi kalau di kamarnya sama di ruang tv mas sampe cengengesan."
" Ish, kamu jangan PHP-in ibu dong."
" Kalau gak percaya perhatiin aja deh."
" Ck, kan ibu jadi penasaran." Rianti membuka sarung tangan berkebunnya.
Di kamar tidur yang bernuansa gelap karena perpaduan warna abu-abu dan hitam dihiasi langit-langit atap didominasi warna biru langit dan hiasan benda-benda luar angkasa yang membatalkan suasana kamar menjadi suram.
Pria tampan berahang tegas, hidung mancung, bibir tipis tersenyum dengan tatapan menerawang seraya mengusap bibir bawahnya.
" Ck, bisa gila gue kelamaan begini." Bhumi mengacak rambutnya random.
" Tiap hari gue tungguin di restoran gak pernah muncul. Apa dia ngehindari gue ya."
" Apa hubungan dia sama Adit? Ya Tuhan...kenapa jadi gini."
" Anjir, gue pengen banget Ketemu cewek itu lagi." Gerutu Bhumi kesal.
Sejak pertemuan itu bayangan wanita yang mengambil ciuman pertamanya tidak pernah lepas dari isi kepalanya yang membuat dirinya senewen.
" Ya Allah, pertemukan aku dengan yang ku putuskan menjadi tulang rusukku yang hilang itu Allah. Pleaseee..." Bhumi sungguh sudah menjadi gila.
" Siapa dia?" Tanya wanita lembut itu.
" Gak tahu, cuma ketemu sekali."
" Namanya?"
" Shavara, kalau gak salah."
" Ooh, jadi wanita yang bikin mas gak berkebun itu Shavara." Cerocos wanita paruh baya itu.
" Heeh,..eh ..." Bhumi tergelak ada orang yang menyahutinya.
Netra hitam tajamnya mendapati ibu yang berdiri tersenyum menggoda menatapmya di ambang pintu, di belakanganya sudah ada adiknya yang tukang gossip.
" Siapa wanita itu?" Tanya ibu sekali lagi.
" Siapa sih Bu. Kalian udahan berkebunnya." Bhumi turun dari ranjang, mengambil kaos oblongnya.
" Jangan ngalihin pembicaraan, Bhum, bikin ibu gak khawatir sama kamu."
" Khawatir kenapa sih, Bu."
" Kamu tahu kenapa?"
" Ya Allah. Kudu berapa kali Bhumi bilang Bhumi normal, Bu. Normal!"
" Iya, tapi sampe sekarang kamu belum pernah ngenalin perempuan, ibu kan khawatir. Kata adik kamu, kamu lagi jatuh cinta."
" Apaan dah, enggak Bu."
" Itu Shavara siapa?"
" Siapa?"
" Shavara."
" Siapa?"
" Shavara."
" Iya, siapa?"
" Ishh, kamu mah. Kalau kamu ngeyel ibu kenalin kamu sama anak teman arisan ibu."
" Jangan coba-coba, anak teman ibu gak ada yang normal."
" Bhumi.." omel ibu.
" Kenyataan demikian, terakhir, yang kata ibu orangnya alim, dewasa, baik. Apaan, belum apa-apa udah nyoba morotin Bhumi, ditambah ternyata ngobat, dia pake acara sakau lagi, Bu. Untung anak mu ini pinter, ke mall gak bawa dompet, bawa uang cash yang cukup buat makan aja. Terus anak itu dikirim ke taksi untuk diantar pulang dan Bhumi pulang dengan selamat."
" Lagian jadi cowok kok pelit banget, sih."
" Bukan pelit, tapi cerdas. Kalau belum nikah aja udah ngabisin budget, gimana setelah nikah. Jadi sapi perah aku tuh."
" Ya udah ibu minta maaf, sekarang kasih tahu siapa Shavara itu?"
" Gak tahu, baru ketemu sekali."
Ibu yang berpikir Bhumi berbohong, sungguh berpikir serius untuk menjodohkan putranya itu.
" Ini final, pokoknya entar malam kamu ikut ibu dinner." Ibu keluar dari kamar tidur Bhumi.
" Bu, gak bisa gitu dong."
" Ini sih gara-gara kamu." Bhumi menjitak pelan kepala adiknya yang terkikik geli.
" Ya elah mas, cuma dikenalin gak dikawinin." Ujar Senja enteng.
" Enak bener lambe mu, nak kalau ngomong." Sahut Bhumi menuruni anak tangga menyusul ibunya ke dapur.
" Bu, jangan lagi ya."
" Iya, enggak. Tapi kasih tahu siapa Shavara itu."
" Bhumi gak tahu, Bu. Suerrr." Bhumi mengangkat kedua jari membentuk V.
" Berarti ibu anggap kamu lagi ngehayal, ibu gak mau kamu gila gara-gara kelamaan ngejomblo. Makanya ibu akan ngenalin kamu ke anak teman ibu."
" Bu..."
" Bu, gak usah lah. Kasian anak gadis orang kering kayak kanebo kepanasan karena dianggurin mas Bhumi." Seru Senja yang mendapat pelototan Bhumi.
" Apa? Ini beneran,kan. Dulu anak orang ampe ketiduran di bangku gara-gara mas keasyikan nelpon teman sesama jomblonya." Senja mengingatkan pada acara kencan buta yang disponsori ibunya, tetapi karena Bhumi terpaksa, Bhumi lebih milih meladeni video call para temannya yang sedang gabut.
" Awas aja kamu ngelakuin itu lagi."
" Ya itu dia yang ngebetein, Bu. Masa pertemuan pertama nanyain makeup mulu, kan bete."
" Ibu janji, kalau yang ini kamu gak suka, ibu gak akan ngenalin lagi."
" Janji? Awas aja boong."
" Iya, tapi kamu nya kudu kooperatif, dong."
" Iya."
" Ya udah ibu mau siap-siap arisan."
" Bhumi juga mau pergi."
" Enja ikut mas Bhumi."
" Tapi mas pulangnya ada meeting, dek."
" Pulanya enja naik ojol, mas. Males banget diintilin adiknya."
" Iya, males. Adiknya tukang gibah banget dah." Bhumi ngeloyor dari dapur males meladeni kecerewetan adiknya.
Yuk kasih jejak vote, hadiah, like dan share ya!!!yuk habis baca like, komen, vote, hadiah, dan juga share ya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Yup..Aku setujuu dan suka gaya mama nya Bara..Vara juga,ngapain sih orang kek gitu di tangisi,bego..untung kamu ketahuan saat kalian nelum menikah,voba kalo kamu di selingkuhin saat udah nikah,pasti kamu nerima aja dgn bodohnya perlakuan Aryonkenkamu,yg tau nya kamu nangis mulu..
2023-04-24
0
Qaisaa Nazarudin
Hadeehhh..Menurut ku hantam dulu baru bicara,org kek Aryo gak perlu di baikin,Yg ada dia punya nafsu doang,gak tulus..
2023-04-24
0
Qaisaa Nazarudin
Udah ku duha kali Aditya itu adeknya Vara,makanya dia ngehajar Aryo sampe lemes gitu..mampus loe Monik👏🏻👏🏻💪🏻💪🏻
2023-04-24
0