"E..." bingung.
Lishian melirik calon istrinya itu dengan wajah bangga.
' Ternyata dia sudah berani membicarakan aku di depan ayahnya..'
"Bukan begitu, tuan, eh.. Lishian.. aku hanya bicara sedikit saja mengenai kamu dan latar belakang keluarga kamu.."
"Aku tahu, jangan terlalu bangga padaku, ya, aku tidak mau diperlakukan terlalu berlebihan saat di depan ayah kamu.."
"Tidak ,tidak.. Liyana tidak begitu, dia hanya memuji kamu yang sudah menolong ayah menggunakan uang yang akan kamu gunakan untuk menikahi Liyana.."
"Eh, ayah, jangan bicara lagi, ayah harus istirahat sekarang.."
"Bicara apa kamu!! Keluar saja sana!! Belikan ayah sesuatu selain bubur.."
"Tapi dia juga sudah membawa banyak buah tangan untuk ayah, mau makan apalagi memangnya?"
"Sudah, keluar saja sana! Jangan banyak bicara!!"
"Baiklah.." hanya bisa menunduk.
Lalu akhirnya pergi dari sana.
Krebb!!
"Fiuhh.. Belum juga sah jadi calon menantu, memujinya sudah sampai di atas langit, nanti kalau sudah jadi menantu, baru tahu seperti apa kelakuan asli laki-laki ini.. Hh.. apalah dayaku, aku hanya wanita biasa yang bergantung pada laki-laki kaya.."
"Liyana?"
Liyana mendongak. Dia melihat wajah sang sahabat yang sedang berlari dari kejauhan terlihat sedang menghampirinya.
"Hana?"
"Bagaimana keadaan ayah kamu? Apa dia sudah lebih baik?" memegang tangan Liyana, "aku dengar malam itu kamu dibawa oleh tuan muda Li entah kemana dan dia berani membayar kamu dengan harga satu milyar, apa itu benar?"
"Hhh.." berjalan dengan kesal, " itu benar.."
"Wahh.. kalau begitu bagus sekali, aku tahu kamu pasti akan diminati banyak orang meski tarif yang kamu kenakan cukup besar. Tidak menyangka Tuan muda Li yang sudah membantu kamu.."
"Aku akan menikah dengan dia.."
"Apa?"
Berhenti.
Menatap dengan tajam.
"Liyana, yang benar saja, jangan membohongi aku, ini tidak lucu sama sekali.."
"Aku serius.. mana bisa bercanda di saat seperti ini.."
"Bagaimana bisa dia mengajak kamu menikah? Sedangkan, dia sudah terkenal pria yang tidak ingin mengikat hubungan dalam pernikahan. Dia.. sudah terlalu senang hidup di kelilingi para wanita malam.."
"Karena itulah, aku jadi hanya bisa pasrah saja.. orang itu selalu membuat aku kesal.. Tapi karena orang itu juga, ayahku berhasil melalui masa-masa kritisnya, dan berhasil sembuh.."
"Liyana, apa yang kamu maksud disini, adalah menikah karena kontrak?"
"Iya.. kamu benar.."
"Bagaimana kamu bisa menerima laki-laki seperti dia? Kenapa malam itu kamu tidak menerima tawaran tuan Ellon saja?"
"Aku sudah menerima tawaran tuan itu, tapi dia malah berkata kalau lima ratus juta untuk lima orang, dia dan empat kawannya termasuk Lishian.. Dan karena itulah, aku jadi sangat takut. Tuan Lishian menarik tanganku, dan membawaku lari dari tempat itu, dengan bayaran satu milyar. Dia berkata kalau jalan ini lebih baik daripada harus dinikmati oleh lima pria itu. Menurutnya aku akan sangat lemah saat harus menghadapi mereka.."
"Jadi begitu, ya.."
"Aku juga tidak bisa melakukan apapun, dibandingkan dengan digilir lima pria dengan harga lima ratus juta, lebih baik kiranya dinikmati satu pria selama waktu yang tidak ditentukan dengan harga satu milyar bukan.."
"Lalu bagaimana dengan keluarganya? Apa mereka setuju?"
"Tentu saja pada awalnya mereka menolak. Lagipula tidak heran juga mereka menolakku, lihat saja penampilan yang urak-urakan begini, mereka pasti menganggap aku orang yang mimpinya terlalu tinggi.."
"Lalu kenapa kalian bisa mengambil hati mereka?"
"Entahlah, mendadak saja ibunya malah bersikeras menikahkan kami, menurutnya, menikah dengan orang pilihan sendiri lebih baik daripada menikah karena perjodohan."
"Oh, jadi begitu, ya.."
Mereka kembali berjalan keluar dari rumah sakit.
"Eh, Liyana?"
Liyana terkejut lagi melihat siapa yang datang selanjutnya..
Wanita itu sedang berlari menghampirinya dan dengan senyuman yang sangat ramah. Nyonya Zhe Ruan..
"Nyonya?"
"Kenapa memanggilku nyonya? Panggil aku ibu mertua, baru rasanya enak di dengar.."
"Ah!? Apa ini ibunya Tuan Lishian?"
"Benar, aku ibunya Lishian, aku mendengar kabar kalau ayah Liyana sedang berada di rumah sakit, jadi aku sengaja datang menjenguknya selagi sempat.. Bagaimana kabar ayah kamu? Apa dia sudah lebih baik?"
"Iya, nyonya.. eh, maksud aku.. ibu..."
"Jangan gugup begitu, aku tahu kamu masih malu memanggilku ibu mertua, tapi kedepannya, kamu harus terbiasa dengan hal itu ya.."
"Iya, ibu..."
"Oh iya, aku datang kesini untuk menengok keadaan ayah kamu, kenapa malah bergosip disini? Ayo!! Antarkan aku ke ruangan ayah kamu!!"
"Eh, ibu.. ayah sedang bicara berdua dengan Lishian. Dia menyuruhku untuk keluar dari ruangan.."
"Begitu, ya.. sepertinya ini masalah antara calon mertua dan calon menantu, kalau begitu, kita makan saja diluar. Biarkan mereka bicara secara pribadi dulu, kita tidak boleh mengganggunya.."
"Baiklah.."
"Bagaimana denganku? Apa nyonya mengajak aku juga?"
"Ikutlah dengan kami, sepertinya kamu teman Liyana yang sangat dekat.."
"Anda sangat benar nyonya, kami adalah sahabat sejak kecil, jadi kami berdua begitu dekat.."
Mereka bertiga terus berbincang sampai akhirnya langkah mereka semakin hilang. Mereka keluar dari rumah sakit dan menuju tempat makan terdekat di area tersebut.
.......
"Hemm.. siapa nama kamu?"
"Nama saya Lishian.."
Dia menopang kakinya dengan satu kaki lainnya. Memang gaya orang kaya selalu seperti itu. Bagai tidak punya sopan santun dan adab. Apalagi sudah jelas kalau laki-laki ini adalah putra ternama dari keluarga terkaya nomor tiga di negara tersebut. Karena itulah sikapnya memang selalu arogan pada siapapun.
"Kamu memiliki nama yang sangat familiar di telingaku.."
Kenapa rasanya sedang berada dalam sidang antara hidup dan mati?
"Benarkah?"
"Kamu sedang bermain-main dengan anak saya.."
"Apa?" menurunkan kaki.
"Saya tahu, anda sedang berusaha mempermainkan anak saya dengan menggunakan satu senjata bernama cinta. Anda tidak mencintai anak saya bukan?"
"Kenapa anda bisa berkata seperti itu?"
' Apa aktingku kurang bagus ya?'
"Haha.. saya sudah tahu keluarga besar Li orang yang seperti apa, sejak awal, pertama kali aku mendengar namamu, aku sudah tahu apa latar belakang kamu, karena itulah saya tidak mengizinkan anak saya menikah dengan kamu, hutang itu, berapapun nominalnya, akan saya bayar lunas suatu hari nanti.."
"Hutang?"
' Apa dia menceritakan semuanya pada si tua ini ??'
"Katakan saja padaku berapa nominalnya! Aku tidak akan melepas putri satu-satunya dariku untuk masuk ke dalam keluarga kalian.."
"Tuan!! Putri anda tidak punya hutang pada saya selain persetujuan untuk menikah dengan saya, jadi itu sudah keputusan bersama antara kami berdua, dan anda tidak berhak melarang keputusan kami.."
"Aku tahu persis siapa ayah kamu!! Dia orang yang.. Arkh!! untuk apa juga membicarakan semuanya pada bocah ingusan ini.. Aku tidak perlu membuang waktu denganmu, yang jelas, aku mau kamu melepaskan putriku, biarkan kami hidup tenang tanpa harus berurusan dengan keluarga kalian.."
"Silahkan saja anda menolak, tapi pernikahan harus tetap dilaksanakan, jangan sampai saya datang untuk menagih uang satu milyar pada anak anda.."
"Apa?! Satu milyar?? Apa dia menjual diri??"
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments