Mereka terus berjalan bersama sampai akhirnya sampailah mereka di depan pintu ruang rawat ayahnya Liyana. Dia tidak mengerti mengapa tuan muda ini semakin sini terasa semakin aneh saja. Iya.. bagaimana tidak semakin aneh. Liyana melihat kalau pria yang sedang berjalan disampingnya ini semakin lengket saja dengan dirinya. Apa yang dia maksud ya? Apa mungkin dia sebenarnya jatuh cinta pada Liyana, dan ingin menjadikannya sebagai istri yang tidak terikat kontrak??
Arkh! Yang benar saja, Liyana. Laki-laki ini pasti hanya sedang totalitas dalam berakting bukan?? Bukankah dia ingin semuanya lebih terasa nyata? Mengapa kamu benar-benar bodoh?? Baru saja melalui dua malam dengan tuan muda ini, dan hanya karena dia menggandeng tangan kamu saat berjalan, sudah membuat kamu jatuh cinta??
"Sudah sampai.."
Lishian menengok gadis kecil disampingnya dengan seksama, dan baru menyadari kalau gadis itu sekarang sedang melamun.
" Ehemm.." batuk keras yang disengaja .
"Ah? Tuan? Kenapa??" terkejut.
"Kenapa? Kita sudah sampai di ruangan ayah kamu.."
"Oh, begitu ya.." baru sepenuhnya sadar.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?"
"Tidak ada.. aku tidak memikirkan apapun.." menggeleng, "tuan, kalau begitu, aku masuk dulu.." mencoba berjalan menjauh.
Grep!
Tapi tangan itu berhasil menghentikan langkah Liyana hanya dengan satu gerakan saja..
"Mau pergi hanya dengan pamitan yang seperti itu?"
Liyana berbalik..
"Ah? Memangnya ada yang salah dari saya??"
"Sudah sangat salah, sepertinya kamu memang belum tahu caranya berpamitan atau mengucapkan terima kasih padaku.."
"Memangnya bagaimana caranya?"
Lishian mendekat, dan memeluk pinggang Liyana dengan satu tangannya. Sementara satu tangan yang lain terlihat memegang area dagu.
"Begini caranya.."
Cup !?
"Ugh..."
Melepas.
"Sudah tahu sekarang??"
"Ah?" masih tidak bisa berkutik.
"Kalau sudah berpamitan seperti itu, maka kamu sudah boleh pergi meninggalkan aku.."
"Ah, iya.. aku sudah tahu.."
"Kalau begitu, lakukan lagi saat kamu hendak berpamitan atau berterima kasih.."
"Iya, baik tuan.."
Lishian memandangi wajah mungil itu dengan seksama. Sepertinya wanita ini terlihat lebih cantik dari sebelumnya dia melihat. Atau dia memang sudah berubah cantik dalam setiap detik?
"Kalau begitu, aku masuk.."
"Jangan lupakan makan dan istirahat lah dengan cukup.."
"Iya, terima kasih sudah mengingatkan.."
Kreb!!
' Hhh.. apa yang kamu katakan barusan Liyana.. terima kasih sudah mengingatkan?? Kamu kira dia sedang perhatian?'
"Liyana..." mendadak memanggil.
"Ah?! Ayah??!!!?"
Liyana buru-buru saja berlari ke arah ranjang dan mendapati ayahnya yang sedang berusaha untuk bangun dari koma.
"Ayah!?? Ayah sudah bangun??"
Liyana bergegas memanggil dokter..
Beberapa saat kemudian, dia akhirnya kembali..
"Dia sudah mulai memanggil nama saya dokter.."
Dokter itu tidak menghiraukan pengakuan Liyana. Si dokter hanya berusaha memeriksa keadaan pasien saja.
"Kondisi pasien sudah mulai stabil, tolong setelah bangun, biarkan dia minum dulu, perutnya akan terasa begah untuk beberapa saat karena efek operasi. Jadi biarkan dia minum teh manis, atau minum air putih yang hangat, bisa melegakan perutnya.."
"Iya, baik dokter.."
"Setelah agak membaik, berikan dia makanan untuk mengembalikan energinya.."
"Baik dokter.."
Dokter itu pergi meninggalkan mereka berdua di tempat itu. Sementara dua orang suster sedang sibuk mengganti cairan infus yang baru. Namun setelah pekerjaan mereka selesai pun, akhirnya mereka juga pergi menyusul sang dokter.
"Syukurlah.. ayah sudah membaik.."
Tidak berapa lama, ayahnya bangun dari koma..
"Liyana.."
"Iya, ayah.. Liyana disini, jangan khawatir.."
"Peluk ayah nak.. ayah merindukan kamu.."
Sesuai permintaan, Liyana memeluk ayahnya dengan erat sambil terus menitihkan air matanya. Akhirnya.. ayah tercintanya bangun juga.
Beberapa saat kemudian..
"Makanlah ayah.. ini akan menambah energi ayah setelah operasi.."
"Darimana kamu mendapatkan uang untuk operasi?"
"Makan dulu, biar Arliyana bercerita sesuatu pada ayah nanti sambil makan.."
Ayahnya menurut saja. Dibukalah mulutnya lebar-lebar untuk melahap makanan.
"Liyana belum pernah cerita pada ayah kalau Liyana punya seorang kekasih yang kaya.."
"Apa? kekasih kaya, atau kamu simpanan laki-laki kaya?"
"Dia belum menikah dan Liyana bukan simpanan.."
"Apa kamu menjual diri Liyana?"
"Ayah ini bicara apa.. untunglah kekasih Liyana orang yang sangat baik, dia berniat melamar Liyana saat itu, tapi sayang ayah mendadak masuk rumah sakit, jadi dia mengundur niatnya.."
"Apa ucapan kamu benar?"
"Apa yang ayah pikirkan? Apa ayah kira Liyana sedang berbohong?"
"Siapa pria itu? Pria mana yang mau menikahi gadis miskin seperti kamu.."
"Dia akan datang setiap sore untuk melihat kondisi ayah, dan paginya baru akan pulang karena urusan pekerjaan.."
' Maaf ayah, telah membohongi ayah.. anggap saja aku anak durhaka jika ayah mau, tapi yang jelas, Liyana melakukan semua ini karena tidak mau kehilangan ayah..'
"Dia menggunakan uang yang dia siapkan untuk pernikahan kita berdua untuk membayar lunas biaya rumah sakit ayah.."
"Apa itu benar?"
"Tentu saja benar..."
Liyana terdiam, mengingat-ingat lagi ucapan Lishian tadi sebelum hendak pergi dari mobil.
"Katakan pada ayah kamu, kalau kamu punya kekasih kaya yang sangat baik, dan katakan padanya juga calon menantunya ini yang sudah melunasi seluruh biaya rumah sakit.."
' Apa gunanya senang di anggap calon menantu orang kaya, kalau semuanya hanya sekedar kontrak pernikahan saja..'
"Jika tidak ingin dia curiga soal kontrak kita, maka katakan pada ayah kamu kalau aku menggunakan uang untuk biaya pernikahan kita berdua sebagai pembayaran rumah sakit.."
"Baik, tuan.. aku mengerti.."
.....
Sedih sekali bukan. Bahkan disaat seperti ini, yang ada dipikirannya hanyalah, andai saja pernikahan itu bukanlah karena kontrak, dia tidak akan sesedih ini.
Arkh!
Sudahlah.. Terlalu larut dalam kesedihan juga tidak bagus. Yang penting ayahnya selamat dari penyakitnya. Masalah pernikahan kontrak itu, kalau saja tidak bertemu dengan tuan Lishian, dia pasti sudah menjual dirinya di bar pada para pemuda itu. Untung saja tuan Lishian datang membawanya pergi dari tempat neraka itu.
Saat Liyana sedang asik menyuapi ayahnya sambil melamun itu..
Cklek.
"Permisi.."
Liyana menoleh, melihat siapa yang datang, karena suara itu rasanya tidak asing lagi di telinga Liyana.
"Ah? tuan.."
Lishian masuk membawa sebuket bunga dan beberapa makanan yang dibawa oleh beberapa asistennya..
Dia mendekat ke arah Liyana, dan mengecup manja pipi Liyana, sambil berbisik..
" Jangan memanggilku dengan sebutan tuan, ayah kamu akan curiga nanti.."
Liyana tersadar. Ah? Kenapa dia tidak memikirkan hal itu? Benar juga apa yang dikatakan Lishian itu, nanti ayahnya pasti akan curiga kalau dia terus memanggil Lishian dengan sebutan tuan.
"Sayang, bagaimana kabar kamu hari ini?"
"Kamu bahkan baru pergi beberapa jam yang lalu, sudah menanyakan kabar saja padaku.."
"Ah? Paman.." menunduk.
"Ayah, ini.. " menatap mata Lishian sekilas.
Lishian mengedipkan mata.
"Ini kekasih Liyana, dan juga calon suami Liyana.."
"Jadi kamu ya yang dari tadi terus dibicarakan Liyana di depanku.." menatap dengan tatapan aneh.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Achi
Asiiik menantu kaya😁😁😁
2022-11-20
1