Asti Gadis Pembawa Kutukan

Asti Gadis Pembawa Kutukan

Bab 1. Sakitnya Bude Ayu

Wajah bude Ayu semakin pucat sejak Asti pulang menjemputnya dari berjualan di pasar . Hati- hati Asti memapah kakak almarhum ayahnya itu ke kamar tidur di samping ruang sholat.

Asti segera ke dapur menyalakan kompor dan merebus air. Tangannya sedikit membuka jendela kayu agar dapur besar ini tak terlalu pengap. Di ujung dapur masih ada tumpukan kayu kering yang kemarin dibawakan Lek No dari kebun belakang. Biasanya Bude Ayu selalu mengunakan tungku batu dengan bahan bakar kayu bakar untuk memasak.

Setelah air mendidih, Asti langsung menuangkan pada gelas yang sudah diisi gula dan teh celup. Dicarinya nampan kecil untuk membawa teh manis panas itu ke kamar budenya

Tampaknya Bude Asti dapat tertidur lelap. Segera Asti menyalakan lampu agar kamar ini lebih terang. Dia segera keluar dari kamar itu dengan hati- hati. Dilihatnya angka 5 pada jam besar di atas tembok ruang tamu.

Lama, Asti menatap halaman di depan rumahnya yang luas dan ditumbuhi pohon Jambu air dan Mangga. Sesekali terdengar suara motor lewat di depan rumah .

Hanya dalam hitungan beberapa menit lagi, maka desa ini mulai menjadi gelap. Lampu di teras depan pun tak dapat menerangi gelapnya jalan karena di sisi kanan dan kiri ditumbuhi poho- pohon jati yang besar dan rimbun.

Dari kejauhan mulai terdengar suara- suara malam . Ada kepakan kelelawar yang keluar dari sarangnya.Serangga yang mulai menggesek-gesekkan sayapnya di atas pohon- pohon tinggi, sehingga menimbulkan bunyi- bunyian.

Setelah itu desa mereka akan sangat menjadi sangat sepi. Jarang warga desa keluar dari rumah di malam hari, bila bukan karena urusan yang sangat penting dan mendesak.

Tampak Bude Ayu agak terhuyung- huyung keluar dari kamarnya. Di tangannya ada lipatan sajadah dan mukena . Wajahnya lebih segar sejak bangun tadi sebelum Magrib tiba.

" Nggak usah keluar dulu, De! Bu Haji Anissa tadi siang sudah pesan kok."

"Nggak enak, Asti. Bude sudah 2 kali absen ngaji ".

"Emang sekolah, harus absen segala ... " Ujar Asti geli.

Bude Ayu dan Bu Haji Anissa sangat senang karena ibu- ibu dan remaja putrinya mulai rajin datang ke mushola untuk pengajian ibu- ibu setiap malam Rabu . Setelah sholat Magrib berjamaah, mereka mengadakan kegiatan keagamaan. Terkadang diadakan ceramah atau belajar membaca Al-Qur'an. Sering juga tanya jawab yang dibimbing oleh Bu Haji Anissa dan beberapa ibu guru yang mengajar agama Islam di sekolah terdekat.

Kata Pak Haji Anwar, kita boleh kekurangan materi tetapi tidak boleh kekurangan akhlak. Kata- kata itulah yang digunakan kedua wanita itu untuk menggerakkan kaum wanita untuk mempelajari Ilmu Agama secara lebih mendalam . Bukan hanya buat diri sendiri tetapi buat anak- anak mereka. Sebagai bekal dan dasar pendidikan yang akan membentuk karakter dan akhlak mulia.

Asti tahu di desanya ini kehidupan warganya masih banyak yang serba kekurangan. Tak ada sungai yang mengaliri desa mereka, sehingga sawah - sawah hanya dapat ditanami saat musim penghujan.

Desa mereka sangat terpencil sehingga jalan penghubungnya utamanya pun berupa tumpukan batu padas dan kerikil agar dapat dilewati kendaraan roda empat. Sedangkan wilayah desa mereka terdiri dari bukit- bukit tandus dengan tanah berkapur.

Penghidupan sebagian warga desa adalah bertani. Hanya beberapa orang saja yang memiliki lahan sawah dan kebun. Termasuk lahan sawah Bude Ayu yang merupakan warisan dari ayahnya yang mantan kades, Pak Harjo Winangun.

Sebagian lagi pekerjaan penduduk di desa itu adalah buruh tani. Mereka bekerja menanam padi atau memotong padi saat panen dengan upah harian. Banyak juga yang berdagang di pasar kecamatan dengan menjual hasil yang dipetik dari kebun sendiri seperti pisang, pepaya, cabe atau tomat.

Ada beberapa warga yang tertentu yang mempunyai usaha dari mengolah kayu jati. Mereka banyak mendapat pesanan untuk membuat kusen jendela dan pintu. Ada juga yang membuat kursi atau lemari dari kayu jati. Pohon jati sangat mudah tumbuh di daerah ini , karena tanahnya kering dan mengandung kapur.

Rumah besar yang berbentuk joglo yang ditempati Bude Ayu dan Asti adalah peninggalan dari Mbah Kung Rasidi Winangun yang termasuk sesepuh desa Sendang Mulyo. Sedangkan Kakek Asti, yang menjadi keturunan kedua Winangun itu pernah menjadi kepala desa dua periode. Jadi peninggalannya cukup banyak, dari sawah yang mengelilingi alas Pring ( hutan Bambu), kebun kelapa sampai dua rumah besar dengan halaman luas.

Sebagian sawah mereka dikerjakan oleh beberapa warga desa dengan sistem bagi hasil. Kebun dan lahan di dekat rumah, dikerjakan oleh Lek Sarno. Namun beberapa tahun ini luas sawah mereka mulai menyusut karena dijual Bude Ayu untuk membeli sebuah toko di area depan pasar kecamatan dan modal untuk Asti berjualan pakaian muslim dan perlengkapan khusus wanita.

Wanita itu melarang keponakannya itu mengikuti jejak teman- temannya yang banyak merantau ke beberapa kota besar di Pulau Jawa, setelah lulus SMK. Ada yang melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Sebagian lagi mengadu untung untuk mendapatkan lowongan kerja dari beberapa pabrik yang ada di kabupaten atau daerah lain. Bahkan dua teman dekat Asti malah menjadi TKI dan bekerja di Taiwan.

Toko yang dibeli Bude Ayu itu ada di depan pasar di kecamatan. Jauhnya hampir enam km dari rumah. Asti dan Bude Ayu yang bergantian menjaganya. Sebulan sekali Asti berbelanja ke Yogyakarta atau Solo untuk menambah stok barang di tokonya.

Mereka menjual berbagai jenis pakaian wanita mulai dari kerudung, gamis, blus, rok, pakaian dalam sampai aksesoris. Asti masih berusaha menjaga dirinya dari lawan jenis. Apalagi dia berhijab sejak SMP atas anjuran sang Kakek. Jadi dia tidak menjual pakaian pria atau yang lainnya. Walaupun ada satu dua orang pembelinya laki - laki karena membelikan pakaian di tempat Asti untuk istri atau keluarganya.

Bude Ayu dan Asti akan membuka toko itu dari pukul 08.30 sampai pukul 16.00. Setiap hari. Apalagi kalau hari pasaran tiba, pasar itu semakin ramai dengan pembeli yang datang dari seluruh pelosok desa.

Udara malam semakin dingin. Asti berkeliling rumah untuk menutup jendela dan mengunci pintu. Samar- samar terdengar suara Bude Ayu mengaji. Wanita itu melupakan rasa sakitnya agar tetap dapat menjalankan ibadahnya.

Asti kembali ke kamarnya setelah dia merasa keadaan sudah cukup aman. Penataan kamarnya ini tidak berubah dari tahun ke tahun.

Di sana hanya ada tempat tidur dari kayu yang disebut dipan dengan kasur dari kapuk randu yang sangat nyaman ditiduri walau udara panas atau dingin. Kakeknya menempatkan lemari pakaian kuno tiga pintu yang terbuat dari kayu jati . Juga ada seperangkat meja belajar yang dipesankan kakeknya ketika dia kelas 1 SMP. Karena kamar itu cukup luas, Asti memasang tikar mendong di lantai yang kosong, di atasnya diletakkan karpet Turki oleh- oleh dari Pak Haji Anwar tetangga depan rumah, saat beliau kembali beribadah haji membawa rombongan yang cukup besar. Di sana ada digelar sajadah untuk dia sholat dengan rak pendek di bawahnya dengan tumpukan buku- buku tentang agama Islam dan sebuah Alquran yang hampir dibacanya setiap malam bila tidak mendapat halangan.

Tampaknya dia harus bertahan di desa ini demi kasih sayang pada budenya. Tak banyak yang diharapkan karena kehidupan menjadi lebih sulit. Apalagi sejak budenya keluar dari rumah Pak Kushari Juwono. Semua membawa luka dan sakit hati.

Bude Ayu hanya dinikahi secara agama saja oleh pak kades desa sebelah sebagai istri ketiga. Tetapi anak- anak dari kedua istrinya terdahulu terus merongrongnya setelah ayah mereka meninggal. Mereka mengira mantan istri ketiga ayahnya itu telah menguras harta warisan keluarga mereka. Padahal Bude Ayu tidak membawa barang berharga apa pun kecuali satu koper pakaian bawaannya dulu saat pertama kali datang rumah itu.

Terlebih Mas Hardiman Juwono alias Mas Timbul, putra Sulung dari Pak Kades Kushari itu kembali menuntut pembagian warisan terbanyak . Padahal pria itu sejak menikah dengan gadis tercantik di Desa Sendang Ranti itu sudah mendapat pembagian warisan terbesar berupa rumah dekat pasar , mobil dan modal usaha.

Berbagai usaha telah dijalankannya anak sulung Pak Kushari itu, mulai dari jual beli mobil bekas, buka konter Hp dan pulsa sampai warung sembako namun semua bangkrut.

Pria beranak dua itu kembali bergabung dengan teman- temanya dan menjadi preman di terminal di kota .Tentu setelah modal usahanya amblas bersisa. Malah dia sering datang ke pasar kecamatan dengan kelompoknya itu untuk meminta uang keamanan dari pedagang yang berjualan di luar area pasar.

 Pagi hari Asti sudah disibukkan dengan kegiatan cuci mencuci dan masak di dapur. Karena masih belum terlalu sehat, Asti membuatkan bubur nasi untuk budenya. Nanti dimintanya Bu Lek Ratih, Istri Lek No untuk menjaga Bude Ayu sementara dia berangkat ke toko.

Seperti pada umumnya warga desa "Sendang Mulya" para ibu- ibu masih memanfaatkan kayu bakar yang cukup banyak tersedia di desa mereka untuk memasak di dapur.

Terlihat asap bergulung dari dapur Bulek Ratih yang rumahnya terletak di belakang kebun yang cukup luas itu.

"Lek. Lek Ratih!" Panggil Asti setelah membuka pintu dapur. Wanita yang dicarinya itu tidak berada di tempat kebangsaannya itu.

Di Ruangan yang cukup besar itu juga memperlihatkan dua tungku kayu yang menyala dengan api besar. Si Bulek pasti ada di dalam rumah, karena jarang sekali wanita itu keluar rumah tanpa mematikan kompor atau api dapur.

Setelah mengucapkan salam, Asti menerobos masuk ke dalam ruangan. Di ruang depan terdengar percakapan beberapa orang. Kemarin Asti mendengar tentang kepulangan Mas Joko Adi, anak sulung Lek No yang bekerja di Semarang sejak tahun lalu.

"Mbak Asti, sini! " Panggil Joko ketika dia melihat gadis itu yang muncul dari di dapur belakang rumah.

"Kenalkan ini, teman- temanku yang kerja satu PT di Semarang."

Para pemuda yang berumur antara 20 sampai 30 tahun itu bangun dari duduk mereka. Tetapi mereka menjadi ragu saat Asti hanya mengatupkan kedua tangannya di dada. Gadis itu berhijab dan tak mau bersalaman dengan pria yang bukan muhrimnya.

"Assalamualaikum, Selamat datang di desa kami" ujar Asti. "Maaf Mas Joko, aku ada perlu sama Bulek Ratih. Bisa , Ya?"

Pemuda yang dipanggil Joko itu segera mengetuk pintu kamar ibunya. Tadi ibunya masuk kamar setelah mendengar suara Hp yang diletakkannya di meja.

"Asti,ya? Sek ..." Seru wanita itu di dalam kamarnya. Segera Ibu itu keluar sambil menenteng HP.

Ternyata kedatangan Joko itu juga membawa teman - temannya. Apalagi dia juga melihat sebuah mobil sejuta umat itu terparkir di depan rumah Lek No.

Bulek Ratih segera membawa Asti ke dapur. Kemarin dia juga sudah melarang bude membuka toko setelah mendengar Asti berbelanja ke Solo sejak pagi hari.

"Titip Bude ya Bulek. Belanjaan baru mau dikirim hari ini."

"Ya, wes sana berangkat! Tadi Si Ninuk juga sudah bawa motor mau cari sarapan. Mau barengan apa?"

Si Ninuk anak bungsu Bulek Ratih baru saja menyelesaikan ujian UN di kelas IX. Dia sudah terbiasa ke sekolahnya dengan membawa motor karena sekolah SMPN terdekat jaraknya lebih dari 15 km.

Di desa ini tidak ada angkutan umum. Kalau mau pergi ke mana pun cara yang paling mudah adalah ke terminal yang jaraknya sepuluh km. Hanya di perbatasan desa dekat hutan bambu itu ada jalan provinsi yang dilalui oleh beberapa bus besar dan bus kecil sejenis Elf untuk ke berapa kota kecil di sekitarnya.

Kepergian Asti yang hanya mampir sebentar. Dikomentari oleh rekan - rekan kerja Mas Joko.

" Dia itu yang namanya Nastiti Anjani, toh? " tanya teman Mas Joko yang paling dewasa.

"Iya. cantik kan?"

" Iya, " sahut Danang" Nggak nyangka di desa ini ada gadis secantik itu. Dia udah punya pacar belum?"

Joko tidak banyak mengomentari pembicaraan rekan kerjanya itu. Apalagi setelah mendengar kedatangan motor Ninuk yang membelikan sarapan dan jajanan pasar yang sangat terkenal di desa mereka.

"Ayo, dimakan sarapannya! Siang nanti kita mampir pasar. Asti punya toko di sana."

Dalam sekejap bungkusan nasi bercampur kuah sambel tumpang dan rebusan sayuran itu tandas di piring masing- masing. Mereka juga menikmati teh wedang panas yang khas dari daerah itu.

Bulek Ratih segera menengok Bude Ayu. Pertengkaran Bude Ayu dengan mantan anak tirinya itu terjadi di depan pasar hampir seminggu yang lalu.

Lagi- lagi si preman itu minta uang dengan cara yang kasar. Konyolnya lelaki yang bertato dan menindik telinga dan hidung ya dengan anting itu tak mau diberi uang sepuluh ribu rupiah. Malah dia meraih dompet Bude Ayu yang menyimpan hasil penjualan hari itu.

Kalau tak ditolong kepala keamanan pasar dan tukang becak yang parkir di depan toko, dompet itu bisa dibawa kabur oleh si preman itu.

Mas Timbul kesal saat dia kena tonjok wajahnya oleh Mas Kusno, si penjaga toko emas yang tokonya ada di sebelah toko Asti. Bude Ayu sampai terseret-seret ke jalan raya hanya untuk mempertahankan dompet itu.

" Kamu, Ratih ?" Panggil Bude Ayu.

" Saya, De."

Bulek Ratih membantu wanita itu turun. Kata Mbah Muji yang dipanggil Asti untuk mengurut kaki budenya yang terkilir, tak ada luka dalam. Mungkin Bude Ayu mengalami shock karena diserang pria muda yang sangat marah dan benci padanya.

Padahal beberapa sesepuh desa sudah menengahi permasalahan itu. Apalagi Pak Kades Ali Mustafa, yang sangat mengormati nama besar

Harjo Winangun almarhum, ayah Bude Ayu. Wanita yang masih segar dan cantik diusianya yang menginjak hampir 50 tahun itu memang tidak membawa apa pun dari rumah almarhum suaminya. Masalah pembelian kalung emas dan motor baru untuk Asti ke sekolah dianggap uang mahar dan hadiah itu tidak bisa diminta lagi

Dasarnya Si Timbul sudah kadung dendam, segala kesusahan hidup dan kegagalan usahanya ditujukan pada kehadiran Bude Ayu dan Asti seperti duri tajam dalam keluarga ayahnya, Kushari Juwono.

Padahal Bude Ayu secara perlahan mampu mengerakkan ibu- ibu di desa mantan suaminya itu dalam kegiatan kesehatan ibu dan anak. Sekarang ada kegiatan PKK dan posyandu. Pemberian makanan sehat dan bergizi dan penimbangan bayi. Program itu terus berlanjut yang dipimpin ibu kades yang baru.

Hampir semua anak- anak dari kedua istri Pak Kushari Juwono tidak menyelesaikan pendidikan formalnya secara tuntas. Bahkan yang sudah di kelas 12 SMA tidak lulus, karena lebih banyak bolosnya daripada belajar di dalam kelas.

Kedua istri Pak Kushari itu terlalu memanjakan anak - anak mereka dengan materi. Hampir semua adik- adik kandung dan adik ipar Pak Kushari itu memegang berbagai usaha miliknya.

Pria itu memiliki berhektar- hektar sawah, perusahaan pengolahan kayu jati sampai beberapa toko yang menjual berbagai keperluan pertanian sampai menyewakan mobil, truk dan alat- alat berat untuk berbagai proyek pembangunan.

Mereka mulai mendapat kesulitan saat mencari pekerjaan setelah ayahnya meninggal dan harta warisan dibagi sesuai dengan hukum Islam dan peraturan adat istiadat di keluarga besar itu. Salah satunya adalah Mas Timbul yang hanya sekolah SMA kelas 10 lalu keluar karena bergaul dengan remaja lainnya yang juga putus sekolah.

Pasar kecamatan akan semakin ramai apabila jatuh pada hari pasaran. Apalagi hari pasarannya di hari Minggu. Pasar terbesar di kecamatan itu berubah dari aktivitas jual beli menjadi seperti acara perayaan atau keramaian saking penuhnya orang- orang yang ada di pasar tersebut

Sejak toko dibuka jam 08.00, Asti terus menerus melayani pembeli. Sebagian pembeli adalah orang- orang yang datang dari berbagai pelosok desa di sekitaran kecamatan. Sejak Subuh orang - orang datang dengan motor, mobil dan bus luar kota dengan rute melewati pasar tersebut.

Mereka tidak hanya berbelanja juga menjual berbagai hasil bumi yang ada di sekitar mereka, biasanya hasil kebun seperti singkong atau ubi. juga buah- buahan. Kadang ada yang menjual berbagai kerajinan tangan seperti tikar anyaman dari daun pandan duri dan lain - lainnya.

Sesekali Asti meneguk air putih dari botol air mineral yang baru sempat dibelinya. Yu Yemi, yang membuka warung nasi pun belum mengantar pesanannya sejak tadi. Ada dua ibu- ibu yang masih memilih- milih gamis yang digantung di depan toko. Hati- hati Asti mendorong kotak uang ke dalam etalase kaca dan menguncinya.

Kalau pasar dalam keadaan ramai seperti ini kadang- kadang muncul hal- hal tak terduga.Yang paling sering adalah copet. Kadang ada juga anak- anak yang hilang karena terpisah dari orang tuanya.

Pasar ini adalah pasar tradisional yang didatangi oleh penduduk semua desa sampai dari yang ada di pelosok. Mereka bukan hanya untuk jual beli saja. Banyak pengunjung juga membawa anggota keluarga atau rombongan datang ke tempat ini sebagai hiburan, karena hanya ada seminggu sekali.

Asti memang menjual berbagai pakaian, gamis dan hijab yang paling terbaru modelnya. Jadi banyak ibu- ibu yang tertarik datang ke tokonya. Dia juga tidak mencari untung terlalu banyak agar uang penjualan dapat dibelikan barang dagangan lagi.

Dari jauh dia melihat Mas Joko dan teman-temannya datang dengan menggunakan mobil Avanza . Biasanya mobil- mobil yang datang akan diarahkan ke tempat parkir yang ada di belakang pasar. Mungkin karena parkir penuh, Jadi para juru parkir dadakan mengatur mobil itu parkir di depan toko- toko untuk sementara.

Asti tidak berani menyapa mereka. Dia pura- pura sibuk merapikan dagangannya yang tadi tidak jadi dipilih pembeli. Salah satu teman Mas Joko datang menghampirinya

"Laris Mbak jualannya?" ujarnya basa- basi.

" Lumayan. Mas masih mau lihat keliling pasar . Silakan!"

Pria itu tertegun saat melihat senyum manis yang tersungging dari bibir Asti. Kalau tidak ditarik tangannya oleh Joko, sobat akrabnya itu pasti bisa mendadak menjadi patung Bali yang akan menghias di depan toko milik Asti .

"Kowe waras, Dim?"

Joko tahu, Dimas adalah karyawan senior di antara mereka. Malah mereka tinggal di mes yang sama. Dimas sudah lama tertarik saat melihat wajah cantik Asti yang fotonya terpasang di grup wa keluarga Joko.

Joko dulu yang menjaga Asti dan Ninuk sebagai anak laki- laki satunya di keluarga mereka. Dia juga sudah mendengar rumor itu sejak dia sekolah SMP. Dia dan Asti beda 1 tahun. Saat itu Asti kelas 8 dan dia di kelas 7. Banyak siswa di sekolahnya yang tertarik dengan kecantikan Asti. Apalagi Asti remaja sangat aktif di olahraga. Dia pandai bermain bulu tangkis, voly dan tenis meja.

Bahkan Asti sering mewakili team sekolah dalam pertandingan voly sampai tingkat kabupaten. Malah dia dipilih menjadi pemain volly terbaik karena dapat memimpin team sekolahnya menjadi juara pertama dalam kegiatan Porseni tingkat pelajar SMP.

Mungkin karena kalah pamor, Fahira Rahmadani anak Pak Camat Suripto Abimanyu menyebut Nastiti Anjani sebagai gadis kutukan. Fahira dan Asti sama - sama duduk di kelas 8, tetapi beda kelas.

Gadis remaja berusia 15 tahun itu mendengar kisah kelam keluarga Winangun dari pengasuhnya Mbah Parmi yang tinggal satu desa dengan Asti. Cerita kutukan Alas bambu yang ditujukan ke Asti itulah yang selalu disampaikan Fahira ke beberapa sahabatnya dengan tujuan Asti dijauhi para siswa, terutama siswa yang paling populer di sekolah mereka.

Dulu sebagai kades terpilih oleh warga desa Sendang Mulyo, Pak Harjo Winangun dan anaknya, Bagas Prasetyo berjanji untuk membuka jalan alternatif untuk mencapai jalan provinsi terdekat. Sebab desa mereka sangat terisolir dan kurang mendapat perhatian dari pejabat daerah setempat. Mau ke mana- mana harus melewati desa lain. Sebab sekeliling desa mereka adalah bukit - bukit batu padas dan separuh desa mereka dilindungi oleh hutan bambu yang luas dan lebat.

Pak Harjo juga sudah membuat upacara adat untuk memohon keselamatan, sebelum membuka hutan tersebut. Pria itu memimpin proyek membuka sebagian hutan bambu untuk mencapai jarak terpendek ke jalan propinsi.

Setelah dibuka, jalan itu diratakan dengan alat berat yang disewa selama tiga hari.

Bahkan sebagian sawah milik pak Harjo Winangun dipakai untuk kepentingan pembuatan jalan desa itu . Semua pengerjaan jalan itu memakai uang pribadi pak kades. Walaupun tidak beraspal, akhirnya mereka punya jalan desa sendiri. Masyarakat desa membantu secara bergotong-royong bergantian selama 3 hari.

Para penduduk desa segera menggunakan jalan itu . Mereka dapat ke pasar, ke terminal juga ke sekolah anak- anak lebih dekat. Walaupun bukan jalan mulus dan rata, para penduduk cukup terbantu dengan adanya jalan desa itu.

Sayangnya, rumor tentang larangan mengganggu hutan bambu atau alas Pring itu mulai dibicarakan oleh penduduk desa yang sepuh atau yang sudah tua, yaitu kakek atau nenek dari beberapa warga desa itu. Mereka sudah mendengar larangan itu dari nenek moyang mereka yang merupakan warga yang pertama kali bermukim di daerah itu.

Kejadian itu bermula ketika Mas Bagas kuliah di sebuah kampus di Yogyakarta. Pemuda yang merupakan anak bungsu Pak Harjo Winangun itu dan diharapkan akan menjadi kades seperti ayahnya. Pemimpin rakyat yang dapat mengayomi penduduk, memberi kesejahteraan dan keamanan.

Bertahun- tahun tinggal di Kota Pelajar, Mas Bagas pulang ke desa membawa gadis yang sangat cantik. Katanya gadis itu berasal dari Kalimantan Selatan. Mereka menikah dengan wali nikah kakak gadis itu yang bekerja di Surabaya

Karena mendadak, mereka hanya merayakan secara sederhana. Tanpa ada hiburan seperti pagelaran wayang kulit yang menjadi ukuran kalau keluarga pengantin adalah orang kaya atau orang mampu.

Hampir setahun lebih mereka menikah, tiba-tiba mendengar kabar dari Lek No kalau truk sembako yang dibawa Mas Bagas mengalami kecelakaan di sebuah jalan tol di daerah Jawa Barat.Ternyata pria itu bekerja sebagai supir truk di sebuah perusahaan ekspedisi antar barang sebagai upaya mencari tambahan untuk membiayai kelahiran putri pertamanya.

Berita itu menjadi kenyataan pahit saat orang tua Mas Bagas kembali dari Yogyakarta bersama ambulan yang membawa jenazah anaknya.

Sejak itulah keluarga Winangun mengalami kesedihan dan penderitaan dengan meninggalnya satu persatu anggota keluarga itu.

Itulah kutukan dari Hutan Bambu yang kehilangan keangkerannya karena sebagian hutan itu menjadi jalan utama menuju desa "Sendang Mulyo" yang sangat ramai di siang hari . Karena sekarang di sisi kiri dan kanan jalan itu berdiri lapak orang berdagang. Dari bensin eceran, buah - buahan hasil panen penduduk setempat sampai minuman.

Hampir tiga bulan berselang, menantu Pak Harjo Winangun datang menitip bayi yang baru berusia dua bulan. Bayi perempuan yang cantik itu diberi nama Nastiti Anjani. Wanita itu akan kembali ke Banjarmasin setelah mendapat kabar keluarganya mendapat musibah di tanah kelahirannya.

Justru istri Harjo Winangun yang menjadi nelangsa melihat cucunya dilahirkan tanpa melihat ayahnya. Ibu Sumiarsih mulai sakit dan batuk- batuk. Jadi Bulik Ratih yang baru menikah dengan Lek No pun membantu menggurus bayi itu. Tak sampai enam bulan kemudian, ibu Sumiarsih masuk rumah sakit di kota dan meninggal tiga hari kemudian.

Setelah kematian ibunya, memaksa Bude Ayu datang bersama suaminya yang menjadi ABRI dan bertugas di Sumatera . Wanita itu berniat merawat keponakan kecilnya itu yang sudah yatim dan ditinggal pergi ibunya .

Sampai terdengar kabar kalau Bude Ayu telah bercerai dengan suaminya itu. Ternyata hampir lima tahun menikah dengan suaminya , wanita itu mengalami keguguran sampai dua kali. Bahkan Bulek Ratih hampir tak percaya ketika mendengar kalau tempat tugas suami Bude Ayu lebih terpencil dari desa mereka.

Rumor "Kutukan Hutan Bambu" menjadi semakin luas, karena Fahira semakin benci dengan ketenaran nama Nastiti Anjani. Walaupun Fahira melanjutkan pendidikan SMA di Semarang, beberapa murid di sekolah itu meyakininya.

Apalagi tak lama kemudian, Pak Harjo Winangun, kakek Asti tutup usia saat cucunya duduk kelas 9.

Bude Ayu juga akhirnya menerima lamaran pak kades tetangga sebelah. Sebab pria itu selalu mau membantu segala kesulitan yang dialami keluarganya. Mungkin Bude Ayu sudah tahu bagaimana tanggapan dari anak- anak dari istri pertama dan istri kedua pak kades. Jadi wanita itu hanya mau menikah secara agama saja.

Pria yang sudah berusia 55 tahun itu melihat kesungguhan Asti untuk belajar. Jadi Asti disekolahkan di sebuah SMK swasta terbaik . Pria itu juga membelikan Asti motor matik untuk memudahkan keponakan istri ketiganya itu berangkat dan pulang sekolah tepat waktu.

 -----

Asti berbelanja lauk dan sayur mayur setelah pasar mulai sepi menjelang Adzan Dhuhur. Dia berusaha untuk tidak tergantung dengan kebaikan orang lain.

Gadis itu akan menutup tokonya, sambil menempelkan kertas dengan tulisan "Sedang Istirahat."

Di dekat warung nasi Yu Yemi ada toilet umum. Tak jauh dari tempat itu ada mushola kecil yang biasanya dipakai oleh para pedagang untuk menjalankan kewajiban mereka untuk beribadah.

Barang- barang belanjaannya dititip pada tetangga desanya itu. Asti telah selesai sholat. Wajah cantiknya yang polos tak memakai make up, semakin segar dan bersih.

" Yu, nasinya dua dibungkus. lauknya lengkap ya."

" Lho, mau langsung pulang Mbak Asti?"

" Nggak, Yu. Nanti yang satu buat Bude Ayu. Satunya tak makan di toko aja."

" Kirain mau tutup. Sayang, Mbak Asti! mumpung masih rame. maklum tanggal muda.."

"Mantap !" Ujar Asti geli. " Wong Ndeso kayak kita aja. Kok, kenal tanggal muda, Yu . Bahasamu itu tinggi bener, lho!"

Yu Yemi tertawa geli sambil membungkus makanan yang dipesan Asti.

" Maklum gaul sama Bu Rita, yang sering mampir beli lauk mateng di sini."

Bu Rita yang disebut Yu Yemi adalah salah satu staf pengajar di Sekolah SDN yang letak sekolah itu tidak jauh dari pasar ini.

Tangan halus Asti mulai mendorong etalase agar lebih masuk ke dalam toko. Beberapa kardus belanjaannya tadi diantar oleh mobil Elf yang mempunyai trayek melewati daerah ini ke berbagai kota terdekat lainnya.

"Perlu dibantu, Mbak ?"

Suara berat Mas Kusno mengejutkan Asti yang sedang berusaha menutup rolling door tokonya. Gadis itu menatap sang penegur tadi.

" Sudah selesai, Mas. Matur Suwon!"

Bukanya Asti tidak peka dengan perhatian lelaki yang bernama Kusno Wijaya itu. Pria yang lahir dan besar di daerah Madiun itu masih meninggalkan jejak leluhurnya. Dengan kulitnya yang putih bersih dan matanya yang agak sipit. Pria itu juga masih berkerabat dengan si pemilik toko emas tersebut Koh Eddy Tan .

Asti sudah mendengar tentang kutukan yang diterima keluarganya sejak dia masih kecil. Berita itu semakin meluas sejak dia sekolah SMP. Sehingga sekarang setelah dia lulus SMK 3 tahun yang lalu tak ada satu pun pemuda di desa mereka berani mendekatinya.

Justru Asti bersyukur tidak bergaul dekat dengan para kaum Adam itu saat dia remaja. Mungkin karena perubahan zaman, satu persatu teman- teman perempuannya di SMK itu dulu banyak yang DO. Mereka hamil di luar nikah karena cara berpacaran mereka tidak mengindahkan adat ketimuran dan ajaran agama. Alias kebablasan.

Mas Kusno yang Asti dengar, jugavsudah bertunangan dengan kerabat mereka yang tinggal di Salatiga. Jadi Asti hanya bersopan santun saja dengan pria itu.

" Terima kasih, Pak Bejo! "

Ucap Asti kepada tukang parkir di pasar ini. Dengan cepat lelaki paruh baya itu tadi mengambil kunci motor dan menjalankan motor beat merah milik Asti yang baru dibelinya tahun lalu, setelah menjual Scoopy hitam yang dulu dibelikan oleh Pak Kushari almarhum .

Beberapa tas kresek sudah diikat dengan kuat oleh lelaki itu setelah membawa motor Asti dari parkiran yang cukup aman di depan kantor pengurus pasar. Selembar uang kertas sepuluh ribuan telah disodorkan Asti yang diterimanya dengan penuh syukur. Dia dan beberapa orang yang juga mengantungkan hidupnya di pasar ini sangat mengenal sosok cucu Pak Harjo Winangun almarhum.

Bukan saja Asti dapat menyelesaikan sekolahnya sampai sampai tamat SMK di tengah keterbatasannya. Gadis berhijab sederhana itu sangat menghargai orang yang lebih tua darinya tanpa memandang pekerjaan dan status sosialnya.

Bahkan gadis cantik itu sangat sopan dan sangat halus bertutur kata. Sayang rumor itu membuatnya dijauhi para pemuda dari beberapa desa yang tertarik dengan kecantikan wajah dan perilakunya. Mereka takut terkena imbas dari kutukan itu. Para pemuda itu akan seribu kali berpikir untuk menjadikan Asti kekasihnya. Apalagi kalau dijadikan menantu! Para pemuda itu bakal mendapat sumpah serapah dari orang tua mereka. Mungkin bisa juga mereka dicoret dari KK dan tidak diakui sebagai anggota keluarga.

Pak Haji Anwar dan Bu Haji Anissa sudah sering membahas hal itu. Namun pendidikan sebagian warga desa yang hanya lulus SD itu sangat susah diubah. Berbagai kebiasaan dan adat warisan nenek moyang itu masih mendarah daging di kehidupan mereka. Padahal sebagian kebiasaan itu sudah bertentangan dengan ajaran Agama Islam, kalau bisa disebut musyrik.

Diam- diam masih ada warga desa Sendang Mulyo yang pada hari tertentu meletakkan sesajen di pokok batang bambu terbesar di jalan yang membelah hutan itu Sesajen itu berupa bunga- bunga yang terdiri dari 7 macam bunga. Ada setumpuk jajanan pasar dan nasi dengan Ingkung ayam lengkap dengan lauk- pauk lainya beserta sayur urap. Yaitu berbagai sayuran yang direbus yang diberi sambal dari parutan kelapa yang diberi bumbu dari ulekan cabe, garam, bawang merah, terasi dan sedikit gula merah.

Pak Haji Anwar hanya geleng- geleng kepala bila melihat sajen itu. Dulu dia datang ke desa ini karena kebaikan Pak Harjo Winangun. Pak Harjo berharap dengan kehadiran ustaz muda ini segala pikiran kuno dan kebiasaan adat lama dapat dikikis dengan pendidikan agama.

Sebagai pasangan muda Pak Anwar dan istrinya ingin hidup mandiri. Pak Harjo Winangun telah memberikan lahan di samping mushola yang dibangun lelaki itu. Rumah besar itu menjadi tempat tinggal mereka sekaligus mengelola mushola sederhana itu.

Ayah Pak Haji Anwar dan Pak Harjo Winangun dulu satu pesantren di Boyolali. Mereka sangat akrab karena tinggal di satu kabupaten.

Pak Haji Anwar selain menjadi pengurus Masjid besar di Kecamatan juga mempunyai usaha biro perjalanan haji dan umroh. Beliau sering mendampingi jemaahnya itu untuk umroh.

Untungnya Pak Harjo Winangun telah melaksanakan rukun Islam yang kelima itu saat kebun kelapanya panen berton- ton dan dibeli oleh tengkulak dari Jakarta. Saat itu Asti baru berusia 9 tahun dan duduk di kelas 4 SD

Kedatangan Asti telah ditunggu oleh budenya yang sedang duduk di bangku teras. Wajah Kakak ayahnya almarhum itu sudah lebih cerah dari kemarin. Asti segera meraih tangan wanita itu dan mencium punggung tangganya.

" Pasarnya rame banget ya ? " kata Bude Ayu setelah Asti menurunkan bebagai kantong belanjaan nya dari depan motornya.

"Alhamdulillah. Rame, De"

Asti segera memisahkan beberapa lauk dan sayur ke kresek yang lebih kecil. Nanti kresek itu akan diberikan ke Bulek Ratih. Begitulah cara Asti menghargai kebaikan keluarga Lek No itu. Mereka jarang hitung - hitungan soal pembagian hasil panen kebun dan panen padi. Lek No Bertahun- tahun mengabdikan dirinya pada keluarga Harjo Winangun yang telah mengangkatnya dari keterpurukan.

Asti memaksa Budenya mencoba nasi masakan Yu Yemi itu. Warung sederhana di pasar itu menjual berbagai lauk pauk dan sayur yang murah tetapi enak.

Banyak para pembelinya adalah ibu - ibu yang bekerja. Mereka membeli makanan matang dan lauk dari warung yu Yemi setelah pulang kerja untuk keluarga di rumah. Di dekat pasar itu ada berdiri kantor pemerintahan daerah, bank swasta. dan pemerintah, puskesmas juga beberapa kantor milik swasta yang sebagian pekerjanya adalah wanita.

"Istirahat, De. Besok kalau badannya agak enakan bantu aku ke toko, ya! Tadi barang- barang belanjaan baru diantar agak sore. Asti belum sempat bongkar, De. Report. Toko ramai sejak dari pagi sampai sore ."

Wanita yang itu tersenyum lebar. Kegembiraan Asti adalah kebahagiaanya. Sebenarnya bisa saja dia menguliahkan Asti ke Solo, Yogyakarta atau Semarang. Atau beberapa kota di Jawa Timur yang mempunyai kampus yang bagus.

Dia merasa agak egois karena menahan satu- satunya keturunan Harjo Winangun untuk tetap di desa walaupun memberi keluarganya ini kutukan. Padahal prestasi Asti di sekolah cukup baik dari SD sampai SMk.

Dari kecil Asti akan lantang menyebutkan cita- citanya jadi dokter. Semakin besar cita- citanya juga berubah karena melihat keadaan di sekelilingnya. Dia akhirnya berniat menjadi guru setelah melihat banyak warga desa hanya dapat melanjutkan sekolah mereka hanya sampai SMP. Lebih banyak lagi penduduk desa yang hanya lulus SD.

Bagi anak laki- laki, orang tua mereka akan mencari berbagai upaya agar anak mereka dapat melanjutkan sekolahnya ke SMK atau SMA yang jarak terdekatnya ada di kota Kabupaten. Kadang orang tua mereka membelikan mereka motor untuk mencapai jarak yang hampir 20 km dari desa mereka. Sebagian lagi mencari kost yang terdekat dengan sekolah. Sebab jarak itu cukup melelahkan ditempuh pulang- pergi hampir setiap hari.

Episodes
1 Bab 1. Sakitnya Bude Ayu
2 Bab 2. Mas Timbul Mulai Membuat Kerusuhan
3 Bab 4 . Jalan Terjal dan Berliku
4 Bab 5. Pelarian Mas Timbul
5 Bab 6. Api Amarah Membara
6 Bab 7. Gayung Tak Bersambut
7 Bab 8. Kepergian Bude Ayu
8 Bab 9. Diantara Dua Pilihan
9 Bab 10. Demi Kebahagiaan Bude Ayu
10 Bab 11. Menjelang Hari Pernikahan
11 Bab 13. Kehidupan Setelah Pernikahan
12 Bab 14. Mbak Nanik Datang Melabrak
13 Bab 15. Kepindahan Asti
14 Bab 16. Kehidupan Mengalir Seperti Air
15 Bab 12. Acara Pernikahan Asti
16 Bab 17. Kegelisahan Asti
17 Bab 3. Suasana Desa Sendang Mulyo
18 Bab 18. Hanya Istri Kedua
19 Bab 19. Firasat dari Bude Ayu
20 Bab 20. Arti Kehilangan
21 Bab 21. Fakta yang Mulai Terungkap
22 Bab 22. Rasa Kehilangan Asti
23 23. Adat istiadat dan Kebiasaan
24 Bab 24. Tamu Tak Diundang
25 Bab 25. Suara Hati Nastiti Anjani
26 Bab 26. Kembali ke Rumah Dinas
27 Bab 27. Sebuah Pengakuan
28 Bab 28. Dalam Masa Pemulihan
29 Bab 29. Perayaan Pertama
30 Bab 30. Dimulainya Kedatangan Mbak Nani
31 Bab 31. Ninuk Versus Bu Suparlan
32 Bab 32. Hadiah buat Dekbay
33 Bab 33. Pemberian Tanpa Pamrih
34 Bab 33. Rombongan Perusuh
35 Bab 34. Dalam Harapan dan Doa
36 Bab 35. Bertemu Bapak
37 Bab 36. Seorang Ibu dan Perjuangannya
38 Bab 37. Adat dan Kebiasaan Setempat
39 Bab 38. Rencana Tinggal Rencana
40 Bab 39. Langkah Kecil Asti
41 Bab 40. Berjalan di atas bara api
42 bab 41. Kejutan untuk Ninuk
43 Bab 42. Pak Catur Resi Dikromo
44 Bab 43. Ada Duka dalam Bahagia
45 Bab 44. Urusan yang Terlupakan
46 Bab 45. Ketidak Hadiran Satrio
47 Bab 46. Penelusuran Ninuk
48 Bab 47. Renungan Asti
49 Bab 48. Sebuah Keputusan
50 Bab 49. Tindakan Ibu Anggita
51 Bab 50. Keputusan yang Sulit
52 Bab 51. Pergi dengan Membawa Luka
53 Bab 52. Gosip Pak Sayur
54 Bab 53. Bercerai dengan Damai
55 Bab 54. Menjadi Single Parent
56 Bab 55. Usaha dan Ruko Milik Asti
57 Bab 56. Keluarga Satrio Menjauh
58 Bab 57. Kehadiran Satrio
59 Bab 58. Bukan Hanya Memberi Maaf
60 Bab 59. Mengeja nama Zahra
61 Bab 60. Luka Bersamaan dengan Derita
62 Bab 62. Mengenal Keluarga Asti
63 Bab 61. Ketika Mereka Bertemu
64 Bab 63. Kesibukan Asti
65 Bab 64. Ada Berita Duka.
66 Bab 65. Bertemu dengan Keluarga Satrio yang Baru
67 Bab 66. Pada Pemakaman Mbah Sanjaya
68 Bab 67. Kembali Pulang ke Rumah
69 Bab 68. Badai Belum Usai
70 Bab 69. Kedatangan Bude Prapti
71 Bab 70. Yang Tak Patut Dikenang
72 Bab 71. Wanita Cantik yang Mencari Asti
73 Bab 72. Penjelasan dari Pak Leon
74 Bab 73. Tersapu Awan Badai
75 Bab 74. Semua Sudah Usai
76 Bab 75. Hubungan antar Manusia yang Rumit
77 Bab 76. Yang Terlupakan
78 Bab 77. Berita Duka Cita
79 Bab 78. Sekedar Rencana
80 Bab 79. Dia yang Tidak Diharapkan
81 Bab 80. Ujian Hidup Selalu Datang
82 Bab 81. Kehidupan Sehari-hari
83 Bab 82. Berita Versus Gosip
84 Bab 83. Ide Cemerlang Ninuk
85 Bab 84. Cerita dari Desa Sendang Ranti
86 Bab 85. Cerita dari Desa Sendang Ranti 2
87 Bab 86. Semua Jadi Tak Sama Lagi
88 Bab 87. Beda Cerita dengan Mas Santo
89 Bab 88. Acara Malam Pergantian Tahun
90 Bab 89. Hari Pertama di Tahun Baru
91 Bab 90. Keluh- Kesah Joko
92 Bab 91. Asti Jatuh Sakit
93 Bab 92 Dania Berulah
94 Bab 93. Bukan Hanya Memberi Maaf
95 Bab 94. Sepak Terjang Dania
96 Bab 95. Isu Pembobolan Toko
97 Bab 96. Ada Nama Jago disebut
98 Bab 97. Oleh- oleh dari Izzah
99 Bab 98. Berita Simpang-siur
100 Bab 99. Urusan Orang Lain
101 Bab 100. Kemarahan Bulek Ratih
102 Bab 101. Renungan Asti
103 Bab 102. Peristiwa Sebelumnya
104 Bab 103. Persiapan Kepergian Umroh
105 Bab 104. Pesan dari Pak Leon
106 Bab 105. Kedatangan Kerabat Bulek Ratih
107 Bab 106. Dalam Rentang Kehidupan
108 Bab 107. Diantara Doa dan Harapan
109 Bab 108. Kembali Pulang
110 Bab 109. Kehidupan Bagai Arus Air yang Mengalir
111 Bab 110. Datangnya Berbagai Peristiwa
112 Bab 111. Keterkaitan Dania dengan Jago
113 Bab 112. Masih Tentang Dania
114 Bab 113. Kedatangan Pak Leon ke desa Sendang Mulyo
115 Bab 114. Soal Lamaran Pak Leon
116 Bab 115. Persiapan Lamaran
117 Bab 116. Peran Bulek Ratih
118 Bab 117. Kekaguman Keluarga Pak Leon.
119 Bab 118. Lamaran yang Resmi
120 Bab 119. Menjadi Saudara dan Keluarga
121 Bab 120. Menentukan Hari Depan
122 Bab 121. Adanya Berita Baru
123 Bab 122. Mencari Fakta
124 Bab 123. Menyergap Si Penguntit
125 Bab 124. Tindakan Tak Terpuji
126 Bab 125. Pendirian Zahra
127 Bab 126. Tercium Bau Perbuatan yang Tidak Sedap
128 Bab 127. Menengok Calon Bapak Mertua
129 Bab 128. Bertemu Calon Bapak Mertua
130 Bab 129. Bersikaplah yang Baik
131 Bab 130. Akhirnya Menikah
132 Bab 131. Kebersamaan yang Indah
133 Bab 132. Di antara kegembiraan dan Kebahagiaan Asti
134 Bab 133. Akbar Sakit
135 Bab 141. Saling Menerima dan Mencintai
136 Bab 134. Kepulangan Akbar ke Rumah
137 Bab 135. Urusan - urusan yang Belum Selesai
138 Bab 136. Ikatan Pernikahan Suci
139 Bab 137. Berita Heboh Dania
140 Bab 138. Semua Orang Mendengar Berita Itu
141 Bab 139. Kedatangan kedua Orang Tua Dania
142 Bab 142. Sebuah Perhatian
143 Bab 143. Ibunya Dania menuntut
144 Bab 144. Kebesaran Hati
145 Bab 145. Berbicara dari Hati ke Hati
146 Bab 146. Makna Sebuah Pernikahan
147 Bab 147. Bukan Keluarga Cemara
148 Bab 148. Apa Kata Mereka
149 Bab 149. Ada Janji yang harus ditepati
150 Bab 150. Menagih Janji yang Tak Terucap
151 Bab 151. Kembali ke Semarang
152 Bab 152. Bertemu Kerabat Baru
153 Bab 153. Rencana yang Tertunda
154 Bab 154. Ada Gula Ada Semut
155 Bab 155. Tanda Kasih
156 Bab 156. Kejahatan yang Terkuak
157 Bab 157. Pemulihan Kesehatan Asti
158 Bab 158. Pembayaran Atas Rasa Malu
159 Bab 159. Perlindungan untuk Asti
160 Bab 160. Kehadiran Mantan Ibu Mertua
161 Bab 161. Jangan Ganggu Hidupku
162 Bab 161. Dibayar dengan Sepantasnya
163 Bab 162. Kodrat Seorang Istri
164 Bab 163. Bertahan Menghadapi Luka
165 Bab 164. Mengurai Masalah
166 Bab 165..Mengurai Masalah 2
167 Bab 166. Kehadiran si Perusuh
168 Bab 167. Aku Tidak Baik-baik Saja
169 Bab 168. Suatu Keajaiban
170 Bab 169. Hukum Tabur Tuai
171 Bab 170. Sebuah Permohonan Maaf
172 Bab 171. Satu Permintaan
173 Bab 172. Kehilangan Pegangan
174 Bab 173. Bicara dari Hati ke Hati
175 Bab 174. Kejutan yang Tidak Menyenangkan
176 Bab 175. Eyang Kakung Datang
177 Bab 176. Kedatangan Mertua Asti
178 Bab 177. Rencana yang Berbeda
179 Bab 178. Kehadiran Pak Murti
180 Bab 179. Perkara yang Belum Selesai
181 Bab 180. Ketenangan yang Kembali Terusik
182 Bab 181. Adanya Kesepakatan
183 Bab 182. Kaitan Peristiwa di rumah
184 Bab 183. Pak Sembodo Bertindak
185 Bab 184. Pada Acara Berbelanja
186 Bab 185. Jangan Membangunkan Macam Tidur
187 Bab 186. Membangunkan Macam Tidur
188 Bab 187. Jangan Menyesal Belakangan
189 Bab 189. Asti yang Berbeda
190 Bab 190. Menagih Janji
191 Bab 191. Keputusan Pak Leon
192 Bab 192. Sebuah Pilihan yang Sulit
193 Bab 193. Memantau Keluarga Asti
194 Bab 194. Nyonya Andara KW
195 Bab 195. Kedatangan Bulek Ratih
196 Bab 196. Berkumpulnya Keluarga Besar
197 Bab 197. Ninuk Mencari Tahu
198 Bab 196. Di antara Satu Pilihan
199 Bab 197. Tiada yang Berubah
200 Bab 200. Suatu Ikatan Suci
201 Bab 201. Joko Mulai Bertindak
202 Bab 202. Kisah yang Belum Usai.
203 Bab 203. Rencana Leon
204 Bab 204. Ribut -ribut Soal Almira lagi
205 Bab 205. Demi apapun Juga
206 Bab 206. Pak Murti Kembali Sakit
207 Bab 207. Manusia Berencana Tuhan yang Menentukan
208 Bab 208. Permintaan Pak Basuki
209 Bab 209. Sikap Orang Rumah di Keluarga Murti
210 Bab 210. Kedatangan Keluarga Lek No
211 Bab 211. Kesalahan Mbak Tia
212 Bab 212. Kepulangan yang Tertunda
213 Bab 213. Rencana Leon dan Joko
214 Bab 214. Bukan Belajar dari sebuah Kesalahan
215 Bab 215. Tiada Maaf Bagi Mbak Tia
216 Bab 216. Saat Kami Pulang
217 Bab 217. Rahasia Terpendam
218 Bab . 218. Kedatangan Orang yang Asing
219 Bab 219. Ketika keluarga Satrio Membayar Kesalahannya
220 Bab 220. Banyak Cerita dari Pakde Muin
221 Bab 221. Masih Berkerabat
222 Bab 222. Ke Desa Sendang Mulyo
223 Bab 223. Mencari Bukti dan Alibi
224 Bab 224. Cerita Mbah Imah
225 Bab 225. Sebutan Gadis Terkutuk
226 Bab 226. Api yang Tak Kunjung Padam
227 Bab 227. Menemui Pak Kerto
228 Bab 228. Leon Kembali Pulang
229 Bab 229. Tamu di Rumah Asti
230 Bab 230. Sambutan yang Tidak Ramah
231 Bab 231. Dosa yang Tak Ampunkan
232 Bab 232. Suatu Keyakinan
233 Bab 233. Rasa Kehilangan Itu Ada
234 Bab 234. Keadaan di Rumah Lek No
235 Bab 235. Pertolongan Pakde Muin
236 Bab 236. Cerita Bude Mayang
237 Bab 237. Jalan ke Pasar Kecamatan
238 Bab 238. Sepotong informasi
239 Bab 239. Merencanakan Liburan Bersama
240 Bab 240 . Di Balik Rencana Liburan
241 Bab 241. Di Balik Rencana Liburan 1
242 Bab 242. Bertamu di Rumah Pak Sampurno
243 Bab 243. Sosok Nindya Faradina
244 Bab 244. Tak Kenal Maka Tak Sayang
245 Bab 245. Di Kelurahan Sumber Sari
246 Bab 246. Kehadiran Pak Sampurno di desa Sumber Sari.
247 Bab 247. Bertemu Kerabat yang Lain
248 Bab 248. Berita yang Tidak Disangka
249 Bab 249. Tinggal Sementara di Rumah Pak Camat.
250 Bab 250. Kunjungan Singkat Ibu Hernani
251 Bab 251.Sikap dan Watak orang di Kelurahan Sumber Sari
252 Bab 252. Persiapan Meninggalkan Desa Sumber Sari
253 Bab 253. Acara Makan Siang Terakhir
254 Bab 254. Perkara Dana Makan Siang
255 Bab 255. Pertemuan Keluarga Besar Winangun
256 Bab 256. Menuju Kota Batu
257 Bab 257. Berjumpa dengan kerabat Ibu Emilia
258 Bab 258. Keponakan Tersayang
259 Bab 259. Atas Segala Perbuatannya
260 Bab 260. Cerita Tentang Masa Lalu
261 Bab 261. Di Suatu Pertemuan
262 Bab 262. Terjalinnya Kesepakatan
263 Bab 263. Jangan Berakhir
264 Bab 264. Perjalanan dalam Kebersamaan Keluarga
265 Bab 265. Berpisah untuk Bertemu Kembali
266 Bab 266. Berpisah untuk Bertemu Kembali 2
267 Bab 267. Kembali Ke Rumah
268 Bab 268. Dalam Perjalanan Pulang
269 Bab 269. Ketika Om Ardi di Rumah Asti
270 Bab 270. Rencana ke Desa Sendang Mulyo
271 Bab 271. Menuju Desa Sendang Mulyo
272 Bab 272. Kehadiran Om Ardi di Rumah Joglo
273 Bab 273. Keadaan Kesehatan Pakde Kerto
274 Bab 274. Keadaan yang Berubah
275 Bab 275. Ingatan dalam Kenangan
276 Bab 276. Kata yang Tak Terucapkan
277 Bab 277. Kematian Pakde Kerto
278 Bab 278. Ketika Berita itu Diterima Asti
279 Bab 279. Pergerakan Para Tetangga
280 Bab 280. Mengapa dengan Sutiyah?
281 Bab 281. Persiapan Pemakaman Pakde Kerto
282 Bab 282. Suasana di Pemakaman Pakde Kerto
283 Bab 283. Sutiyah Berulah
284 Bab 284. Sutiyah Mencari Celah
285 Bab 285. Menjawab Tantangan
286 Bab 286. Mengantar Bulek Ratih ke Rumahnya
287 Bab 287. Kedatangannya Mas Juned
288 Bab 288. Mas Juned, itu Junaidi
289 Bab 289. Leon dan Ardi Pulang
290 Bab 290. Om Ardi Kembali ke Surabaya
291 Bab 230. Sebuah Rahasia
292 Bab 231. Mencari Mbah Saridi
293 Bab 232. Pesan Mbah Saridi
294 Bab 233. Bu Musdalifah di Warung Tenda
295 Bab 234. Pak Rob Mencari Pertolongan
296 Bab 235. Nasehat Mbah Sunu
297 Bab 236. Nasehat Mbah Sunu 2
298 Bab 237. Yang Pergi dan yang Datang
299 Bab 238. Berita di Seputar Kita
300 Bab 239. Dari Pasar Kecamatan
301 Bab 240. Undangan dari Desa Sendang Kanti
302 Bab 241. Misteri Kantung Kresek Hitam
303 Bab 242. Isi Kantong Kresek Hitam
304 Bab 304. Tanya yang Terjawab
305 Bab 305. Tamu di Rumah Mbah Sanjaya
306 Bab 306. Bukan Hukum Karma
307 Bab 307. Cerita Putri
308 Bab 308. Cerita Putri Kedua
309 Bab 309. Wajah Mbah Retno
310 Bab 310. Peristiwa Buruk yang Berdatangan
311 Bab 311. Ke Rumah Mbah Sanjaya
312 Bab 312. Suasana di rumah Mbah Sanjaya
313 Bab 313. Para Musuh yang Bersatu
314 Bab 314. Persiapan Acara di rumah Mbah Sanjaya
315 Bab 315. Jalannya Acara
316 Bab 316. Pendapat Orang lain
317 Bab 317. Terjebak
318 Bab 318. Tangan yang Bertanggung Jawab
319 Bab 319. Kasak-kusuk Zahrah
320 Bab 320. Si Topo dan Zahra
321 Bab 321. Pencarian Edy Ragil
322 Bab 322. Terkuaknya Sebuah Rahasia
323 Bab 323. Lidah Tidak Bertulang
324 Bab 333. Rahasia di Belakang Layar
325 Bab 334. Rencana Menjebak Topo
326 Bab 326. Mengungkap Sebuah Rahasia
327 Bab 327. Sisi Lain di Hati Asti
328 Bab 328. Pendirian Zahra
329 Bab 329. Pendirian Zahra 2
330 Bab 330. Pembalasan untuk Ulah Zahra
331 Bab 331. Upaya Zahra dan Topo
332 Bab 332. Bertemu dengan Asti
333 Bab 333. Bertemu dengan Seorang Asti
334 Bab 334. Ketika Berita Berseliweran
335 Bab 335. Berita dari keluarga Bu Musdalifah
336 Bab 336. Berita Zahra yang Viral
337 Bab 337. Sebuah Rahasia
338 Bab 338. Satu Kegelisahan
339 Bab 339. Ikatan keluarga Mas Danu
340 Bab 340. Ada yang Penasaran
341 Bab 341. Rasa Penasaran itu Ada
342 Bab 342. Rahasia yang sedang disimpan
343 Bab 343. Rahasia Jangan Disimpan
344 Bab 343. Acara untuk Qani
345 Bab 345. Persiapan Acara Ulang Tahun Qani
346 Bab 346. Kebahagiaan yang Sederhana
347 Bab 347. Ada yang Berkomentar
348 Bab 348. Satu Pengakuan
349 Bab 349. Pembalasan yang manis
350 Bab 350. Bu Ajeng yang Kini digosipkan
351 Bab 351. Bu Ajeng dan Perilakunya
352 Bab 352. Hasil Panen Kelapa
353 Bab 353. Masa Lalu yang Bersinggungan
354 Bab 354. Masa Lalu yang Membayang
355 Bab 355. Ada di Rumah Bu Haji Anisa
356 Bab 356. Sosok Pak Nandi Purwono
357 Bab 357. Tamu dari Madiun
358 Bab 358. Menunggu Kedatangan Mereka
359 Bab 359. Perkara yang Belum Selesai
360 Bab 360. Ketika Permasalahan Datang
361 Bab 361. Di Hari Libur Ini
362 Bab 362. Cerita Permasalahan Bu Ajeng
363 Bab 363. Bu Ajeng Mengamuk
364 Bab 364. Akibat yang Harus Diterima
365 Bab 365. Ketika Mereka Bepergian
366 Bab 366. Bau Kabar yang Tidak Sedap
367 Bab 367. Ambisi Bu Ajeng
368 Bab 368. Berita Terkini
369 Bab 369. Ambisi Bu Ajeng 2
370 Bab 370. Karena Sebuah Peristiwa
371 Bab 371. Sikap yang Berubah
372 Bab 372. Rahasia yang Mulai Terkuak
373 Bab 373. Yang Dinanti
374 Bab 374. Main ke Rumah Asti
375 Bab 375. Tamu yang Dinanti
376 Bab 376. Ketika Para Tamu Datang
377 Bab 377. Sebelas Sama dengan Dua Belas
378 Bab 378. Sebuah Kenyataan
379 Bab 379. Mata Dibalas Mata
380 Bab 380. Adakah Watak yang Berubah?
Episodes

Updated 380 Episodes

1
Bab 1. Sakitnya Bude Ayu
2
Bab 2. Mas Timbul Mulai Membuat Kerusuhan
3
Bab 4 . Jalan Terjal dan Berliku
4
Bab 5. Pelarian Mas Timbul
5
Bab 6. Api Amarah Membara
6
Bab 7. Gayung Tak Bersambut
7
Bab 8. Kepergian Bude Ayu
8
Bab 9. Diantara Dua Pilihan
9
Bab 10. Demi Kebahagiaan Bude Ayu
10
Bab 11. Menjelang Hari Pernikahan
11
Bab 13. Kehidupan Setelah Pernikahan
12
Bab 14. Mbak Nanik Datang Melabrak
13
Bab 15. Kepindahan Asti
14
Bab 16. Kehidupan Mengalir Seperti Air
15
Bab 12. Acara Pernikahan Asti
16
Bab 17. Kegelisahan Asti
17
Bab 3. Suasana Desa Sendang Mulyo
18
Bab 18. Hanya Istri Kedua
19
Bab 19. Firasat dari Bude Ayu
20
Bab 20. Arti Kehilangan
21
Bab 21. Fakta yang Mulai Terungkap
22
Bab 22. Rasa Kehilangan Asti
23
23. Adat istiadat dan Kebiasaan
24
Bab 24. Tamu Tak Diundang
25
Bab 25. Suara Hati Nastiti Anjani
26
Bab 26. Kembali ke Rumah Dinas
27
Bab 27. Sebuah Pengakuan
28
Bab 28. Dalam Masa Pemulihan
29
Bab 29. Perayaan Pertama
30
Bab 30. Dimulainya Kedatangan Mbak Nani
31
Bab 31. Ninuk Versus Bu Suparlan
32
Bab 32. Hadiah buat Dekbay
33
Bab 33. Pemberian Tanpa Pamrih
34
Bab 33. Rombongan Perusuh
35
Bab 34. Dalam Harapan dan Doa
36
Bab 35. Bertemu Bapak
37
Bab 36. Seorang Ibu dan Perjuangannya
38
Bab 37. Adat dan Kebiasaan Setempat
39
Bab 38. Rencana Tinggal Rencana
40
Bab 39. Langkah Kecil Asti
41
Bab 40. Berjalan di atas bara api
42
bab 41. Kejutan untuk Ninuk
43
Bab 42. Pak Catur Resi Dikromo
44
Bab 43. Ada Duka dalam Bahagia
45
Bab 44. Urusan yang Terlupakan
46
Bab 45. Ketidak Hadiran Satrio
47
Bab 46. Penelusuran Ninuk
48
Bab 47. Renungan Asti
49
Bab 48. Sebuah Keputusan
50
Bab 49. Tindakan Ibu Anggita
51
Bab 50. Keputusan yang Sulit
52
Bab 51. Pergi dengan Membawa Luka
53
Bab 52. Gosip Pak Sayur
54
Bab 53. Bercerai dengan Damai
55
Bab 54. Menjadi Single Parent
56
Bab 55. Usaha dan Ruko Milik Asti
57
Bab 56. Keluarga Satrio Menjauh
58
Bab 57. Kehadiran Satrio
59
Bab 58. Bukan Hanya Memberi Maaf
60
Bab 59. Mengeja nama Zahra
61
Bab 60. Luka Bersamaan dengan Derita
62
Bab 62. Mengenal Keluarga Asti
63
Bab 61. Ketika Mereka Bertemu
64
Bab 63. Kesibukan Asti
65
Bab 64. Ada Berita Duka.
66
Bab 65. Bertemu dengan Keluarga Satrio yang Baru
67
Bab 66. Pada Pemakaman Mbah Sanjaya
68
Bab 67. Kembali Pulang ke Rumah
69
Bab 68. Badai Belum Usai
70
Bab 69. Kedatangan Bude Prapti
71
Bab 70. Yang Tak Patut Dikenang
72
Bab 71. Wanita Cantik yang Mencari Asti
73
Bab 72. Penjelasan dari Pak Leon
74
Bab 73. Tersapu Awan Badai
75
Bab 74. Semua Sudah Usai
76
Bab 75. Hubungan antar Manusia yang Rumit
77
Bab 76. Yang Terlupakan
78
Bab 77. Berita Duka Cita
79
Bab 78. Sekedar Rencana
80
Bab 79. Dia yang Tidak Diharapkan
81
Bab 80. Ujian Hidup Selalu Datang
82
Bab 81. Kehidupan Sehari-hari
83
Bab 82. Berita Versus Gosip
84
Bab 83. Ide Cemerlang Ninuk
85
Bab 84. Cerita dari Desa Sendang Ranti
86
Bab 85. Cerita dari Desa Sendang Ranti 2
87
Bab 86. Semua Jadi Tak Sama Lagi
88
Bab 87. Beda Cerita dengan Mas Santo
89
Bab 88. Acara Malam Pergantian Tahun
90
Bab 89. Hari Pertama di Tahun Baru
91
Bab 90. Keluh- Kesah Joko
92
Bab 91. Asti Jatuh Sakit
93
Bab 92 Dania Berulah
94
Bab 93. Bukan Hanya Memberi Maaf
95
Bab 94. Sepak Terjang Dania
96
Bab 95. Isu Pembobolan Toko
97
Bab 96. Ada Nama Jago disebut
98
Bab 97. Oleh- oleh dari Izzah
99
Bab 98. Berita Simpang-siur
100
Bab 99. Urusan Orang Lain
101
Bab 100. Kemarahan Bulek Ratih
102
Bab 101. Renungan Asti
103
Bab 102. Peristiwa Sebelumnya
104
Bab 103. Persiapan Kepergian Umroh
105
Bab 104. Pesan dari Pak Leon
106
Bab 105. Kedatangan Kerabat Bulek Ratih
107
Bab 106. Dalam Rentang Kehidupan
108
Bab 107. Diantara Doa dan Harapan
109
Bab 108. Kembali Pulang
110
Bab 109. Kehidupan Bagai Arus Air yang Mengalir
111
Bab 110. Datangnya Berbagai Peristiwa
112
Bab 111. Keterkaitan Dania dengan Jago
113
Bab 112. Masih Tentang Dania
114
Bab 113. Kedatangan Pak Leon ke desa Sendang Mulyo
115
Bab 114. Soal Lamaran Pak Leon
116
Bab 115. Persiapan Lamaran
117
Bab 116. Peran Bulek Ratih
118
Bab 117. Kekaguman Keluarga Pak Leon.
119
Bab 118. Lamaran yang Resmi
120
Bab 119. Menjadi Saudara dan Keluarga
121
Bab 120. Menentukan Hari Depan
122
Bab 121. Adanya Berita Baru
123
Bab 122. Mencari Fakta
124
Bab 123. Menyergap Si Penguntit
125
Bab 124. Tindakan Tak Terpuji
126
Bab 125. Pendirian Zahra
127
Bab 126. Tercium Bau Perbuatan yang Tidak Sedap
128
Bab 127. Menengok Calon Bapak Mertua
129
Bab 128. Bertemu Calon Bapak Mertua
130
Bab 129. Bersikaplah yang Baik
131
Bab 130. Akhirnya Menikah
132
Bab 131. Kebersamaan yang Indah
133
Bab 132. Di antara kegembiraan dan Kebahagiaan Asti
134
Bab 133. Akbar Sakit
135
Bab 141. Saling Menerima dan Mencintai
136
Bab 134. Kepulangan Akbar ke Rumah
137
Bab 135. Urusan - urusan yang Belum Selesai
138
Bab 136. Ikatan Pernikahan Suci
139
Bab 137. Berita Heboh Dania
140
Bab 138. Semua Orang Mendengar Berita Itu
141
Bab 139. Kedatangan kedua Orang Tua Dania
142
Bab 142. Sebuah Perhatian
143
Bab 143. Ibunya Dania menuntut
144
Bab 144. Kebesaran Hati
145
Bab 145. Berbicara dari Hati ke Hati
146
Bab 146. Makna Sebuah Pernikahan
147
Bab 147. Bukan Keluarga Cemara
148
Bab 148. Apa Kata Mereka
149
Bab 149. Ada Janji yang harus ditepati
150
Bab 150. Menagih Janji yang Tak Terucap
151
Bab 151. Kembali ke Semarang
152
Bab 152. Bertemu Kerabat Baru
153
Bab 153. Rencana yang Tertunda
154
Bab 154. Ada Gula Ada Semut
155
Bab 155. Tanda Kasih
156
Bab 156. Kejahatan yang Terkuak
157
Bab 157. Pemulihan Kesehatan Asti
158
Bab 158. Pembayaran Atas Rasa Malu
159
Bab 159. Perlindungan untuk Asti
160
Bab 160. Kehadiran Mantan Ibu Mertua
161
Bab 161. Jangan Ganggu Hidupku
162
Bab 161. Dibayar dengan Sepantasnya
163
Bab 162. Kodrat Seorang Istri
164
Bab 163. Bertahan Menghadapi Luka
165
Bab 164. Mengurai Masalah
166
Bab 165..Mengurai Masalah 2
167
Bab 166. Kehadiran si Perusuh
168
Bab 167. Aku Tidak Baik-baik Saja
169
Bab 168. Suatu Keajaiban
170
Bab 169. Hukum Tabur Tuai
171
Bab 170. Sebuah Permohonan Maaf
172
Bab 171. Satu Permintaan
173
Bab 172. Kehilangan Pegangan
174
Bab 173. Bicara dari Hati ke Hati
175
Bab 174. Kejutan yang Tidak Menyenangkan
176
Bab 175. Eyang Kakung Datang
177
Bab 176. Kedatangan Mertua Asti
178
Bab 177. Rencana yang Berbeda
179
Bab 178. Kehadiran Pak Murti
180
Bab 179. Perkara yang Belum Selesai
181
Bab 180. Ketenangan yang Kembali Terusik
182
Bab 181. Adanya Kesepakatan
183
Bab 182. Kaitan Peristiwa di rumah
184
Bab 183. Pak Sembodo Bertindak
185
Bab 184. Pada Acara Berbelanja
186
Bab 185. Jangan Membangunkan Macam Tidur
187
Bab 186. Membangunkan Macam Tidur
188
Bab 187. Jangan Menyesal Belakangan
189
Bab 189. Asti yang Berbeda
190
Bab 190. Menagih Janji
191
Bab 191. Keputusan Pak Leon
192
Bab 192. Sebuah Pilihan yang Sulit
193
Bab 193. Memantau Keluarga Asti
194
Bab 194. Nyonya Andara KW
195
Bab 195. Kedatangan Bulek Ratih
196
Bab 196. Berkumpulnya Keluarga Besar
197
Bab 197. Ninuk Mencari Tahu
198
Bab 196. Di antara Satu Pilihan
199
Bab 197. Tiada yang Berubah
200
Bab 200. Suatu Ikatan Suci
201
Bab 201. Joko Mulai Bertindak
202
Bab 202. Kisah yang Belum Usai.
203
Bab 203. Rencana Leon
204
Bab 204. Ribut -ribut Soal Almira lagi
205
Bab 205. Demi apapun Juga
206
Bab 206. Pak Murti Kembali Sakit
207
Bab 207. Manusia Berencana Tuhan yang Menentukan
208
Bab 208. Permintaan Pak Basuki
209
Bab 209. Sikap Orang Rumah di Keluarga Murti
210
Bab 210. Kedatangan Keluarga Lek No
211
Bab 211. Kesalahan Mbak Tia
212
Bab 212. Kepulangan yang Tertunda
213
Bab 213. Rencana Leon dan Joko
214
Bab 214. Bukan Belajar dari sebuah Kesalahan
215
Bab 215. Tiada Maaf Bagi Mbak Tia
216
Bab 216. Saat Kami Pulang
217
Bab 217. Rahasia Terpendam
218
Bab . 218. Kedatangan Orang yang Asing
219
Bab 219. Ketika keluarga Satrio Membayar Kesalahannya
220
Bab 220. Banyak Cerita dari Pakde Muin
221
Bab 221. Masih Berkerabat
222
Bab 222. Ke Desa Sendang Mulyo
223
Bab 223. Mencari Bukti dan Alibi
224
Bab 224. Cerita Mbah Imah
225
Bab 225. Sebutan Gadis Terkutuk
226
Bab 226. Api yang Tak Kunjung Padam
227
Bab 227. Menemui Pak Kerto
228
Bab 228. Leon Kembali Pulang
229
Bab 229. Tamu di Rumah Asti
230
Bab 230. Sambutan yang Tidak Ramah
231
Bab 231. Dosa yang Tak Ampunkan
232
Bab 232. Suatu Keyakinan
233
Bab 233. Rasa Kehilangan Itu Ada
234
Bab 234. Keadaan di Rumah Lek No
235
Bab 235. Pertolongan Pakde Muin
236
Bab 236. Cerita Bude Mayang
237
Bab 237. Jalan ke Pasar Kecamatan
238
Bab 238. Sepotong informasi
239
Bab 239. Merencanakan Liburan Bersama
240
Bab 240 . Di Balik Rencana Liburan
241
Bab 241. Di Balik Rencana Liburan 1
242
Bab 242. Bertamu di Rumah Pak Sampurno
243
Bab 243. Sosok Nindya Faradina
244
Bab 244. Tak Kenal Maka Tak Sayang
245
Bab 245. Di Kelurahan Sumber Sari
246
Bab 246. Kehadiran Pak Sampurno di desa Sumber Sari.
247
Bab 247. Bertemu Kerabat yang Lain
248
Bab 248. Berita yang Tidak Disangka
249
Bab 249. Tinggal Sementara di Rumah Pak Camat.
250
Bab 250. Kunjungan Singkat Ibu Hernani
251
Bab 251.Sikap dan Watak orang di Kelurahan Sumber Sari
252
Bab 252. Persiapan Meninggalkan Desa Sumber Sari
253
Bab 253. Acara Makan Siang Terakhir
254
Bab 254. Perkara Dana Makan Siang
255
Bab 255. Pertemuan Keluarga Besar Winangun
256
Bab 256. Menuju Kota Batu
257
Bab 257. Berjumpa dengan kerabat Ibu Emilia
258
Bab 258. Keponakan Tersayang
259
Bab 259. Atas Segala Perbuatannya
260
Bab 260. Cerita Tentang Masa Lalu
261
Bab 261. Di Suatu Pertemuan
262
Bab 262. Terjalinnya Kesepakatan
263
Bab 263. Jangan Berakhir
264
Bab 264. Perjalanan dalam Kebersamaan Keluarga
265
Bab 265. Berpisah untuk Bertemu Kembali
266
Bab 266. Berpisah untuk Bertemu Kembali 2
267
Bab 267. Kembali Ke Rumah
268
Bab 268. Dalam Perjalanan Pulang
269
Bab 269. Ketika Om Ardi di Rumah Asti
270
Bab 270. Rencana ke Desa Sendang Mulyo
271
Bab 271. Menuju Desa Sendang Mulyo
272
Bab 272. Kehadiran Om Ardi di Rumah Joglo
273
Bab 273. Keadaan Kesehatan Pakde Kerto
274
Bab 274. Keadaan yang Berubah
275
Bab 275. Ingatan dalam Kenangan
276
Bab 276. Kata yang Tak Terucapkan
277
Bab 277. Kematian Pakde Kerto
278
Bab 278. Ketika Berita itu Diterima Asti
279
Bab 279. Pergerakan Para Tetangga
280
Bab 280. Mengapa dengan Sutiyah?
281
Bab 281. Persiapan Pemakaman Pakde Kerto
282
Bab 282. Suasana di Pemakaman Pakde Kerto
283
Bab 283. Sutiyah Berulah
284
Bab 284. Sutiyah Mencari Celah
285
Bab 285. Menjawab Tantangan
286
Bab 286. Mengantar Bulek Ratih ke Rumahnya
287
Bab 287. Kedatangannya Mas Juned
288
Bab 288. Mas Juned, itu Junaidi
289
Bab 289. Leon dan Ardi Pulang
290
Bab 290. Om Ardi Kembali ke Surabaya
291
Bab 230. Sebuah Rahasia
292
Bab 231. Mencari Mbah Saridi
293
Bab 232. Pesan Mbah Saridi
294
Bab 233. Bu Musdalifah di Warung Tenda
295
Bab 234. Pak Rob Mencari Pertolongan
296
Bab 235. Nasehat Mbah Sunu
297
Bab 236. Nasehat Mbah Sunu 2
298
Bab 237. Yang Pergi dan yang Datang
299
Bab 238. Berita di Seputar Kita
300
Bab 239. Dari Pasar Kecamatan
301
Bab 240. Undangan dari Desa Sendang Kanti
302
Bab 241. Misteri Kantung Kresek Hitam
303
Bab 242. Isi Kantong Kresek Hitam
304
Bab 304. Tanya yang Terjawab
305
Bab 305. Tamu di Rumah Mbah Sanjaya
306
Bab 306. Bukan Hukum Karma
307
Bab 307. Cerita Putri
308
Bab 308. Cerita Putri Kedua
309
Bab 309. Wajah Mbah Retno
310
Bab 310. Peristiwa Buruk yang Berdatangan
311
Bab 311. Ke Rumah Mbah Sanjaya
312
Bab 312. Suasana di rumah Mbah Sanjaya
313
Bab 313. Para Musuh yang Bersatu
314
Bab 314. Persiapan Acara di rumah Mbah Sanjaya
315
Bab 315. Jalannya Acara
316
Bab 316. Pendapat Orang lain
317
Bab 317. Terjebak
318
Bab 318. Tangan yang Bertanggung Jawab
319
Bab 319. Kasak-kusuk Zahrah
320
Bab 320. Si Topo dan Zahra
321
Bab 321. Pencarian Edy Ragil
322
Bab 322. Terkuaknya Sebuah Rahasia
323
Bab 323. Lidah Tidak Bertulang
324
Bab 333. Rahasia di Belakang Layar
325
Bab 334. Rencana Menjebak Topo
326
Bab 326. Mengungkap Sebuah Rahasia
327
Bab 327. Sisi Lain di Hati Asti
328
Bab 328. Pendirian Zahra
329
Bab 329. Pendirian Zahra 2
330
Bab 330. Pembalasan untuk Ulah Zahra
331
Bab 331. Upaya Zahra dan Topo
332
Bab 332. Bertemu dengan Asti
333
Bab 333. Bertemu dengan Seorang Asti
334
Bab 334. Ketika Berita Berseliweran
335
Bab 335. Berita dari keluarga Bu Musdalifah
336
Bab 336. Berita Zahra yang Viral
337
Bab 337. Sebuah Rahasia
338
Bab 338. Satu Kegelisahan
339
Bab 339. Ikatan keluarga Mas Danu
340
Bab 340. Ada yang Penasaran
341
Bab 341. Rasa Penasaran itu Ada
342
Bab 342. Rahasia yang sedang disimpan
343
Bab 343. Rahasia Jangan Disimpan
344
Bab 343. Acara untuk Qani
345
Bab 345. Persiapan Acara Ulang Tahun Qani
346
Bab 346. Kebahagiaan yang Sederhana
347
Bab 347. Ada yang Berkomentar
348
Bab 348. Satu Pengakuan
349
Bab 349. Pembalasan yang manis
350
Bab 350. Bu Ajeng yang Kini digosipkan
351
Bab 351. Bu Ajeng dan Perilakunya
352
Bab 352. Hasil Panen Kelapa
353
Bab 353. Masa Lalu yang Bersinggungan
354
Bab 354. Masa Lalu yang Membayang
355
Bab 355. Ada di Rumah Bu Haji Anisa
356
Bab 356. Sosok Pak Nandi Purwono
357
Bab 357. Tamu dari Madiun
358
Bab 358. Menunggu Kedatangan Mereka
359
Bab 359. Perkara yang Belum Selesai
360
Bab 360. Ketika Permasalahan Datang
361
Bab 361. Di Hari Libur Ini
362
Bab 362. Cerita Permasalahan Bu Ajeng
363
Bab 363. Bu Ajeng Mengamuk
364
Bab 364. Akibat yang Harus Diterima
365
Bab 365. Ketika Mereka Bepergian
366
Bab 366. Bau Kabar yang Tidak Sedap
367
Bab 367. Ambisi Bu Ajeng
368
Bab 368. Berita Terkini
369
Bab 369. Ambisi Bu Ajeng 2
370
Bab 370. Karena Sebuah Peristiwa
371
Bab 371. Sikap yang Berubah
372
Bab 372. Rahasia yang Mulai Terkuak
373
Bab 373. Yang Dinanti
374
Bab 374. Main ke Rumah Asti
375
Bab 375. Tamu yang Dinanti
376
Bab 376. Ketika Para Tamu Datang
377
Bab 377. Sebelas Sama dengan Dua Belas
378
Bab 378. Sebuah Kenyataan
379
Bab 379. Mata Dibalas Mata
380
Bab 380. Adakah Watak yang Berubah?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!