Villa Damash telah kehilangan keramaiannya sejak wabah Corona 19 melanda tanah air tahun lalu. Apalagi setelah beberapa kali daerah Bogor dan Puncak mengalami penutupan wilayah atau PPKM.
Lihat saja Karolina yang terus saja gelisah ketika satu persatu anggota keluarganya meninggalkan villa di Sabtu pagi ini dengan berbagai kepentingannya.
" Jenna, ayok jalan!" panggil si Bumil itu tak sabaran.
Padahal Jenna baru turun dari kamarnya di lantai dua, belum menikmati sarapan! Sampai perempuan muda yang masih bersaudara sepupu itu menyadari ketika menatap jam dinding di ruang makan yang luas itu, sudah hampir pukul 09.00.
" Santai, Neng!" elak Jenna.
Si Bibik sibuk menyiapkan berbagai hidangan di meja kayu jati panjang itu. Ada roti bakar, bubur ayam dengan berbagai toping juga nasi goreng sosis dan telur.
" Makasih, Bik Inah! " teriak Jenna ketika si Bibik berlari lincah keluar dari ruang makan, menuju rumahnya yang terletak di belakang rumah peristirahatan ini.
Jenna menikmati suapan demi suapan nasi goreng istimewa buatan si Bibik . Wanita itu dan keluarganya sudah lama mengabdi kepada Opa Damash sejak kakeknya itu masih aktif di dinas militer.
Maklum, Andrian Saputra Damash punya karier yang sangat cemerlang di bidangnya. Sehingga kehidupan ekonomi keluarga besar Damash pun terangkat. Dari prajurit biasa sampai menjadi jendral berbintang dua sebelum pensiun.
Sejak Jenna kecil dulu, segala tamu berdatangan ke rumah kakeknya itu dari teman seperjuangan, kolega bisnis dan kerabat seiring dengan berbagai kepentingan mereka.
Sehingga Opa Damash tidak hanya dapat membangun kompleks perumahan untuk keluarga di wilayah Sentul. Juga membangun villa sebagai bagian dari gaya kehidupan orang- orang kaya untuk berlibur atau sekedar weekend.
Jenna sebenarnya masih disibukkan dengan berbagai laporan yang dilakukan secara WFH. (Work From Home) di kantor Om Jon, adik mamanya yang dipercaya oleh Ayahnya Jenna memimpin kantor cabang ini.
Kemarin, kedua ajudan Opa menjemputnya di depan loby kantor agar Jenna mau ikut ke villa di Puncak. Terpaksa, Jenna mengikuti titah sang tuan putri tersebut. Takut Karolina menangis 7 hari 7 malam karena kecewa.
" Jenna, lama ..."
Teriakan kesal Karolina hanya dijawab oleh Jenna dengan matanya yang melotot.
" Ini yang benar, bumil. Kalau kita makan itu harus dikunyah sampai 32 kunyahan agar halus dan nyaman saat dicerna. Oce."
Karolina pun tak kalah set melawan pendapat sepupunya itu, " Kamu salah jurusan ternyata! Harusnya seperti Tante Arunika, Capek- capek kuliah sampai lulus cuman jadi tukang ngecap!"
Kesal, sebuah bantal penghias kursi terbang melayang. Karolina berhasil menghindar walaupun tubuhnya sekarang tidak langsing dan selincah dulu .
" Huh, KDRT!"
" Biarin, sana pergi sendiri ke atas! orang masih banyak kerjaan dipaksa dan diculik!"
Karolina tergelak. " Tapi si penculiknya macho dan ganteng, kan?"
Mau dibilang ganteng juga percuma, Om Dibyo dan Om Sarpan , adalah pria yang diperkenalkan Opa Damash sebagai asistennya di berbagai kepentingan dan usaha. Mereka juga sudah berkeluarga dan punya anak yang berusia remaja
Takut Bumil ngambek, Jenna keluar dari vila. Di halaman parkir villa sudah tidak ada mobil yang tadi malam berjejer sampai ke jalan di samping villa .
Tentu saja, kepergian Opa Damash dan Oma Frida ke Sukabumi tadi pagi pun dikawal oleh anak buahnya. Belum lagi Tante Amanda yang harus menengok kerabatnya di Jakarta. Juga Om Danang yang kejar tayang ke Surabaya.
" Cari apa, Non?" tanya Mang Suheri, suami Bibik Inah. Beliau tampak membawa berbagai sayuran hijau dari kebun di seberang villa.
" Mang nggak ada kendaraan lain apa? Karolina minta jalan ke atas!"
Keluarga Mang Suheri mungkin sudah tahu, tidak mudah menjaga Karolina yang sudah seminggu menginap di villa milik kakeknya ini. Acara ngidamnya itu tidak hanya membuat Kak Farhan, suaminya kelimpungan. Juga memusingkan keluarga yang mengurus vila ini.
Coba saja! Karolina minta makan rujak di tengah malam. Padahal belum musim buah mangga saat itu. Sampai kak Farhan menyuruh anak buahnya mencari ke pasar tradisional di kota Bogor untuk membeli mangga.
" Di belakang kayaknya ada, Non Jenna. Si Acep baru mengantar pesanan nyonya besar pada ibu Lia di depan sana."
Benar saja, di depan pintu masuk rumah keluarga Mang Suheri ada mobil sejuta umat berwarna hitam.
Di sebelahnya ada motor N-max terbaru milik anak Mang Suheri itu. Kalau bisa memilih, mau saja Jenna membawa motor itu sebagai test Drive.
" Gila aja gua naik motor, entar masuk angin .." Ocehan Karolina jadi semakin panjang lebar.
Bukan apa ? selama ini Jenna selalu bepergian dengan membawa city car yang matic. Jadi dia agak ragu- ragu menggunakan mobil tersebut yang masih serba manual.
Setelah dipandu selama lima menit, mengelilingi halaman bangunan utama villa Damash dan berbagai kebun dan sawah di sampingnya. Barulah Jenna bersiap- siap pergi.
" Mang Acep tetap stand by, ya ? Takut ada kesulitan. Bumil sudah nggak tahan, nih. mau jalan- jalan."
Kepergian mereka diiringi lambaian tangan Bik Inah dan dua cucu perempuannya, dari balkon lantai dua di atas rumah pegawai Opa yang paling loyal itu.
Selama perjalanan menuju ke jalan utama jalur puncak, mereka harus melewati beberapa kelokan tajam menurun dan menanjak. Sebagian di kedua sisi jalan ini juga banyaj berdiri villa pribadi dengan berbagai jenis bangunan.
Tak sampai 20 menit, mobil Avanza itu sudah berbelok ke kiri untuk mencapai jalur Puncak Pass sesuai dengan keinginan si Bumil.
Mungkin karena dampak penutupan beberapa tempat wisata di daerah ini, jadi kendaraan berjalan sangat lancar. Hanya satu atau dua kali, Jenna berpapasan dengan mobil pribadi yang semuanya bernopol polisi kota Bogor. Selebihnya adalah angkot, bus dan truk yang membawa berbagai barang.
Sungguh nyaman terasa, saat kendaraan itu mendaki di puncak Pass dan berbelok ke kanan, pada sebuah halaman masjid terbesar di jalan itu.
Tempat parkir yang biasanya sesak dan padat kini sangat lengang dan sepi. Di ujung lapak sana ada sebuah mobil Terios baru bernomor polisi sebuah daerah di wilayah Jawa Tengah.
" Alhamdulillah!" ujar Jenna lega. Dia membawa mobil yang umurnya cukup banyak itu dengan agak lega. Ternyata Mang Acep rajin juga membawanya mobil ini ke bengkel sehingga selama perjalanan tidak ada kendala.
" Nih, minum dulu!"
Karolina memberikan sebotol air mineral. Sepupunya itu turun sambil memakai masker penutup wajah dan kacamata hitam
branded . Walau bagaimana pun kebiasaannya sebagai model dan peragawati tidak akan luntur dari jiwa Karolina Anita Damash. Sebab profesi itulah yang dijalani sejak dia berumur 17 tahun, sampai kuliah lulus dan menikah.
Langkah kaki Jenna menuntun pada sebuah lapak yang menjual berbagai minuman. Tentu dengan meja dan bangku kayu yang memperlihatkan jalan raya Puncak Pass di depannya, dengan segala pemandangan lembah dan gunung di hadapannya.
Tak lama, segelas kopi luwak yang diminta Jenna segera disajikan oleh si Abang penjual. Sementara Karolina segera berburu ke berbagai lapak dan penjual jajanan yan sudah lama diinginkannya.
Dinikmatinya seteguk demi seteguk kopi yang mulai menghangat itu dari gelas yang ada di hadapannya. Sampai, sosok pasangan yang mojok di lapak sana, agak menarik perhatiannya. Sebenarnya Jenna orang yang paling tidak suka mengurusi kepentingan orang lain! Jadi dia tak bermaksud mengintip apalagi kepo!
Tampaknya pasangan yang sedang memadu kasih itu malah sedang bertengkar. Beberapa kali terlihat si gadis itu memukul- mukul dada si lelakinya. Samar Jenna dapat memperkirakan kalau usia pasangan itu sangat berbeda jauh.
Si pria tampak lebih dewasa walaupun dia berpakaian dengan gaya anak muda zaman sekarang. Dengan t- shirt biru navy pas badan, yang memperlihatkan tubuh kokoh dan berotot karena dibentuk oleh latihan fisik yang teratur.
Sementara si gadisnya lembut, imut dan remaja. Terlihat manis dengan rambut panjang diikat ekor kuda, bedak tipis dan lipstik warna nude
Eh, sebentar, Jenna agak salpok! Saat si perempuan berdiri dari duduknya, perutnya terlihat agak buncit. Mungkin karena dia melepas blazer merah dengan logo sebuah perusahaan di daerah Bogor. Jadi terlihat agak jelas.
Berkali- kali si pria itu membujuk dengan menahan gadis itu agar tidak pergi. Gadis itu dipeluknya sangat erat. Bahkan! Sial ada adegan film 17 tahun ke atas di sana.
Wajah Jenna memanas ketika pria itu mengecup dan mencium bibir si wanita. Jenna agak kaget juga mereka melakukan hal ini di tempat umum. Memang tempat ini jarang pengunjungnya. Tetapi mata berapa penjual di lapak ini tidak buta juga kan?
Suara cempreng Karolina terdengar di belakang Jenna. Di tangan wanita hamil itu ada dua kresek putih yang sedikit terlihat berbagai jenis makanan yang telah dibelinya. Ada rujak potong, bakso tusuk, Sempol ayam juga dua plastik gemblong!
Jajanan yang menjadi ciri khas daerah ini yang banyak dijajakan dari pintu keluar tol Jakarta - Ciawi sampai sepanjang jalan menuju arah Puncak atas.
Mungkin Karolina jenuh dijaga oleh ibu mertua dan juga ibunya Tante Amanda selama kehamilannya itu.Dua emak- emak rempong itu selalu punya alasan untuk melarang Karolina ini dan itu dengan alasan untuk menjaga keselamatan janin yang baru tumbuh 5 bulan di rahimnya.
"Karol, bisa tebak nggak. Kalau pasangan yang di ujung lapak sana masih pacaran atau suami- istri?"
Ucapan Jenna yang berupa tantangan kepada Karolina hanya sekedar untuk mendapat jawaban dari rasa mau tahunya itu. Alias Kepo!
" Ih, mereka sudah menikah lah! " Jawab Karolina santai sambil menyantap sempol yang tinggal 3 tusuk lagi di plastik yang penuh dengan kuah merah dan pedas.
" Sok tahu kamu. Apa buktinya?"
" Si Ceweknya lagi hamil tuh, kalau menurutku sih, sudah lebih dari 3 bulan. Sebab sudah kelihatan buncitnya."
Jedar! mungkin itulah yang dirasakan oleh Jenna. Ledakan emosi antara marah, kecewa juga sakit hati.
" Lu, kenapa?" tanya Sepupunya bingung. Sebab wajah Jenna jadi lebih mendung dan keruh.
Sambil menghembuskan napasnya, Jenna menatap pasangan itu sekali lagi. " Sepertinya, cowok itu Ramadhan Gozali Sujiro !"
Karolina masih bingung, " Siapa tadi? Ramadhan Gozali? Siapa dia?"
" Cowok yang dijodohkan Opa Damash sama aku."
" Ajie, gile! " Umpat Karolina keluar bahasa ibunya, sebab dia juga lahir dan besar di daerah Lebak Bulus.
" Kok, kamu nggak pernah cerita, sih? Kenapa?"
Jenna memang tak suka dengan salah satu kekuasaan Opa Damash dalam kehidupan keluarga anak dan cucunya . Perjodohan!
Selama ini beliau yang selalu mengatur kedua anaknya, Tante Amanda dan Om Danang dalam kehidupan mereka. Mulai dari pilihan sekolah, jurusan kuliah sampai berjodoh dengan pasangan yang disetujuinya.
Salah satu sukses Pak Andrian Saputra Damash yang terbesar adalah berhasilnya perjodohan antara Karolina dengan Farhan Hasbillah! Mereka hanya berkenalan dalam waktu 6 bulan saja! Langsung berlanjut dengan pertunangan dan menikah di bulan Februari di tanggal 14 tahun 2020!
Bagaimana beliau tidak bangga? Karena suami Karolina adalah anak seorang petinggi dan tokoh politik terkenal di daerah Bogor. Apalagi Farhan Hasbillah adalah pengusaha muda yang namanya mulai naik daun, karena sering diundang ke berbagai acara tv dan kegiatan kepemudaan nasional. Belum lagi, kegiatannya yang membina UMKM di daerahnya yang berhasil dan menjadi contoh dan terus dikembangkan di berbagai wilayah .
" Aku kurang cocok dengan gaya dan sikap orang tuanya! Kalau Sujiro senior dia sama berkharismanya dengan Opa. Cuma anak perempuan dan cucunya itu. Amit- Amir deh!"
Ada tawa Karolina yang tertahan. Baginya Jenna bukan lagi sepupu. Jenna baginya adalah sahabat, saudara juga teman curhat.
Maklum di garis besar keluarga Damash, hanya Jenna dan Karolina cucu perempuannya. Semua ketiga anak Oma Frida memberinya mading- masing 2 cucu laki- laki.
" Kok, lu Nggak nolak!" Tanya Karolina sok tahu.
" Waktu itu kita ada di atas panggung. Biasalah ....Opa! Basa- basi, kalau tinggal aku yang belum menikah. Eh, Si ibunya Ramadhan naik panggung dan berkenan kalau putra agungnya itu berjodoh denganku!"
Tawa Karolina tambah terpingkal- pingkal. Sampai perutnya yang buncit itu berguncang- guncang. Mereka sangat mengenal sikap dan pendirian sang Kakek. Dibalik sikap keras dan tegasnya, beliau adalah orang yang suka becanda dan sangat ramah.
" Terus!"
Mulut Jenna jadi manyun." Dia datang ke rumah Opa di Sentul. Sialnya , dia berteman dengan Toby sewaktu Om Danang dinas di Semarang!".
Segera Jenna memperlihatkan foto-foto dan biodata yang pernah dikirimkan Ramadhan Gozali ke email Jenna. Untuk menunjukkan Kalau dia adalah calon suami potensial bagi Jenna.
Karolina juga melihat foto dan video yang baru saja diambil Jenna beberapa menit yang lalu. Wajah Ramadhan di kedua foto itu sama persis. Mungkin karena Ramadhan tidak mengenakan seragam dia tampak lebih dewasa dan sedikit menggelap kulitnya.
" Sekarang apa yang harus kita lakukan ? " Bisik Karolina sambil menikmati dua buah gemblong lagi.
"Panggil Mang Acep, pasti Mamang dapat menyelidiki siapa cewek itu! Hasilnya kita laporkan ke Opa!"
" Jangan! " Cegah Karolina. " Nggak asyik kalau nggak kita kerjain si cowok kemaruk itu!"
Dengan cepat, Karolina menelpon si ajudan Opa Damash. Mudah- mudahan si Mamang itu tidak berkeliaran ke kebun di bawah villa mereka. Sebab sejak kemarin kebuh yang dipenuhi tanaman jagung manis itu sudah akan dibeli seorang pedagang secara borongan.
Jenna lebih merapatkan lagi topi Hoodie dan maskernya. Untung, kacamata anti silaunya itu masih bertengger apik di hidung bangir miliknya. Jadi penampilannya kinib agak tersamarkan.
Sebenarnya sebagai Gemini girl, Jenna lebih suka berpakaian yang sporty dan nyaman seperti saat ini. Blus katun warna putih, jeans ketat semata kaki, kacamata dan rambut terurai lurus sebahu. Tanpa make-up, hanya memakai skincare dan lipstik warna nude.
Bila di kantor yang memproduksi berbagai produk kecantikan, Jenna dituntut tampil lebihb rapi, dengan setelan baju kerja dari rok lurus di bawah lutut atau celana panjang atau kulot. Dia juga memakai make-up full, rambut yang dihair style rapi, juga high heels.
Lain lagi, bila Jenna berada di lingkungan Keluarga Opa Damash, Jenna menjelma menjadi cucu perempuan yang imut, manis dan girly.
Bersikap sopan kepada semua orang, selalu tersenyum dan suaranya tidak boleh terlalu keras atau kuat. Apalagi kalau tertawa ngakak, dilihat Oma Frida dengan matanya yang melotot besar.
Karolina dan Jenna masih setia menunggu kedatangan Mang Acep. Kalau keadaan sepi seperti ini mungkin dari villa ke halaman masjid tidak memerlukan waktu satu jam. Namun Karolina langsung heboh ketika melihat si perempuan itu bergerak ke arah masuk ke dalam masjid.
Pria itu barulah mulai memandang sekelilingnya. Lagi - lagi Jenna tertunduk untuk menyamarkan jati dirinya. Bagi Jenna ini Jawaban dari segala doa - doanya selama ini agar terbebas dari perjodohan Opa Damash.
Kedatangan Mang Acep dengan motor N-max itu berbarengan dengan kedatangan Karolina dari atas sana. Anak tangga- tangga beton yang banyak jumlahnya banyak, cukup riskan bagi Karolina.
Justru orang yang dicemaskan oleh Jenna itu malah bergabung dengan mereka dengan wajah berseri- seri.
" Mang ada tugas ringan tapi rahasia, ya! Cukup kita bertiga saja yang tahu. Jangan ngomong ke siapa pun sebelum mendapat fakta yang jelas!"
" Iya, Non!" Jawab Mang Acep patuh.
Bagaimana tidak patuh, dulu Mang Acep yang mengantar dan menjemput Karolina di sebuah sekolah swasta eksklusif dari tingkat SMP dan SMA.
Segera Karolina memberi penjelasan. Untuk tugas si Mamang, dia juga mengirim foto- foto pasangan itu dari foto berdua sampai foto sendiri- sendiri.
Si Mamang tampak bersiap- siap saat pasangan itu akan meninggalkan tempat ini. Pria itu agak ragu - ragu ketika Karolina menyerahkan lima lembar ratusan ribu ke kantongnya.
" Ditunggu kabarnya, Mang. Di rumah Bik Inah aja ngomongnya nanti."
Tak lama terdengar suara mobil yang dinaiki pasangan itu melewati jalan di depan mereka. Tangan Jenna dipegang erat- erat oleh Karolina. " Si Cowok itu nggak bakal mengenali kamu, Jena!"
" Lo , jelek hari ini! " Ledek Karolina sadis. " Eits, kalo marah nggak gua kasih tahu satu info penting lagi!"
" Apaan sih, Karol. Rahasia apalagi! Kepalaku udah cenat- cenut, pusing dari tadi. Main rahasia melulu."
Senyum Karolina sangat lebar. Tampaknya dia senang untuk mengupas rahasia di balik perjodohan sepupunya ini.
" Cewek itu sudah hamil 4 bulan!"
" Astagfirullah, Ya Allah ya Rabbi."
Dada Jenna berdebar lebih keras. Kedua telapak tangannya menjadi dingin. Seumur hidup belum pernah dia dilecehkan sepahit ini.
" Dia tuh ke kamar mandi, aku tungguin aja di depan pintunya. Biasa emak- emak. Aku tanya, sudah berapa bulan, Mbak?"
" Terus cewek itu jawab. Apa nggak malu, ya?"
"Yang nanya kan bumil. Ya dia nggak bakal ngelak dong, perutnya aja sudah gede buncitnya. Belum lagi Blazer sekolahnya itu, kayaknya di sekolah itu yang sering beri donasi bantuan dan pelatihan sama Yayasan Mama Amanda, deh!"
" Dia Jawab berapa bulan hamilnya?" tegas Jenna lagi.
" Empat bulan!"
Lama, mereka tercenung di sana. Sementara matahari bersinar agak temaram. Lamat- lamat terdengar suara Adzan Dhuhur mengalun saat mobil yang dikemudikan Jenna meninggalkan halaman masjid.
Di beberapa lapak dan pusat oleh- oleh pun, Karolina minta berhenti. Dia membeli asinan mangga yang pedas dan tidak pedas, beberapa camilan yang dijual dengan kiloan, juga ubi Cilembu bakar.
Sorenya, satu persatu anggota keluarga Damash kembali ke habitatnya masing - masing. Ada Opa yang pulang dari panen di sebuah kebun di Sukabumi. Tante Amanda yang membawa dua hampers sebagai oleh- oleh. Juga kedatangan keluarga Om Danang yang membawa dua cucu kembar perempuan dan laki- laki usia 3 tahun.
Takut kelepasan omong soal peristiwa yang dialaminya, Jenna menyingkir ke kamar di lantai atas. Tentu saja dia ditunggu kehadiran oleh keluarga saat makan malam .
Mereka selalu puas menikmati sajian olahan dari Bik Inah, dari capcay bakso, Gurame asam manis sampai tempe goreng tepung, dan sekaleng besar kerupuk udang.
Tak lama, Karolina memberi kode agar dia mengikuti sepupunya berjalan ke rumah Pak Suheri. Letaknya ada di belakang villa utama Opa. Justru di dekat rumah Pak Suheri itu ada jalan kecil, yang menghubungkan beberapa rumah penduduk yang rapat di bawah villa itu.
Pada umumnya mereka penduduk itu bekerja mengolah sawah dan perkebunan milik Opa Damash. Sebagian lagi merupakan milik seorang Tuan Tanah di desa tersebut.
" Sini, Non!" Panggil Mang Acep sambil membawa sepiring singkong goreng merekah.
Di halaman belakang Itulah mereka berbicara. Mereka terpisah jauh oleh tembok pagar tinggi vila dan jalan kampung yang sunyi.
Dari kejauhan tampak kunang kunang berkelip- kelip di atas persawahan yang baru berumur kurang dari sebulan setelah masa tanam. Suatu pemandangan yang langka bagi cucu Opa Damash yang lahir dan dibesarkan di kota Metropolitan,Jakarta .
" Non Jenna! " Panggil Mang Acep ketika melihat cucu bungsu majikannya itu tampak melamun.
"Eh, iya Mang!" ujar Jenna tersadar.
" Tadi Mamang ngikutin Mobil itu sampai pertigaan, bawah. Di sana mereka masuk ke sebuah losmen yang bisa disewa harian, Non."
" Saat mau Magrib mereka keluar, si cowoknya nganter si cewek yang tinggal di kampung belakang lewat Sekolah SMK...."
Ada napas yang tertahan di sana. Sekolah SMK yang disebut oleh Mang Acep tadi adalah salah satu sekolah yang menjadi perhatian Ibu Amanda Khairunnisa. Di kampung itu banyak pendatang dari sekitar daerah puncak. Mereka pada umumnya bekerja sebagai pedagang asongan, buruh di pabrik dan usaha UMKM sekitar, juga pekerjaan serabutan lainnya.
"Nama cewek tadi itu Istiani Putri, anak kedua dari empat bersaudara. Orang tuanya Pak Sobirin dan istrinya Ibu Satuti. Mereka dulu berjualan mie ayam di kantin sekolah SMK. Karena pandemi dan sekolah tutup, Pak Sobirin buka lapak Mie Ayam di jalan utama Puncak, Non..."
" Terus soal data Cewek tadi, Mang !" Sela Karolin tambah penasaran.
" Istiani Putri baru lulus SMK tahun ini. Karena belum dapat lowongan pekerjaan , dia sering membantu berjualan mie ayam di lapak orang tuanya, Non. Kakak perempuannya malah menikah muda dan punya satu anak, mereka dulu ngamen di dalam bus atau di pinggir jalan di depan Pintu tol Ciawi."
" Kok, Mang cepat dapat informasi ini, padahal belum seharian, lho?"
" Neng Jenna ingat Pak Sidik, beliau temen dekat Opa Damash yang punya perkebunan sayur di kampung bawah. Istrinya, Bu Onah agak curiga karena sering lihat ada tamu laki- laki muda yang sering bawa dia jalan beberapa bulan belakangan."
" Mang bisa antar kita ke rumah Bu Onah? "
" Besok bisa Non," ujar Mang Acep menyetujui," Bilang aja , non pengen makan buah mangga. Kebetulan di rumah Bu Onah ada pohon mangga yang sedang berbuah, Non!"
"Mang ini rahasia, ya? Cowok yang pacarnya Istiani itu sebenarnya sudah dijodohkan Opa Damash dengan Jenna."
Kedua wanita muda itu sampai kaget ketika mendengar sumpah serapah yang dilontarkan pria itu dengan agak keras.
" Wah, nggak benar nih, Non!" Ucapnya berapi- api.
" Makanya bantu kita selidiki masalah ini ya, Mang. Bukan saja Jenna yang kasihan. Opa Damash juga akan kehilangan kehormatan dan nama baiknya ,karena memilih lelaki brengsek itu untuk menjadi bagian dari anggota keluarga Damash.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!