Sepanjang perjalanan, Mutiara terlihat murung dan diam. pikirannya masih teringat akan mimpinya barusan.
"Apakah kedua bocah tersebut anak-anak yang aku kandung? mereka terus memangil-mangilku dengan sebutan mami dan tidak mau aku tinggalkan?" berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya.
"Tidak...aku tidak boleh lemah, dan mengecewakan papa lagi. kali ini aku harus menuruti keinginan papa."
"Mutiara, kita sudah sampai. ayo nak kita turun." bujuk papa membibing tangannya saat keluar dari mobil.
"Jangan takut, nanti kamu akan ditangani oleh dokter yang sudah sangat berpengalaman di bidangnya. aku mengatakan jika kamu adalah korban kekerasan pemerkosaan. sehingga mereka mempermudah dan bersedia untuk membantu mu." ucap papa agar Mutiara tidak terlalu gugup.
Mutiara hanya menganggukkan kepalanya pelan, dia sudah membayangkan rasa sakit yang akan dirasakan nya nanti, dan itu tentunya akan jauh lebih sakit.
"Semenjak kejadian itu, kenapa kesialan belum juga beranjak dari hidupku." melonggos kesal. langkah kaki mereka semakin dekat menuju ruang tindakan, Mutiara tidak mampu menahan ketakutan dan rasa gugupnya, keringat dingin mulai bercucuran membasahi wajah dan tubuhnya.
"Aku takut pa."
"Percayalah, jika kamu tidak akan kenapa-napa nak." berusaha menyemangati Mutiara.
"Silahkan berbaring, kita akan melakukan USG terlebih dahulu." terang perawat seraya mengolesi perut Mutiara dengan gel berwarna bening. Mutia hanya mengabaikan ucapan perawat, detak jantungnya dua kali lebih cepat dibandingkan biasanya. dia menautkan kedua jemarinya untuk menghilangkan rasa gugup dan takutnya.
"Dek, kamu hamil anak kembar. bahkan kondisi janin mu sangat sehat dan kuat." terang Dokter sambil menunjuk titik seperti biji kacang melalui layar monitor.
Degh
"Apakah mereka anak-anakku?"
Mata Mutiara membulat, tiba-tiba keharuan membuat matanya berkaca-kaca. seketika pikirannya teringat mimpinya semalam, wajah sedih dan tangisan kedua bocah-bocah itu kembali terngiang-ngiang ditelinga nya.
"Mereka Anak-anakku, akulah yang bersalah dan pantas untuk dihukum dalam hal ini. bukan mereka yang tidak berdosa." Mutiara seketika mengusap perutnya pelan, untuk pertama kalinya rasa hangat dalam dadanya.
"Apakah kamu sudah siap?" tanya Dokter memakai sarung tangan khusus, Mutia mengedarkan pandangannya keseliking ruangan, seketika dia memucat melihat alat-alat yang menurutnya sangat mengerikan.
"Apakah mereka mulai bersiap-siap untuk melenyapkan anak-anakku? tidak ini harus dihentikan." Mutiara segera duduk dan memperbaiki pakaian nya kembali.
"Tidak...aku tidak ingin melenyapkan anak-anakku."
"Mutiara, kamu kenapa nak. jangan seperti ini?" papa segera menghampiri Mutiara, menuntun langkahnya menuju ruang tindakan.
"Pa, aku tidak sanggup melihat mereka dikeluarkan dari rahimku. bayi-bayi ini tidak bersalah, aku lah yang salah, pa. dan aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi." memohon sambil mengatupkan kedua tangannya.
"Mutiara, kamu kenapa berubah pikiran seperti ini nak? papa yakin kamu terlalu takut sehingga berniat untuk membatalkan. ini tidak seburuk yang kamu pikir, papa akan menemanimu." berusaha untuk membujuk Mutiara.
"Papa, kita bukan orang jahat, kita masih punya hati, kasihan anak-anakku yang harus menerima hukuman atas kesalahan ku." air mata Mutiara bercucuran.
Hendrawan tetap memaksa, bahkan dia meminta bantuan petugas. Mutia meronta-ronta untuk melepaskan diri, begitu ada kesempatan dia langsung berlari sekencang-kencangnya tanpa peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang melihatnya, bahkan dia tidak peduli lagi dengan teriakan papa meminta dirinya untuk segera berhenti berlari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
pengen nampol bapak nya mutiara nih emg gak ada otak apa mau aborsi cucu sendiri.bgs la Mutia kabur jd selamat baby twins nya.jd Gedeg ma bpk nya Mutia nih
2023-02-08
0
Aisyah Putri Angel
seorang ayah yg bodoh cuman demi nama keluarga
2022-12-30
0