Mama Arunika meminta Jenna ikut bersama mereka mengunjungi Opa Damash di kediaman di daerah Sentul. Sekalian menjenguk bayi laki- laki yang baru dilahirkan Karolina, tepat seminggu yang lalu.
Di bagasi Alphard yang akan mereka naiki, sudah ada dua parcel besar untuk Karolina dan bayinya. Pak Feri sedang meeting dengan Om Jhon dan kakak kedua Jenna di kantor pusat, di Kuningan. Jadi mereka akan mencari waktu yang lebih luang untuk menengok bayi yang menjadi cicit ke empat dinasti Damash!
Pak Bejo menjalankan mobil itu menuju ke arah Sentul. Tadi Mas Tedy bersama Pak Fery berangkat dengan mobil BMW- nya yang selalu terawat apik di dalam garasi. Walaupun sang empunya jarang datang ke Jakarta karena sibuk menggurus perusahaan cabang yang ada di kota di Surabaya dan Denpasar.
Perjalanan dari daerah Pasar Minggu sampai ke arah Sentul ramai dan lancar. Maklum, Pak Bejo memang sangat lihai dan mengenal wilayah itu sejak dia bekerja pada Pak Feri, majikannya itu.
Rumah Tante Amanda yang bersebelahan dengan kediaman utama Opa Damash, sudah dipenuhi banyak tamu. Padahal dalam situasi merebaknya virus covid 19, keadaan itu sangat berbahaya bagi bayi yang baru lahir.
Mamanya Jenna sudah memandangi orang- orang itu dengan wajah cantiknya yang jutek dan mata yang semakin tajam yang memperlihatkan rasa tidak suka. Sebagian tamu- tamu itu adalah rekan bisnis Tante Amanda dan suaminya yang punya jabatan penting di kesatuan dinasnya.
" Jenna, kamu ke rumah Opa dulu! " ujar Ibu Arunika.
Jenna dengan patuhnya mematuhi perintah sang Mama. Dia segera berjalan menuju rumah induk, setelah turun dari mobil milik papanya itu.
Segera saja, Jenna mengangkat satu kardus oleh- oleh yang dibeli Jenna sewaktu pergi ke Malang. Pak Bejo ikut membantu, dengan mengangkat kardus yang lebih besar dan berat.
Sebagian oleh- oleh sudah dia l bagi untuk Mak Isah, Pak Bejo dan Mbak Pur yang paling rajin membersihkan kamar tidurnya. Sebab di rumah hanya tinggal dia, sang Mama dan Papa. Mereka kurang suka dengan berbagai makanan cemilan yang banyak mengandung gula, tepung dan pemanis buatan.
" Opa?'' Panggil Jenna sambil mengetuk pintu kerja si Kakek tua itu. Oma Firda hanya senyum- senyum saja melihat tingkah lucu Jenna.
Wanita tua itu tak bisa berkata-kata setelah dipeluk dan dicium Jenna habis- habisan oleh anaknya Feri itu. Anak sulungnya yang terlahir bukan dari darah Damash. Justru anak sulungnya itu yang membuat hidupnya lebih terjamin saat dia menua, sedangkan suaminya pensiun lama dari dinas ketentaraan.
"Jenna kangen berat sama Oma!"
" Makanya main ke Sentul! Nggak perlu ngambek- ngambek! Kalau ketemu si Marvin, hajar saja kata Opa!"
"Huh, ngapain ketemu cowok belagu itu? Mending juga ketemu bodyguard para idol K-Pop yang ganteng dan kinclong." kata Jenna malas.
"Mengapa baru datang sekarang?" tanya si eyang putri, yang lebih sering dipanggil Oma Damash oleh cucu-cucu yang lainnya.
"Dilarang Mama! Disuruh isolasi mandiri di rumah dulu setelah pulang dari Jawa Timur. Mana kerjaan lagi banyak - banyaknya di kantor..."
Si Opa muncul dari ruang kerjanya, lengkap dengan kemeja rapih. Tetapi memakai celana pendek kesayangannya. Pria itu tersenyum senang melihat kedatangan si cucu tersayang.
" Opa habis main komedi?" tanya Jenna mau tahu. Dia memandangi si kakek dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Berulang-ulang.
"Ini cucu durhaka, ya! Sekalinya datang ke Sentul. Menghina Opanya yang ganteng..."
"Ganteng dari Hongkong?" Ucap Jenna ketus.
Segera Jenna menghindar dari cubitan si Opa yang lumayan sakit. Lelaki itu melihat Jenna bermanja- manja dengan sang Nenek. Pak Min mulai mengeluarkan berbagai oleh-oleh yang tadi dibawa Jenna dan diletakkan di meja makan.
"Opa tadi berbicara dengan Pak Jatayu Majid. Jadi rapi saat zoom."
Jelas sang Nenek perlahan.
Sekarang si Opa mulai melepaskan kemeja dan blazernya. Pak Min, segera menerima pakaian majikannya itu.
" Min ada oleh - oleh dari cucuku yang cocok buat gigiku, nggak?"
Pak Min mengambil dua kotak Strudel rasa apel Malang , oleh- oleh yang paling banyak dibeli oleh para pengunjung, pada toko oleh-oleh yang banyak terdapat di daerah Batu. Terutama yang paling banyak dikunjungi para wisatawan yang dari sekitar daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
" Beda sedikit dengan buatan almarhum Mami!" ujar Opa menyebutkan nama ibu kandungnya. Setelah dia menikmati potongan kue mirip cake kacang buatan Tante Amanda.
Dulu, wanita yang disebut Mami oleh Pak Damas adalah ibunya yang bernama Hilda itu. Wanita itu sangat baik menerima kehadiran Firda, calon istri yang dibawa pulang ke rumah oleh Adrian. Anak lelaki sulungnya itu baru kembali dari tugasnya di daerah Timur Indonesia. Walaupun Firda janda beranak satu, Ibu Hilda Damash tak mempermasalahkannya statusnya. Apalagi Adrian sudah cukup umur untuk berumah tangga.
Ibu Hilda yang mengajari menantunya sulungnya itu membuat berbagai masakan dan makanan banyak dari resep dan menu ala orang Belanda. Sebab mereka tinggal di lingkungan orang- orang kaya zaman dahulu. Lingkungan yang mengutamakan derajat, status dan kekayaan.
" Mana Arunika?" tanya si Opa setelah meneguk segelas air mineral dengan merek yang direkomendasikan oleh menantunya itu.
" Mama di rumah Tante Amanda, Opa. Baru turun dari mobil saja si Mama sudah ngomel berkepanjangan melihat banyaknya tamu yang datang menjenguk bayinya Karolina."
Wajah Oma Firda jadi ikut cemas. "Ya Allah, Pah! Siapa yang menyampaikan pengumuman tentang kelahiran Cicit kita itu, ya?"
" Siapa lagi? Tentu saja si Nenek yang paling bangga dan berbahagia dengan kelahiran cucu pertamanya itu. Jenna aja bacanya di WA keluarga." Komentar Jenna, sambil ikut duduk di meja makan bersama Opa dan Omanya .
Tak lama masuklah Ibu Arunika Fitri Jelita Darmawan. Sekarang wanita cantik itu sudah menjelma menjadi seorang dokter anak yang sangat mumpuni di bidangnya.
" Maafkan saya, Papa dan Mama!
Mengapa membiarkan banyak orang datang ke rumah sebelah. Ini masih rawan covid, lho! Bayinya Karolina juga masih rentan terhadap segala hal. Apalagi virus yang sangat berbahaya ini'
" Panggil Farhan ke rumah ini!"
Opa Damash langsung memerintahkan Pak Min. Pria tua itu berlari keluar rumah, lewat jalan belakang. Tentu Kak Farhan ada di rumah sebelah.
Mereka menunggu suami Karolina di ruang keluarga. Hati Jenna sudah tak enak. Apalagi ketika dari lorong pintu depan terdengar suara orang bercakap-cakap yang tentunya lebih dari satu orang.
" Kami di sini, Opa!" salam Farhan.
" Farhan, masuklah!" Panggil Opa tegas.
Mata Jenna dengan cepat menatap tubuh lelaki kokoh yang berjalan di belakang Farhan. Hm, ada nyali juga si pria arogan itu datang bersama Farhan ke rumah ini! Apa nggak sebaiknya dia bersembunyi saja di dapur atau di gudang rumah Tante Amanda yang cukup luas di sana? Datang ke sini malah bikin Jenna , suntuk dan gerah!
"Kamu sudah diberi tahu oleh Dokter Arunika Fitri tentang keadaan dan situasi yang terjadi di rumah mertuamu saat ini?'
"Sudah Opa?"
" Apa yang disarankan oleh Mamanya Jenna ini?"
Suara tegas Opa bukan hanya membuat Farhan ciut. Tetapi mata Marvin Jayadi melotot, serasa mau keluar dari kelopaknya saja.
" Maaf, Opa?" Ucap Farhan lagi merasa bersalah.
Mama Jenna langsung berdiri dari duduknya. " Hanya ada satu cara, segera Karolina dan bayinya diungsikan dari rumah Amanda!"
Semua orang tertegun dengan keputusan dokter Arunika. Dia tadi hanya masuk sekilas ke ruangan keluarga yang sudah dipenuhi tamu, dari teman satu organisasi, klien, teman bisnis, kerabat dan lain- lain.
Tampaknya keputusan wanita cantik dengan profesi sebagai dokter spesialisasi anak itu tak bisa dipandang main- main. Semua bungkam dan terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments