Mutiara terus berlari dan berlari sejauh mungkin, dia tidak peduli rasa perih dikakinya karena tidak mengunakan alas kaki sama sekali. bahkan teriakan papa yang terus memintanya untuk berhenti.
"Aduuuh...ini sangat sakiiit."
Tiba-tiba dia merasakan kram di perutnya yang teramat sangat, namun Mutiara masih berusaha untuk menghentikan kendaraan yang melintas dihadapannya dengan wajah bercucuran keringat dan nafasnya yang ngos-ngosan.
"Kamu kenapa dek?"
"Pak tolong, saya sedang dikejar-kejar." ucap Mutiara berusaha untuk mengontrol pernapasan nya yang masih memburu, melihat ekspresi jujur yang terpancar dari mata gadis yang tengah meringis kesakitan, sopir pun segera memintanya untuk masuk.
"Naik lah, dek. aku akan membantu dan melindungi mu." jawab sopir.
"Terimakasih pak."
Mutiara duduk sebelah sopir sambil menghirup nafas lega, paling tidak untuk saat ini dia bisa menghindar dan menyelamatkan bayi dalam perutnya. sesekali Mutiara menoleh kebelakang, berharap papa tidak menyusul nya.
"Kamu ingin kemana dek, dan siapa yang sudah mengejar-ngejar mu?" tanya sopir penasaran.
"Papa ku sendiri, untuk sementara tolong antarkan aku ke pemakaman umum."
"Pemakaman?"
"Ya, aku ingin mengadukan semua penderitaan ku pada mama hick...hick..." Mutiara kembali menagis, tanpa sadar dia menceritakan sedikit permasalahan nya.
Sekilas pak sopir langsung berfikir, jika Mutiara tengah depresi berat. dia memaklumi kondisi gadis yang menurutnya masih sangat labil.
"Baiklah aku akan mengantarkan mu kesana." ucap sopir yang membuat Mutiara bernafas lega. paling tidak saat ini dia aman dari papa, sampai dia menemukan jalan keluar terbaik nantinya.
Sepanjang perjalanan, Mutiara larut dalam pikirannya. sehingga dia tidak menyadari jika mobil yang mengantarkannya sudah berada didepan pintu gerbang masuk sebuah pemakaman umum.
"Dek, kita sudah sampai. apa benar disini tempat pemakaman ibumu ?"
"Benar sekali pak, maaf pak saya tidak mempunyai uang ." ucap Mutiara kebingungan.
"Tidak perlu dek, saya ikhlas membantu mu." balas sopir berlalu pergi.
"Sekali lagi terimakasih, ya pak."
Setelah mobil berlalu dihadapannya, Mutia segera masuk kedalam. dia sudah terbiasa berkunjung kerumah ke pemakaman ini jika sedang sedih.
Mutiara langsung bersimpuh menagis seraya memeluk batu nisan yang bertuliskan nama sang mama tercinta.
"Mama.... anakmu tidak kuat lagi, aku ingin ikut mama..... hidup ku hancur dan kehormatan ku direnggut, papa memaksa untuk mengugurkan kandungan ku ini. aku tidak ingin menambah dan berbuat dosa lagi, bayi-bayi ini tidak bersalah ma. aku lah yang pantas menerima hukuman bukan mereka." Mutiara terus kembali menagis. cukup lama Mutiara menagis hingga dia terbangun ketika mendengar suara lantunan adzan, untuk panggilan sholat.
"Ya Allah, hanya padamu aku akan mengadukan semua penderitaan ku, berilah hamba jalan keluar yang terbaik." doa Mutiara seraya bangkit menuju musholla terdekat.
Selesai sholat dan berdoa, Mutiara merasakan ketenangan.
"Untuk menyelamatkan Anak-anakku, aku harus pergi sejauh mungkin. berada ditempat dimana tidak ada orang-orang yang akan mengenali dan mencemooh kehidupan ku nantinya." bathin Mutiara sedikit lega.
"Aku akan pulang lalu minta izin pada papa, jika aku akan pindah dan hidup menyendiri di luar kota. sehingga mereka tidak perlu harus menanggung malu dengan kehamilan ku ini, papa pasti setuju mama Dian dan Angela juga pasti akan bahagia karena bisa hidup tenang setelah kepergianku dari rumah ibuku sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Nila
💪💪👍
2023-04-29
1
🌺awan's wife🌺
kasian banget,,,malah masih bocah ini,,,,masih 18 thn lo
2023-01-09
1
Yulia Prihatin91#SoLo#
semangat
2022-11-04
3