Pak Bejo sudah bersiap- siap dengan Alphard putih yang biasa digunakan Pak Feri ke kantornya di Sudirman. Pria tua yang sederhana dan cekatan sudah bekerja hampir 15 tahun pada Pak Fery Darmawan sebagai supir pribadinya.
Jarak Pasar Minggu- Sentul akan dapat ditempuh kurang dari 50 menit kalau lalu lintas sore ini lancar. Sepanjang jalan, si ibu malah sibuk dengan media sosialnya. Sedangkan Jenna memejamkan matanya sambil mendengar lagu- lagu slow rock barat tahun 90-an kesukaan Pak Feri, yang disetel Pak Bejo dalam volume sedang.
Di pintu gerbang utama pemukiman keluarga Damash, mereka sudah disambut oleh dua orang petugas keamanan. Satu orang segera mengiringi Alphard itu untuk masuk ke sebuah jalan di antara rumah induk dan rumah Tante Amanda.
Tempat parkir khusus itu diperuntukkan untuk keluarga utama Opa Damash,yaitu dari anak , menantu dan para cucunya. Sebab di sana juga ada sebuah jalan tersembunyi untuk keluar dari kompleks perumahan itu langsung ke jalan utama Sentul. Pintu darurat itu menyatu dan tersamarkan dengan pagar berdinding putih dan tinggi.
" Lewat sini saja, Ma, Pa! " ujar Jenna menuju pintu kecil yang mengarah ke dapur.
Harum masakan langsung menyeruak ketika Jenna lewat. Di sana ada dua karyawan lain yang diperbantukan menyiapkan hidangan pesta untuk malam nanti. Satu orang chef sedang memberi perintah untuk menyiapkan berbagai bahan untuk hidangan berikutnya.
Di ruang tengah sudah dipenuhi kerabat yang berdatangan dari sekitaran Sentul. Bagi mereka kehadiran di perayaan ulang tahun Pak Damash sudah seperti kewajiban. Demi kelangsungan hidup keluarga dan bisnis mereka.
Jenna berbelok ke arah kiri , yang merupakan koridor yang menuju ke arah kamar pribadi keluarga. Sedang para tamu yang menginap di tempatkan pada bangunan berlantai dua di sayap kanan rumah utama, dibatasi dengan swimming pool.
" Jenna, kemari Nak!" panggil Tante Amanda yang segera membawa keponakannya itu ke bagian ruang keluarga. Di sana ada Karolina dan Isti. Jenna tidak mengenal pasangan suami istri itu yang memakai pakaian yang agak sederhana.
" Ini, orang tua Isti! "
Jena segera menerima uluran tangan mereka. Isti sudah mengenakan gaun yang lebih longgar. Walaupun demikian wajah mudanya masih sangat pucat. Bukan hal mudah bagi remaja seperti Isti . Baru berusia 18 tahun , baru lulus sekolah menengah dan hamil.
" Ini keponakan saya, dia yang dijodohkan dengan Ramadhan Gozali oleh Pak Damash."
" Maafkan , Isti ya, Nak!" bisik ibu Itu yang mengaku bernama Satuti.
" Sudahlah, Pak, Bu! Jangan disesali. Gadis- gadis ini hanya korban. Nanti biar ayah saya yang akan menuntut si Goza itu untuk bertanggung jawab." Kata Tante Amanda lagi.
Sejak kemarin dia membawa Isti dan orang tuanya untuk datang ke rumahnya. Bukan hal mudah untuk meyakinkan suami-istri yang sederhana itu kalau Ibu Amanda Damash yang akan membantu menyelesaikan permasalahan mereka.
Bukan hanya diam, ketakutan dan menahan malu dengan aib yang diperbuat oleh Isti.
Padahal mereka berharap banyak kalau anak mereka yang dapat menyelesaikan pendidikannya sampai lulus SMK itu yang akan membantu perekonomian keluarganya.
Jam dinding di ruang utama sudah terdengar, berdentang. Tante Amanda pamit untuk meninggalkan mereka sebentar untuk mengawasi semua kesiapan pesta.
" Isti sehat?"
" Sehat, Mbak Jenna!"
Karolina berjalan agak tertatih- tatih bangun dari duduknya. Setelah acara ini ulang tahun Opa mereka tersayang. Minggu depannya, keluarga Tante Amanda akan membuat acara tujuh bulanan untuk putri sulungnya itu .
Di ruangan yang cukup luas itu sudah disediakan makanan dan minuman di atas meja. Mereka nanti akan menemui orang tua Ramdhan. Setelah pria itu membatalkan acara perjodohannya dengan Jenna yang sudah mirip seperti pertunangan.
Setelah para pria sholat berjamaah di mushola depan rumah utama, para tamu sudah berdatangan memenuhi ruang depan . Bahkan sudah disiapkan dua tenda besar di depan rumah.
Opa tampil ke tengah ruangan dengan baju kebesarannya, batik tulis halus dengan warna hitam dan putih . Pria itu semakin gagah dan penuh percaya diri, menatap semua orang yang duduk manis di hadapannya.
" Assalamu'alaikum, sanak saudaraku, rekan dan sahabat juga anak dan cucu juga para undangan yang terhormat," Kata Pak Andrian Damash pembuka acara.
" Saya sebenarnya malu kalau para tamu datang untuk merayakan hari lahir saya. Sebenarnya bukan umur saya yang bertambah tapi berkurang, he he."
Suara tegas Opa Damash itu mendapat sambutan hangat dari teman- temanya yang hadir. Ada yang bertepuk tangan dengan riuh, ada juga yang mulai mengeluarkan siulan keras.
"Tampaknya hanya satu yang saya inginkan saat ini, kita bergembira berkumpul di sini, bersilaturahmi rahmi. Jangan lupa, makan enak!"
Tampak dari dalam Om Danang muncul dengan cucu kembarnya, Vania dan Vino diantar oleh ayah mereka, Toby yang mendorong sebuah kue bertingkat dua dalam keranjang beroda. Kue ulang tahun itu di atasnya ada lilin menyala di kedua angkanya yaitu, 7 dan 4.
Serentak para tamu yang hadir menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Si Opa terharu saat meniup lilin. Di sana, hanya satu yang kurang, cucu pertamanya, keluarga Ajie Bayu yang tidak hadir karena dia , istri dan anaknya tertahan di Medan .
Tante Amanda dibantu beberapa orang sibuk memotong dan membagikan kue bertingkat dua itu ke piring- piring kertas kecil. Lalu kue itu dibagikan kepada seluruh tamu yang hadir. Bergantian dengan anggota keluarga, para kerabat dan tamu berdiri sambil memberi kado.
Kemarin, Jenna sudah mengirim sepasang sepatu joging dengan merk yang paling disukai Opa. Belum lagi titipan Mas Bayu Ajie, yang minta dibeliin kado untuk si Opa, tetapi Jenna sudah minta bayaran di muka lewat m- banking.
Dari kamus Jenna selama ini, boleh bersaudara tetapi kalau masalah uang, beda urusannya! Kebetulan jaket kulit Opa untuk berburu sudah usang dan belum membeli yang baru. Wajah kakak sulung Jenna itu semakin manyun, karena adiknya itu memilih jaket kulit terbaik!
"Pelit! sekelas pengusaha top, masak kasih Kado buatv Opa Jaket murah!"
Si kakak semakin dongkol saat masih video call dengan adiknya itu." Rencananya Brandon mau undang Tante Jenna , Oma Nika dan Opa Ferry ke Medan. Kalau mau ikut, bayar sendiri ya tiket pulang- perginya!"
" Ampun deh, Mas Ajie nggak asyik, nih . " keluh Jenna menutup pembicaraan. Eh, masih saja terdengar di telinganya tawa kakak dan istrinya itu. Uh, sebel.
Begitulah anak- anak dari keluarga Feri Darmawan dibesarkan lebih bebas dibandingkan dengan para sepupu yang lain. Sebab orang tua mereka tidak berkecimpung di dalam dunia militer.
Hanya dokter Arunika menekankan agar anaknya selalu bertanggung jawab dengan segala pilihan hidupnya. Kalau berbuat salah harus berani membayar resikonya!
Di sinilah dilema yang dialami Jenna, terombang- ambing antara impian, harapan dan kenyataan!
Dia dipaksa hidup mandiri setelah lulus dari kuliahnya. Tidak ingin repot seperti ibunya yang menjadi dokter spesialis anak di sebuah rumah sakit besar.
Separuh dari hidup mamanya Jenna adalah belajar dan belajar, karena ilmu kedokteran semakin berkembang. Justru sang ayah sekarang lebih banyak waktu, ketika beberapa anak perusahaan sudah dapat diwakilkan kepimpinan kepada kedua anak laki - lakinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments