Karolina dan Jenna masih setia menunggu kedatangan Mang Acep. Kalau keadaan sepi seperti ini mungkin dari villa ke halaman masjid tidak memerlukan waktu satu jam. Namun Karolina langsung heboh ketika melihat si perempuan itu bergerak ke arah masuk ke dalam masjid.
Pria itu barulah mulai memandang sekelilingnya. Lagi - lagi Jenna tertunduk untuk menyamarkan jati dirinya. Bagi Jenna ini Jawaban dari segala doa - doanya selama ini agar terbebas dari perjodohan Opa Damash.
Kedatangan Mang Acep dengan motor N-max itu berbarengan dengan kedatangan Karolina dari atas sana. Anak tangga- tangga beton yang banyak jumlahnya banyak, cukup riskan bagi Karolina.
Justru orang yang dicemaskan oleh Jenna itu malah bergabung dengan mereka dengan wajah berseri- seri.
" Mang ada tugas ringan tapi rahasia, ya! Cukup kita bertiga saja yang tahu. Jangan ngomong ke siapa pun sebelum mendapat fakta yang jelas!"
" Iya, Non!" Jawab Mang Acep patuh.
Bagaimana tidak patuh, dulu Mang Acep yang mengantar dan menjemput Karolina di sebuah sekolah swasta eksklusif dari tingkat SMP dan SMA.
Segera Karolina memberi penjelasan. Untuk tugas si Mamang, dia juga mengirim foto- foto pasangan itu dari foto berdua sampai foto sendiri- sendiri.
Si Mamang tampak bersiap- siap saat pasangan itu akan meninggalkan tempat ini. Pria itu agak ragu - ragu ketika Karolina menyerahkan lima lembar ratusan ribu ke kantongnya.
" Ditunggu kabarnya, Mang. Di rumah Bik Inah aja ngomongnya nanti."
Tak lama terdengar suara mobil yang dinaiki pasangan itu melewati jalan di depan mereka. Tangan Jenna dipegang erat- erat oleh Karolina. " Si Cowok itu nggak bakal mengenali kamu, Jena!"
" Lo , jelek hari ini! " Ledek Karolina sadis. " Eits, kalo marah nggak gua kasih tahu satu info penting lagi!"
" Apaan sih, Karol. Rahasia apalagi! Kepalaku udah cenat- cenut, pusing dari tadi. Main rahasia melulu."
Senyum Karolina sangat lebar. Tampaknya dia senang untuk mengupas rahasia di balik perjodohan sepupunya ini.
" Cewek itu sudah hamil 4 bulan!"
" Astagfirullah, Ya Allah ya Rabbi."
Dada Jenna berdebar lebih keras. Kedua telapak tangannya menjadi dingin. Seumur hidup belum pernah dia dilecehkan sepahit ini.
" Dia tuh ke kamar mandi, aku tungguin aja di depan pintunya. Biasa emak- emak. Aku tanya, sudah berapa bulan, Mbak?"
" Terus cewek itu jawab. Apa nggak malu, ya?"
"Yang nanya kan bumil. Ya dia nggak bakal ngelak dong, perutnya aja sudah gede buncitnya. Belum lagi Blazer sekolahnya itu, kayaknya di sekolah itu yang sering beri donasi bantuan dan pelatihan sama Yayasan Mama Amanda, deh!"
" Dia Jawab berapa bulan hamilnya?" tegas Jenna lagi.
" Empat bulan!"
Lama, mereka tercenung di sana. Sementara matahari bersinar agak temaram. Lamat- lamat terdengar suara Adzan Dhuhur mengalun saat mobil yang dikemudikan Jenna meninggalkan halaman masjid.
Di beberapa lapak dan pusat oleh- oleh pun, Karolina minta berhenti. Dia membeli asinan mangga yang pedas dan tidak pedas, beberapa camilan yang dijual dengan kiloan, juga ubi Cilembu bakar.
Sorenya, satu persatu anggota keluarga Damash kembali ke habitatnya masing - masing. Ada Opa yang pulang dari panen di sebuah kebun di Sukabumi. Tante Amanda yang membawa dua hampers sebagai oleh- oleh. Juga kedatangan keluarga Om Danang yang membawa dua cucu kembar perempuan dan laki- laki usia 3 tahun.
Takut kelepasan omong soal peristiwa yang dialaminya, Jenna menyingkir ke kamar di lantai atas. Tentu saja dia ditunggu kehadiran oleh keluarga saat makan malam .
Mereka selalu puas menikmati sajian olahan dari Bik Inah, dari capcay bakso, Gurame asam manis sampai tempe goreng tepung, dan sekaleng besar kerupuk udang.
Tak lama, Karolina memberi kode agar dia mengikuti sepupunya berjalan ke rumah Pak Suheri. Letaknya ada di belakang villa utama Opa. Justru di dekat rumah Pak Suheri itu ada jalan kecil, yang menghubungkan beberapa rumah penduduk yang rapat di bawah villa itu.
Pada umumnya mereka penduduk itu bekerja mengolah sawah dan perkebunan milik Opa Damash. Sebagian lagi merupakan milik seorang Tuan Tanah di desa tersebut.
" Sini, Non!" Panggil Mang Acep sambil membawa sepiring singkong goreng merekah.
Di halaman belakang Itulah mereka berbicara. Mereka terpisah jauh oleh tembok pagar tinggi vila dan jalan kampung yang sunyi.
Dari kejauhan tampak kunang kunang berkelip- kelip di atas persawahan yang baru berumur kurang dari sebulan setelah masa tanam. Suatu pemandangan yang langka bagi cucu Opa Damash yang lahir dan dibesarkan di kota Metropolitan,Jakarta .
" Non Jenna! " Panggil Mang Acep ketika melihat cucu bungsu majikannya itu tampak melamun.
"Eh, iya Mang!" ujar Jenna tersadar.
" Tadi Mamang ngikutin Mobil itu sampai pertigaan, bawah. Di sana mereka masuk ke sebuah losmen yang bisa disewa harian, Non."
" Saat mau Magrib mereka keluar, si cowoknya nganter si cewek yang tinggal di kampung belakang lewat Sekolah SMK...."
Ada napas yang tertahan di sana. Sekolah SMK yang disebut oleh Mang Acep tadi adalah salah satu sekolah yang menjadi perhatian Ibu Amanda Khairunnisa. Di kampung itu banyak pendatang dari sekitar daerah puncak. Mereka pada umumnya bekerja sebagai pedagang asongan, buruh di pabrik dan usaha UMKM sekitar, juga pekerjaan serabutan lainnya.
"Nama cewek tadi itu Istiani Putri, anak kedua dari empat bersaudara. Orang tuanya Pak Sobirin dan istrinya Ibu Satuti. Mereka dulu berjualan mie ayam di kantin sekolah SMK. Karena pandemi dan sekolah tutup, Pak Sobirin buka lapak Mie Ayam di jalan utama Puncak, Non..."
" Terus soal data Cewek tadi, Mang !" Sela Karolin tambah penasaran.
" Istiani Putri baru lulus SMK tahun ini. Karena belum dapat lowongan pekerjaan , dia sering membantu berjualan mie ayam di lapak orang tuanya, Non. Kakak perempuannya malah menikah muda dan punya satu anak, mereka dulu ngamen di dalam bus atau di pinggir jalan di depan Pintu tol Ciawi."
" Kok, Mang cepat dapat informasi ini, padahal belum seharian, lho?"
" Neng Jenna ingat Pak Sidik, beliau temen dekat Opa Damash yang punya perkebunan sayur di kampung bawah. Istrinya, Bu Onah agak curiga karena sering lihat ada tamu laki- laki muda yang sering bawa dia jalan beberapa bulan belakangan."
" Mang bisa antar kita ke rumah Bu Onah? "
" Besok bisa Non," ujar Mang Acep menyetujui," Bilang aja , non pengen makan buah mangga. Kebetulan di rumah Bu Onah ada pohon mangga yang sedang berbuah, Non!"
"Mang ini rahasia, ya? Cowok yang pacarnya Istiani itu sebenarnya sudah dijodohkan Opa Damash dengan Jenna."
Kedua wanita muda itu sampai kaget ketika mendengar sumpah serapah yang dilontarkan pria itu dengan agak keras.
" Wah, nggak benar nih, Non!" Ucapnya berapi- api.
" Makanya bantu kita selidiki masalah ini ya, Mang. Bukan saja Jenna yang kasihan. Opa Damash juga akan kehilangan kehormatan dan nama baiknya ,karena memilih lelaki brengsek itu untuk menjadi bagian dari anggota keluarga Damash.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments