Jenna menelan pil pahit atas peristiwa ini. Setidaknya kali ini dia dapat meloloskan diri dari perjodohan tersebut. Tetapi dia takut Istiani yang jadi korban? Sebab Goza punya pesona untuk jadi lelaki pecundang.
Dari rasa kasihan itulah, Jenna dan Karolina menyambangi rumah petak milik keluarga Istiani. Rumah itu harus melalui gang yang hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki. Di antara rumah- rumah semi permanen itulah, Lala menunjukkan rumah temannya, Istiani .
Rumah itu beratap seng, dengan dinding setengah bata dan sisanya adalah tumpukan triplek yang warnanya sudah pudar.
" Isti, Istiani ini Lala!" begitulah cara Lala memanggil temannya itu .
Tak lama pintu dari potongan papan bekas itu terbuka.Jenna ikut masuk setelah Istiani mempersilakan tamunya masuk. Kedua saudara sepupu itu dihadapkan pada sebuah keadaan yang membuatnya trenyuh.
Dari bangunan yang luasnya hanya 5x 3 meter itu, berupa sebuah ruangan yang lantainya hanya diberi plesteran semen. Di ujung ruangan ada tumpukan kasur dan tikar. Ada satu lemari plastik. Di depan mereka ada meja rendah yang di atasnya ada sebuah kompor gas satu tungku.
Beberapa bahan pembuatan mie ayam, di letakkan di lantai dengan beralas koran bekas.Walaupun sederhana rumah itu tampak bersih, mungkin lewat kerja keras Istiani.
Gadis itu agak kesusahan saat duduk di lantai menemani tamunya. Sebab satu- satunya bangku plastik digunakan Karolina duduk dengan bertumpu pada Jenna takut kursi itu patah menahan bobotnya yang sudah di atas 60 kg.
"Sepertinya kita pernah bertemu di masjid ya, Bu. Kemarin?"
" Iya, kita belum berkenalan. Saya Karolina, ini sepupu saya Jenna."
"Mbak Karolina itu anaknya Ibu Amanda , Is!" Sela Lala gemas. "Masak nggak kenal sama Ibu Amanda?"
"Ya, Kenal, Lha!"
" Sudah diperiksa ke dokter atau bidan soal kehamilan kali ini?"
Mendengar perkataan Karolina itu, air mata Istiani menetes. Dari wajahnya Istiani tampak polos dan pucat. Apalagi dari sorot matanya dia terlihat takut, malu dan gelisah.
Tentu Isti tak berani mengelak, kemarin Karolina telah menjebaknya saat mereka berpapasan di depan pintu kamar mandi. Apalagi Karolina selalu mengelus perutnya yang sudah hamil 5 bulan dan tampak buncit .
" Maklum kita bumil ya, harus sering- sering ke belakang. Tak bisa menahan pipis. Adek sudah hamil berapa bulan?"
Tanpa sadar, Isti juga mengelus perutnya yang semakin keras dan menonjol. " Tiga bulan!"
Mata Karolina mengamati dengan seksama, kalau t-shirt longgar yang dikenakan gadis itu sudah tidak dapat lagi menutupi tanda- tanda kehamilannya. Kecuali oleh para wanita yang sudah lebih berpengalaman.
Tubuh muda Istiana mulai mengembang di payudara, pinggul dan pantatnya yang membesar. Sebagai kesiapan seorang ibu yang diberi rahmat menyimpan cikal bakal generasi berikutnya.
Di ruangan itu masih terdengar suara Isak tangis Isti yang tertahan. Sampai dia juga mencemaskan sikap ayahnya yang sangat kolot, keras dan tak segan main tangan untuk mendidik anak- anaknya. Apalagi situasi sekarang yang membuatnya berjualan di pinggir jalan yang ramai namun sepi pembeli. Satu dua mangkok mie ayam yang terjual sepertinya sudah menjadi rezeki tersendiri buat keluarganya.
" Kamu harus dengan jujur menceritakan hal ini, Istiani. Karena kami akan menolong. Sebab, bukan hanya kamu korbannya tetapi sepupu saya juga, Jenna!"
"Maksud ibu, Mbak Jenna ini?"
"Iya, si Goza itu adalah calon yang dijodohkan oleh kakek kami. Kamu nggak mau kan kalau anakmu ini nanti tidak punya bapak? Terus dia juga tidak mau bertanggung jawab?"
Dengan terbata- bata, akhirnya Isti menceritakan awal dia berkenalan dengan Goza.Hal itu dimulai saat Istiani harus menjaga warung mie ayam di sore hari. Ibunya jatuh sakit jadi beristirahat di rumah.
Padahal sebelumnya mereka berjualan di sore hari. Sebab di pagi hari, si ibu yang meracik berbagai bumbu juga menyiapkan semua bahan mie ayam. Sementara Isti bersekolah daring di rumah temanya yang mempunyai jaringan internet.
Ketika istrinya sakit, Pak Sobirin yang berbelanja dan menyiapkan bahan dagangan untuk berjualan di sore hari.Sedangkan Isti menjaga warung mie ayam itu di sore sampai menjelang malam , kira- kira pukul 18.00. Kecuali malam Minggu sampai pukul 19.00.
Di warung itulah, Goza dan teman - temanya mampir makan mie. Mereka naik mobil milik Goza dari pusat pendidikan ke Puncak sekedar refreshing.
Jalur puncak di malam Minggu itu mulai sepi karena beberapa peraturan Pemda yang menutup sementara beberapa tempat wisata dan keramaian.
Pertemuan kedua, Goza berjalan sendirian menyambangi lapak Isti. Bahkan pria itu memberinya uang setelah melihat dagangan mie ayam Isti masih banyak padahal mereka harus tutup di pukul 19.00.
Beberapa kali bertemu, mereka menjadi dekat. Apalagi Goza juga mau memberi Isti uang jajan karena mendengar gadis itu akan menjalani ujian akhir di bulan depan. Setelah selesai ujian, Isti jadi sering jalan keluar dengan Goza. Isti beralasan untuk mencari lowongan pekerjaan kepada orang tuanya.
Sampai, beberapa kali Isti tidak pulang ke rumah karena kemalaman. Saat itulah Goza berhasil merayu gadis lugu itu dengan menyerahkan tubuhnya sebagai bukti tanda cinta Isti kepada lelaki yang disebutnya pacar atau kekasih.
Perbuatan yang hanya dilakukan oleh pasangan suami istri itu semakin sering dilakukan Goza setiap bertemu dengan Isti. Bahkan ketika Goza mendapat cuti pun, Isti dibawanya ke Semarang.
Sampai beberapa bulan yang lalu, gadis itu merasakan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Dia sudah tidak kedatangan tamu bulannya lagi. Padahal Goza sudah berjanji apa yang akan mereka lalukan itu akan aman, sebab dia selalu memakai pengaman.
Sampai si ibu yang melihat anaknya sering muntah di pagi hari. Isti sudah menangis ketakutan. Sampai si ibu pun berhasil menekan Goza.Tetapi pria itu beralasan tidak bisa menikahi Isti dalam waktu dekat ini, karena dia masih dalam masa pendidikan.
Karolina mencari data dari hape yang dibawanya soal Ramadhan Gozali. Tak ada alasan bagi lelaki itu untuk menikahi Isti. Dia ditempatkan di Sukabumi sebagai tugas barunya. Mungkin tinggal di asrama yang dijadikan Ramadhan hanya alasan.
Sampai dia menarik kesimpulan, bahwa Ramadhan masih berharap berjodoh dengan Jenna.
Nama besar Adrian Saputra Damash tidak hanya membuat status sosial keluarganya merangkak naik. Juga dapat dijadikan jaminan untuk kepentingan kenaikan jabatan dan pangkatnya kelak.
Jenna membiarkan jalan dan tindakan apa yang akan diambil sepupunya itu untuk mengatasi masalah ini. Terutama dia terlepas dari jerat perjodohan dan Isti dapat ditolong!
"Sorry, nggak bisa bantu banyak dengan masalah ini. Aku harus kerja besok, Karol?"
" Apa hukuman yang pantas untuk Ramadhan, besok?"
"Terserah... Asal lelaki itu harus menikahi Isti. Kasihan keluarganya!"
"Isti aja yang bodoh, kena angin surganya Ramadhan ternyata zonk!"
Senyum Karolina Anita Damash kali ini adalah senyuman misterius. Entah apa yang direncanakan sepupunya itu menjelang hari jadi Opa Damash bulan depan?
Tunggu dan lihatlah!
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments