02. Ciuman Pertama.

" aish kemana sih mas Aryo, ditelpon gak dijawab mulu." Gerutu Shavara dengan telpon di telinganya.

Sejak naik mobil dia menghubungi kekasihnya." Mana direject lagi." Shavara menghentakan ponselnya ke pangkuannya.

" Mungkin dia lagi sibuk." Kata Mira yang duduk di samping kirinya di bangku belakang.

" Gue bilang mau curhat minta waktu 5 menit doang."

" Cih, boong banget. Mana ada curhat 5 menit, yang ada 5 jam." Cibir Bima yang saat ini bertugas menjadi sopir.

" Lagi selingkuh  kali sama si Monik." Celetuk Berliana.

Ucapan itu mendapat delikan tajam dari semua orang yang ada di dalam mobil Pajero sport hitam milik Bima.

" Apa?" Tanya Berliana merasa tidak bersalah.

" Atas dasar apa Lo ngomong begitu?" Sewot Mira kesal, bukannya lebih mengademkan, temannya ini malah nambah bara.

" Ya..Vara bilang kalau Monik pernah naksir si Aryo itu, siapa tahu si Aryo kepincut, jalank gitu siapa aja diembat." jelas Berliana.

" Ber..Ber...Lo bule visualnya doang, jati diri lu lambe Julid 62." Ledek Bima pada temannya yang perpaduan darah Belanda, Amerika dan Bekasi.

" Apa sih Lo Bim, Ber... Ber..Lo pikir nama gue Beller?" Berliana tidak terima.

" Gue banting tahu rasa Lo." Berliana masih mendumel.

" Lha masih bagian nama Lo juga, gue panggil Ana gak mau."

" Ya jangan, itu khusus pacar gue. Kalian nyadar gak sih nama Ana menyimpan sisi romantis? Tanya Berliana yang dijawab gelengan kepala serempak dari penghuni mobil.

" Huh, pada picisan Lo romantisannya."

Memang sepanjang perjalanan Shavara memberi sekilas info mengenai awal persahabatan dan Monika yang pernah naksir Aryo, sebenarnya mereka berdua naksir, tapi mereka berdua telah sepakat akan melepas dengan affair kalau salah satu dipilih Aryo.

Shavara diam menerka, ketakutannya memenuhi isi pikirannya. Jika itu terjadi entah bagaimana hancur perasaannya 

Tring...

Shavara melihat ponselnya yang menerima, yang ternyata dari Aryo, Tunangannya. Seulas senyum terbit di bibirnya.

" Sayang maaf, aku lagi sibuk banget belum bisa kasih waktu buat ngobrol. Nanti malam aku telpon kamu. I love you."

" Hahahhaha....Ber, prasangka Lo salah total. Ni, lihat. Doi gak selingkuh. Doi memang sibuk adanya." Shavara sumringah, ia meletakkan ponselnya ke pangkuan berliana.

Dia mengibaskan rambut hitam legamnya bak model."Gimana dong tunangan gue kan eksmud sibuq." Sombongnya mengangkat kepala jumawa. 

Saking penasarannya, ponsel itu berputar diantara penumpang.

" Baguslah kalau gitu adanya, dasar bucin." Cibir Berliana.

" Dasar jomblo."

❤️❤️❤️❤️❤️❤️

" Di sini tempatnya?" Shavara berdiri di depan rumah makan yang menurutnya bentukannya lebih cocok di sebut cafe karena tempatnya yang cozy buat nongkrong.

" Enak kan tempatnya?" Tanya Mira berdiri di sampingnya.

" Hmm, kok Lo nggak pernah ngajak gue ke sini?"

" Huh, fitnah aja langsung. Gak inget lo setiap gue ngajak Lo pasti dilarang sama Monik, tu anak ada aja alasan buat Lo gak gabung sama kita."

Shavara terdiam, sungguhkah dia selama ini begitu naif.

" Udah sih, toh orangnya juga udah hilang. Yuk, kita masuk." Berliana merangkul, dan mendorong paksa pundak kedua temannya menaiki tangga kecil restoran itu.

Begitu pintu dibuka, Shavara terperangah takjub. Interior yang terasa nyaman dan ramah untuk semua kalangan. 

Di sebelah kiri, shavara yakin untuk keluarga, di tengah untuk perkumpulan umum di sebelah kanan yang terhalang dinding kaca sepertinya cocok untuk pasangan atau nongkrong anak muda.

" Kita ke sebelah kanan aja ya, di sana tempat duduknya banyak sofa soalnya, lumayan buat ngejojor." Ucap Mira, yang asli Bogor, sama dengan Shavara.

" Gue manut aja, kuy lah."

Sambil celingak-celinguk memperhatikan suasana restoran, Shavara berjalan paling belakang.

" Busyet, masih siang udah ada yang mesum." Celetuk Bima, kala mereka hendak melewati dinding kaca melihat dari belakang sofa di urutan ke tiga tampak dua kepala saling adu saat hendak melintasi dinding kaca.

" Gak mungkin mereka lagi diskusi kan ya." Sarkas Berliana eneg.

" Anjir difoto sama anak sekolah..." pandangan mereka beralih pada meja sebelahnya yang mana segerombol murid SMA dan seorang pria berambut dark brown mengisi tempat itu saling ribut membicarakan rumus.

Sedangkan satu orang sambil tersenyum smirk culas sambil mengarahkan ponselnya pada sejoli itu.

" Gak punya modal hotel apa." Timpal Kenzo malas.

Mata Shavara semakin membulat besar saat melihat venue teras lebar yang cukup untuk dua baris meja, tapi di sini tempat duduk di bentuk zig-zag agar jalan buat lewat pengunjung lebih leluasa.

Duk....

" Aawww.....sss. Ken, kalau berhenti bilang dong sakit, kan hidung gue." omel Shavara sambil mengusap ujung hidungnya.

Saking terpananya, Shavara tidak menyadari jika para temannya sudah tidak lagi melangkah. Mereka berhenti di tengah jalan, kernyitan pun muncul di dahi Shavara.

" Kenapa sih gak lanjut." Shavara memiringkan kepalanya dibalik punggung Kenzo ingin lihat, penasaran dengan apa yang dilihat mereka yang langsung dihalangi Kenzo dengan telapak tangannya yang besar yang nemplok di wajahnya.

Shavara menyingkirkan tangan besar Kenzo yang menghalangi pandangannya, saat melihat ke depan sontak kegusaran meratapinya.

Ia mengenal kemeja warna krem yang dikenakan pria yang mana tangannya sedang mereyap di area da-da perempuan dengan wajah saling miring arah berlawanan itu, dan hampir tak ada jarak diantara keduanya.

" Kita cari tempat lain, di sini ternyata tempat BO." Sindir Berliana nyaring yang membuat pria berambut dark brown berbalik badan padanya.

Saat para temannya berbalik, dan mencoba menarik tangannya, Shavara masih diam di tempat, bukannya mengikuti temannya berbalik, Shavara malah menepis dan berjalan ke depan lebih mendekat pada sofa itu.

Pria berambut dark brown itu menatap Shavara lekat, mengamati mimik wajahnya yang silih berganti ditengah ketegangannya.

Saat tarikan nafas disertai cicitan kesakitan sekaligus terkejut dan gerakan refleks menjatuhkan dompet dan ponselnya dengan apa yang dilihatnya, pria itu beranjak mendekat bagai tertarik magnet hingga berdiri sejangkauan tangan.

Shavara menutup mulutnya mencoba menahan airmata yang ternyata tidak bisa dia bendung. Airmata itu mengalir deras, Shavara menggigit bibir bawahnya menahan segala gemuruh hatinya yang panas.

Para temannya meringis iba, tapi dua sejoli itu masih belum melepaskan diri. Mereka terhanyut dalam dunia dewasa mereka sendiri.

Berliana yang naik pitam akan situasi yang ada, berjalan lebar dengan geraham saling mengadu.

Saat tangannya hendak mengambil juice alpukat yang masih penuh, tangan lentik yang lainnya mengambil lalu menyiram tepat  ke wajah yang mengenai sisi wajah keduanya.

Sontak kedua orang itu saling melepas diri, dan melihat siapa yang mengganggu mereka menghiraukan cairan kental itu turun mengotori baju dan jatuh ke pangkuan mereka. Mata Monika terbelalak besar mendapati Mira dengan wajah garangnya menatap sinis Monika.

Belum jua mereka keluar dari keterkejutannya, siraman kopi hitam kental menghantam keras ke wajah Monika yang masih terperangah.

" Huh, mainan Lo kurang licin belajar sama lele yang Lo habek." Marah Mira.

" Hei, siapa kamu..."

" Sayang....katanya kamu sibuk." Suara lembut yang sangat dikenal sang lelaki itu menghentikan ucapannya.

Pandangannya ia alihkan pada Shavara, matanya bergoyang panik, segera dia berdiri dan ingin menyentuh gadisnya yang langsung memundurkan diri dari jangakuannya.

" Sayang..."panggil Aryo panik tertangkap tangan.

" Kenapa?"

" Sayang... dengar..."

" Kenapa?" Bentak Shavara.

" Sayang...kamu berani bentak aku?" tanya Aryo mencoba membalik keadaan.

Plak....

Shavara menampar pipi Aryo, beberapa tetes cairan juice berterbangan seiring tamparan itu datang.

" Aku bahkan berani menamparmu." ucap Shavara marah.

" Aaawww...atit." 

" Rasain..karma mesum di tempat makan." celetukan yang meledak dari beberapa siswa.

Aryo membelalak seraya memegangi pipinya yang masih ternoda juice.

" VARA..." 

" KENAPA?"

" KARENA LO GAK BISA KASIH APA YANG GUE  KE DIA."

Ucapan bentakan itu silih berganti antara Aryo, Shavara, dan Monika.

" Apa yang gak aku kasih ke kamu. Waktu, masa, uang, tenaga, pikiran aku beri ke kamu."

" Tapi Lo gak bisa beri kenikmatan birahi untuknya." Jawab Monika percaya diri.

" DIAMLAH MONIK." Bentak Aryo, dia sedang pusing. Si jalank ini selalu menyahut.

Lagi, wajah Shavara tersentak," Benarkah itu?" Tanya shavara tidak percaya.

Aryo terdiam, enggan menjawab.

" Jawab aku, benarkah itu?"

" IYA, itu benar adanya. Konyol sekali 4 tahun kita pacaran dimana 2 tahun kita bertunangan. Aku hanya bisa memegang dan merangkulmu. Setiap aku ingin mengecupmu, kamu selalu menghindar." jelas Aryo tanpa sungkan.

" Kamu nikahi aku, jangan kan satu kecupan, satu ciuman, seluruh jiwa ragaku, ku berikan pada mu.

" Tapi apa, kau hanya mampu mengikat kau dalam pertunangan, empat kali kau undur pernikahan, aku sabar meski mama papa terus mendesak ku."

" Dan seharusnya Lo tahu, orang yang menunda pernikahan berkali-kali itu tanda dia tidak akan menikahimu." Imbuh Monika menyebalkan.

" Monika diam lah." bentak Aryo pusing.

 " Sayang, kenapa kamu marah, aku hanya memperjelas keadaan, kamu bilang sendiri padaku kalau kamu enggak akan menikahinya, karena itulah kita berpacaran."

" MONIKA..." Hardik Aryo meradang. Dia tidak sanggup melihat wajah Shavara yang pucat pias.

Kaki Shavara berjalan mundur oleng yang langsung ditangkap oleh tangan besar namun hangat pria asing yang sedari tidak pernah memalingkan wajah darinya.

 " Ka...kalian...pa...pacaran..." Sungguh kelu lidah Shavara mengucapkannya.

" Se..Jak...."

" Empat bulan lalu, dimana terakhir dia menunda pernikahan kalian, dia habis turun dari ranjang ku." Ucap mendayu Monika dengan kemenangan yang tidak tahu malu.

Tangan Monika merangkul pinggang  Aryo dengan percaya diri.

" Mas... Benarkah itu?" Rintih Shavara tercekat. Dia berharap ini hanya mimpi buruk.

Aryo menarik lalu menghembuskan nafasnya, dengan tidak yakin dia berucap." Aku gak bisa menikah dengan seorang yang frigid..."

" Siapa yang frigid?" Tanya Shavara tercekat.

" Kamu."

" Darimana kamu menyebut ku frigid?"

" Ayolah, Vara. Aku berulang kali mengode menginginkan kemesraan dari kamu, tapi kamu tidak menanggapinya." Ucap Aryo merasa lelah.

" Aku hanya menjaga diri."

" Bullshit, kamu selalu enggan melakukan skinship dengan ku, aku tunangan mu."

" Yang aku tahu dua orang dewasa tidak hanya cukup dengan kecupan dan ciuman, pasti mengarah ke s3x. Aku hanya ingin melakukannya setelah ijab Qabul. Kamu nikahi aku, kamu akan mendapatkan tubuhku."

" Aku ragu kamu akan bisa melayaniku, kamu sama sekali menolak ku jika aku ingin lebih dari pegangan tangan."

" Nikahi aku."

" Aku tidak mau." Akhirnya kata-kata menyakitkan itu terucap dari mulut Aryo yang ternyata bagai sembilu menghunus hati Shavara.

" Lalu mengapa kamu tidak memutuskan aku."

" Aku sedang mencari wak..."

" No,...." Potong Shavara yang memancing mata Monika berotasi malas.

" Apa kamu tidak tahu mal..."

" Kamu enggan bersama ku, karena kamu pikir aku frigid, padahal itu tanpa bukti...aku yang akan memutuskan mu, 1d1ot."

Shavara menolej ke belakang dimana pria asing berambut dark brown masih setia memeganginya, memandangi setiap luka yang tampak di wajah cantiknya.

Shavara menarik kain bagian dada pria itu lalu menempelkan bi-birnya pada benda kenyal pria itu. Hanya menempel, itu niat awalnya.

Siapa sangka saat Shavara hendak menjauh, pria itu menarik tengkuk Shavara, menekan dua bi-bir itu, dilanjut sedikit *******, membuka bi-bir lebih besar dengan ******* lebih menekan.

Mengabaikan riuhan dan teriakan heboh dari para muridnya.

" Kya....pak Dewa udah baligh..."

" Pak Dewa, laki tulen."

" Itu baru guru gue..."

Kecuali Arleta yang berdiri kaku, memegang bagian dadanya yang terasa nyeri, airmatanya luruh tanpa bisa dicegah.

Leo dengan gantle menwarkan dada dan pelukannya untuk menenangkan gadis yang sudah dia taksir sejak naik kelas 12 itu.

Sedangkan para teman Shavara tercengang sangat cengo untuk beberapa menit yang disusul tepuk tangan meriah kemenangan dari mereka.

" Mmhpmmh..." Tanpa sadar engahan itu diucapkan Shavara karena kekurangan oksigen.

Dewa memberi jarak seinci untuk beberapa detik sebelum bibirnya kembali menempel mengambil kesempatan bibir manis yang sedikit terbuka itu, dia serbu bi-bir itu dengan melesakan li-dahnya, bermain lembut di dalamnya mencari, menggoda li-dah yang kaku tidak tahu bagaimana merespon benda asing dalam mulutnya yang meliuk-liuk.

Tangan Shavara semakin mengerat di kain itu, seiring dorongan untuk membalas liukan li-dah dan sedotan benda kenyal itu.

Tangan Dewa semakin menekan tengkuk Shavara, satu tangan yang lain menarik pinggang yang menarik tubuh mungil itu merapat penuh pada tubuh besarnya.

" Mhhmmpphmmh..." Shavara menutup matanya sungguh ia terbuai, ia merasa asing namun ternyata nagih. Ia enggan mengakhiri goyangan li-dah dan bi-bir mereka.

Ciuman itu semakin tidak bisa dikontrol, Aryo yang melihat itu, merasa tidak rela. Ia menghempaskan belitan tangan Monika di pinggangnya.

Melangkah lebar, Aryo mendekati dua orang yang terhanyut dalam labirin cecapan yang memabukan itu. Wajahnya memerah menahan amarah.

" SHAVARA...." Panggilnya menggelegar.

Teriakan itu menarik Shavara pada dunia nyata, bi-birnya kontan kaku, kedua matanya membuka lebar. Menatap wajah asing yang matanya masih setengah terpejam.

Saat Shavara hendak memisahkan bi-bir, Dewa menolak dengan memajukan kepalanya, dan menekan tengkuk Shavara. Tidak lama lu-matan kasar itu berubah lembut, disusul beberapa kecupan sebelum perlahan memisahkannya.

Keduanya masih saling pandang terhipnotis pada apa yang sudah mereka lakukan. Keduanya merasa takjub.

" Ini yang dia inginkan, dan aku tidak bisa memberikannya." Lirih Shavara lemah, tubunya bagai Tidka bertulang Beruntung Dewa masih menyangganya.

" Terima kasih memberikannya padaku, aku sangat menghargainya." Balas Dewa lembut, sambil mengusap bibir Shavara membersihkan air liur disekitarnya.

" Shavara, berani..."

" Terbukti aku tidak frigid."ucap Shavara santai, matanya masih menatap Dewa, walau jantungnya berdetak kencang.

Dewa menggeleng yakin." manis." ucapnya tanpa suara pada Shavara yang berhasil melahirkan semua merah di pipi Shavara.

" Dasar murahan..." sentak Aryo geram.

" Jaga bicaramu, bro. Jelas wanita ini wanita baik-baik. Saya dapat merasakannya." Ungkap Dewa dengan senyum penuh misteri.

Ucapan Dewa menyulut kemarahan Aryo yang merasa diremehkan. Dengan kasar Aryo menarik tangan Shavara yang langsung dihempaskan Dewa.

" Lo siapa, dia tunangan gue."

" Belum lama Lo nolak dia dengan alasan terkonyol yang pernah gue dengar. Ludah Lo belum ngering mau Lo jilat balik?" Tantang Dewa meninggalkan sopan santun.

" Shavara, kemari." Tangan Aryo dengan sombong mengipas kasar ke arahnya.

" Buat apa? Lo sana sama Lont3 itu. Kalau Lo mau tahu gimana rasa bibir gue, tanya sama Dewa." ucap Shavara menghapus kata aku-kamu.

Shavara melepaskan diri dari Dewa yang dengan enggan menyanggupinya, Shavara menegakan tubuhnya, dengan mengibas rambut, dia berjalan melewati Aryo dan juga Monika dengan tawa miring.

Saat berpapasan dengan Bima, Shavara berhenti," Bim, ambil cincin di jarinya, mahal itu. Kita bikin pesta." Tukasnya sebelum masuk ke dalam diiringi tatapan lembut Dewa.

Aryo menoleh sengit pada Dewa," rasanya rahasia, tapi gue yakin ini ciuman pertamanya. So fresh." Ucap Dewa tersenyum smirk.

Dewa berbalik kembali ke tempat duduknya dengan para muridnya yang menggodanya riuh.

" Diam kalian, kumpulkan latihan tadi."

" Cie...cie..bapak salting." Goda Ajis yang mendapat geplakan buku di kepalanya dari Dewa.

Tidak lama seorang siswa menghampiri meja temannya." Woy, Dit. telah datang Lo. tadi ad pertunjukan seru." ucap Bian yang menyodorkan ponselnya pada sahabatnya itu.

pemuda bernama Aditya melihat hanya beberapa menit sampai Shavara dihina, mata merah karena marah mengedar mencari seseorang, saat orang yang dicari itu nampak dari arah dalam.

Kakinya melangkah lebar menghampiri, lalu,

BUGH..BUGH...

" BANGSAT, BRENGSEK, MATI LO SONO." Aditya memukul, menghajar, lalu menendang perut Aryo tanpa ampun Samapi terkapar di lantai.

" STOP, BERHENTI, TOLOOONGG..." Meski Monika telah mengeluarkan urat lehernya untuk berteriak namun tidak ada satu pun yang menolong, mereka terbawa emosi pada dia insan atas kejadian.

Aditya menoleh pada wanita sexy itu, lalu berjalan ke arahnya yang mendapat tatapan bingung dari para sahabatnya.

Aditya berdiri berhadapan langsung dengan Monika yang gemetaran. " Punya modal hidup apa lo berani berkhianat setelah sahabat Lo mati-matian bela Lo, mulai dari sekarang gue pastiin hidup Lo merana, camkan itu." Aditya mendorong kasar bahu mika hingga terjungkal saking kagetnya.

Setelahnya, dengan membawa marah Aditya meninggalkan restoran itu mengabaikan panggilan dan teriakan para sahabatnya.

Dewa menatap murid cueknya itu dengan seribu pertanyaan....

Episodes
1 01. Hari Yang Menyebalkan
2 02. Ciuman Pertama.
3 03. Sidang.
4 04. Kala Emak provokator beraksi
5 05. first impression.
6 06. Festival.
7 07. Semalam Bersama Mu.
8 08. Interogasi.
9 09. Perkara Jodoh.
10 10. Peran penting Seseorang.
11 11. Kerinduan
12 12. Keributan Di restoran.
13 13. Akhirnya Melepas Rindu.
14 14. Aditya terkena Syok Mental.
15 15. Curahan Hati.
16 16. Bersumbu Pendek.
17 17. love Language
18 18. Percikan Kecil.
19 19. Masalah dan obatnya.
20 20. Tercyduk.
21 21
22 22
23 23. Ketegangan di Kantin.
24 24
25 25
26 26
27 27. Pengakuan Bian.
28 28. Mengungkap Rahasia.
29 27. Keadaan bertolak belakang.
30 30. Pelindung.
31 31. Prasangka.
32 32. Kode
33 33. Drama Festival.
34 33. Baikan
35 35. Perihal cupang.
36 36. kecyduk...
37 37
38 38. Ketemu dan berantem.
39 39. Panas di tengah Dingin.
40 40. Bicara Empat Mata
41 41. Isshhh
42 42 T. K.O buat Aryo.
43 43. Pria Misterius
44 44. Drama Mall.
45 45. Masa Lalu...
46 46. Beban Biyan.
47 47. Reuni.
48 48. Panas Dalam Dingin.
49 49. Kejutan.
50 50. Marahan Lagi.
51 51. Membujuk
52 52. Dadakan
53 53. Tunangan.
54 54. Ulah Satu Wanita
55 55. Beres Urusan.
56 56. Iri.
57 57. Ada Apa Dengan Semalam.
58 58. Adu Taktik.
59 59
60 60.
61 61
62 62 Ujian sebelum Pernikahan.
63 63.
64 64. Setia Kawan????
65 65. Ulah Kinan.
66 66. Akhir dari Kinan.
67 67.
68 68. Pingsan.
69 69. Rumah Sakit
70 70.
71 71. Nasib Pelakor..
72 72. Terungkap status Bian.
73 73. Yuk Berdamai...Semuanya
74 74. Jadikah Liburannya.
75 75. Shavara Ngambek.
76 76. Roda Kehidupan Berputar.
77 77. Karena Cinta dan Sayang
78 78. Dingin-dingin Panas.
79 79.
80 80.
81 81. Drama Club'
82 82
83 83.
84 84. Fena Mereog
85 85.
86 86. Hama.
87 87. Berantem.
88 88. Over Thinking
89 89. Baikan.
90 90. Effort Arleta
91 91. Shavara yang Mengakhiri...
92 92.
93 93.
94 94. Bicara...
95 95. Karma Siena.
96 96. Tanggung Jawab.
97 97. Drama Sekolah.
98 98. Nasib Arleta.
99 99. Luka Arleta
100 100. Kehebohan Sekolah.
101 101.
102 102. Ribut lagi...
103 103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
01. Hari Yang Menyebalkan
2
02. Ciuman Pertama.
3
03. Sidang.
4
04. Kala Emak provokator beraksi
5
05. first impression.
6
06. Festival.
7
07. Semalam Bersama Mu.
8
08. Interogasi.
9
09. Perkara Jodoh.
10
10. Peran penting Seseorang.
11
11. Kerinduan
12
12. Keributan Di restoran.
13
13. Akhirnya Melepas Rindu.
14
14. Aditya terkena Syok Mental.
15
15. Curahan Hati.
16
16. Bersumbu Pendek.
17
17. love Language
18
18. Percikan Kecil.
19
19. Masalah dan obatnya.
20
20. Tercyduk.
21
21
22
22
23
23. Ketegangan di Kantin.
24
24
25
25
26
26
27
27. Pengakuan Bian.
28
28. Mengungkap Rahasia.
29
27. Keadaan bertolak belakang.
30
30. Pelindung.
31
31. Prasangka.
32
32. Kode
33
33. Drama Festival.
34
33. Baikan
35
35. Perihal cupang.
36
36. kecyduk...
37
37
38
38. Ketemu dan berantem.
39
39. Panas di tengah Dingin.
40
40. Bicara Empat Mata
41
41. Isshhh
42
42 T. K.O buat Aryo.
43
43. Pria Misterius
44
44. Drama Mall.
45
45. Masa Lalu...
46
46. Beban Biyan.
47
47. Reuni.
48
48. Panas Dalam Dingin.
49
49. Kejutan.
50
50. Marahan Lagi.
51
51. Membujuk
52
52. Dadakan
53
53. Tunangan.
54
54. Ulah Satu Wanita
55
55. Beres Urusan.
56
56. Iri.
57
57. Ada Apa Dengan Semalam.
58
58. Adu Taktik.
59
59
60
60.
61
61
62
62 Ujian sebelum Pernikahan.
63
63.
64
64. Setia Kawan????
65
65. Ulah Kinan.
66
66. Akhir dari Kinan.
67
67.
68
68. Pingsan.
69
69. Rumah Sakit
70
70.
71
71. Nasib Pelakor..
72
72. Terungkap status Bian.
73
73. Yuk Berdamai...Semuanya
74
74. Jadikah Liburannya.
75
75. Shavara Ngambek.
76
76. Roda Kehidupan Berputar.
77
77. Karena Cinta dan Sayang
78
78. Dingin-dingin Panas.
79
79.
80
80.
81
81. Drama Club'
82
82
83
83.
84
84. Fena Mereog
85
85.
86
86. Hama.
87
87. Berantem.
88
88. Over Thinking
89
89. Baikan.
90
90. Effort Arleta
91
91. Shavara yang Mengakhiri...
92
92.
93
93.
94
94. Bicara...
95
95. Karma Siena.
96
96. Tanggung Jawab.
97
97. Drama Sekolah.
98
98. Nasib Arleta.
99
99. Luka Arleta
100
100. Kehebohan Sekolah.
101
101.
102
102. Ribut lagi...
103
103. Kasih Sayang Untuk Arleta.
104
104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!