Jenna agak jengah dengan tamu Opa Damash yang satu ini. Mereka tampaknya sangat bangga karena datang jauh dari Semarang untuk menghadiri acara ulang tahun salah satu rekan dan sahabat dari ayah dan kakek dari Ramadhan Gozali, Pak Sujiro. Bahkan selama ini, Pak Damash selalu rajin mengirim berbagai obat herbal dari Jakarta untuk sahabatnya itu.
Tante Amanda sudah menawarkan para tamu untuk bersantai di area samping, di sana juga ada kolam renang. Musik lembut disetel Om Danang untuk para tamu duduk dan bersantai. Belum acara bakar- bakaran yang sedang dilakukan beberapa staf catering di depan teras utama.
" Naning, ajak anak dan suamimu ke ruang kerja saya! ujar Pak Damash formal.
Pasangan suami istri segera mengikuti sang tuan rumah yang berjalan ke bagian dalam rumah. Mereka melewati sebuah ruang santai keluarga sebelum masuk ke dalam ruangan yang ada di sudut. Ruangan itu adalah ruang kerja Pak Andrian Damash sehari- hari. Selain di sana ada meja kerja dengan kursinya di sudut ruangan. Di sana juga ada seperangkat kursi tamu dalam bentuk sofa yang lebih minimalis berwarna coklat .
" Silakan duduk, rupanya kita harus berbicara secara lebih pribadi ini..."
Ujar pria tua itu berbasa- basi.
Senyum manis ibu Naning tambah melebar." Saya tidak keberatan juga, kok. Kalau perjodohan Ramadhan dan cucu Pak Damash diketahui orang banyak. Apalagi mereka tamu penting, Bapak!"
Tak lama, terdengar ketukan di pintu. Jenna masuk, di belakangnya tampak ada seorang ART yang mendorong sebuah meja hidang. Di atasnya ada sebuah teko kaca berisi kopi panas, dan beberapa piring berisi panganan.
Bu Mirna dengan cekatan menuang teko itu ke dalam cangkir- cangkir dan meletakkan di meja rendah di hadapan para tamu." Silakan! "
"Mirna! sekalian panggil Amanda dan tamunya kemari, ya!"
"Dalem, Ndoro, " ujar wanita itu sambil mendorong troli kayu itu keluar dari ruang kerja majikannya.
"Ayo dicicipi kopi racikan Mbak Mirna yang nggak kalah nikmatnya dari buatan barista di kafe terkenal lho!" Ajak Opa Damash ramah.
Jenna justru memilih duduk di kursi kerja Opanya. Sementara dari tadi mata Ramadhan terus meliriknya berkali- kali. Dia belum pernah melihat gadis cantik itu sedingin ini ketika bertemu lagi dan sekarang ada di hadapannya.
" Saya ingin Ramadhan bertanggung jawab dengan segala perbuatannya!"
Tiba- tiba suara Pak Damash memecahkan keheningan itu.
Tak lama terdengar suara piring berisi cangkir kopi tersebut diletakkan di meja hampir berbarengan.
" Tentu, Pak Damash! Ramadhan adalah cucu Pak Sujiro. Dia akan menjunjung tinggi kehormatan kakeknya."
" Bagus itu. Sebab Saya Andrian Saputra Damash, paling tidak suka dengan pria yang sikap pengecut, ya Ramadhan? Apalagi sampai menipu dan mempermainkan gadis muda yang lugu dan polos tanpa pengalaman."
"Apa maksud ucapan Pak Damash? Bukankah kita akan membicarakan pertunangan Ramadhan dan Jenna Melinda. Cucu Pak Damash?"
" Saya tidak akan membiarkan cucu saya menikahi lelaki yang salah! Bukankah kamu juga punya anak perempuan, Naning?"
" Iya, Pak. Ramadhan masih punya dua adik perempuan. Yang satu masih kuliah dan satu lagi akan lulus tahun ini dari SMA."
Terdengar suara pintu kerja diketuk. Tak lama Tante Amanda masuk. Dia tidak sendirian kali ini. Di belakang wanita yang anggun itu ada kedua orang tua Isti. Sedangkan gadis itu berjalan paling belakang dan langkahnya agak ragu- ragu.
" Perkenalkan, Ini Orang tua Isti!"
Ibu Naning tampak agak risih saat bersalaman dengan orang asing dan tak selevel dengan penampilannya hari ini. Apalagi kedua orang tua itu berpakaian sederhana. Wajah mereka pun agak takut dan tertekan.
" Siapa Isti? " tanya Ibu Naning yang melihat Isti duduk di hadapannya . Wajah Gadis itu masih belia, namun gaun longgarnya tidak dapat menyembunyikan kehamilannya yang sudah semakin jelas.
" Ramadhan jelaskan Isti ini di hadapan orang tuamu!" Pinta Pak Damash tegas.
Wajah Ramadhan semakin pucat. Dia tahu dengan siapa berhadapan hari ini.! Setitik kesalahan pun yang diperbuatnya, kakek Jenna itu pasti mengetahuinya .
" Dia pacar Ramadhan..."
" Apa ? Pacar?" Sela Ibu Naning kaget. Wanita itu menatap tajam perut Isti yang buncit.
"Maksudmu, ini . . . Dia hamil anakmu gitu?"
Tubuh Ibu Naning hampir terjungkal dari duduknya ketika tubuhnya merosot dari kursi yang di duduknya. Namun sang suami bertindak cekatan dengan menahan kuat - kuat tubuh besar istrinya itu. Suasana menjadi agak kacau, Jenna cepat merogoh laci kerja sang Opa. Di sana biasanya ada balsem, minyak kayu putih, dan obat gosok.
Tubuh wanita itu segera dibaringkan. Jenna dan Tante Amanda segera menolongnya.
Jenna melonggarkan gaun ketat yang dipakai di pakai ibunya Ramadhan itu. Sementara Tante Amanda membalurkan minyak kayu putih di leher dan sedikit di dahi wanita itu.
Jenna mengambil gelas plastik dan memencet air pada dispenser yang ada di samping meja kerja.
Suami Ibu Naning menahan tubuh istrinya agak tegak, dan memberinya minum.
" Kamu lihat apa yang terjadi pada Ibumu, Ramadhan?" tegur Opa. Ramadhan tertunduk." Ruangan ini ada cctv-nya, dan anak buahku masih siaga di posnya masing- masing . Jangan bertindak gegabah."
" Mengapa Bapak menekan saya seperti ini?"
"Saya masih menghormati kakekmu dan nama besarnya. Kalau tidak, sudah saya hajar kamu karena berjodoh dengan cucu saya tersayang!"
Jenna meminta izin keluar dari ruangan itu . Benar saja, di luar pintu sudah ada 3 ajudan Opa yang berjaga di tempat itu. Mereka masih sangat bersabar untuk menunggu perintah berikutnya dari sang bosnya yang ada di dalam ruangan itu
Karolina segera terbangun ketika Jenna mengetuk pintu kamarnya dan masuk. Sementara di bagian depan rumah ini beberapa tamu masih menikmati acara kebersamaan di pesta Pak Damash.
" Bagaimana? " Bisik Karolina menanyakan situasi akhir di ruang kerja Opa tersayang mereka.
"Si Nyonya besar pingsan saat Goza mengakui Isti adalah pacarnya."
Mata mereka bertatapan.Jenna tampak biasa saja setelah mengalami hal tak menyenangkan tersebut .
" Kamu baik- baik aja Jenna?"
" Kenapa nggak harus baik - baik? Lain kali, Karolina bantu aku untuk terhindar dari perjodohan Opa. Aku muak melihat wajah munafik Ramadhan!"
Jenna pamit keluar dari kamar sepupunya itu, tempat dia kalau menginap di rumah sang kakek. Di halaman tampak ayah dan ibunya duduk terpisah dari para tamu. Mereka berbincang- bincang dengan keluarga adik Oma Firdha yang datang dari Tangerang.
" Mau pulang, Jenna? " Tanya ibu Arunika manis.
Tadi beberapa tamu sudah izin pada anak- anak Opa Damash saat mereka pamit pulang. Tampak Om Danang menepuk bahu Pak Feri, kakak lain ayahnya itu. Jenna segera pamit pada om dan tantenya itu yang berbaris di pintu teras depan. Segera rombongan kecil itu menuju lapangan parkir belakang. Di sana supir Pak Ferry pun sudah siap
Tak lama mobil meluncur meninggalkan area kompleks perumahan keluarga yang dibangun khusus oleh kakeknya untuk anak dan cucunya nanti. Beliau berharap di masa tuanya , semua keturunannya dapat berkumpul bersama. Hidup damai dan saling menyayangi. Kecuali Pak Feri yang sejak berusia sepuluh tahun terpisah dari ibunya kandungnya karena ibu Firda lebih fokus dengan keluarga barunya. Yaitu Suami dan kedua anaknya yang masih balita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments