Cerita Bude Ayu dilanjutkan setelah mereka selesai sholat Magrib berjamaah dan makan malam sederhana ala orang desa.
Bahkan Mas Kusno dipaksa menginap di rumah Lek No. Karena kalau pulang agak malam, akan semakin membahayakan selama Mas Timbul belum tertangkap
Kini pendengar dongeng Bude Ayu bertambah satu lagi yaitu Bulek Ratih, yang hanya mengangguk- angguk saja. Sebab dia datang ke desa ini setelah menikah dengan Sarno dan membantu keluarga Harjo Winangun. Karena harus menggurus bayi mungil yang ditinggalkan ibunya untuk kembali ke kampung halamannya. Sementara Bayi itu lahir setelah ayahnya meninggal sebulan sebelumnya.
Pak Junaidi yang nama awalnya adalah Jasman Rajiman merasa dilecehkan, karena lamarannya ditolak oleh Ayu dan ayahnya Harjo Winangun. Persoalan itu disampaikan kepada ayahnya yang baru saja diangkat menjadi pejabat di kabupaten dan mengepalai sebuah badan keuangan untuk pembangunan desa.
Sebagai anak dari pejabat dan orang terkaya di desanya, penolakan Ayu dianggap menghina martabat dan keluarganya. Apalagi setahun kemudian, dia mendengar Ayu menikah dengan tunangannya yang seorang tentara. Tak lama kemudian Ayu Sulaksmi dibawa suaminya yang mendapat tugas di sebuah daerah di Pulau Sumatera.
Pak Harjo Winangun kembali terpilih oleh masyarakat desa Sendang Mulyo menjadi kepala desa. Berbagai programnya hampir semua terlaksana untuk kemajuan masyarakat desa. Namun proyek jalan desa yang diajukan ke beberapa dinas terkait tidak ditanggapi .
Ternyata proyek pembangunan jalan itu telah dimanipulasi oleh Pak Baskoro. Karena diajukan kembali, namun dana itu dikorupsinya dengan berbagai cara.
Ayah Pak Junaidi itu merasa cara itulah yang pantas untuk membalas sakit hati anaknya. Apalagi pria itu juga pernah mendengar soal mitos atau rumor larangan membuka hutan bambu . Sedangkan jalan desa itu telah dibuka oleh Pak Harjo Winangun dengan usaha sendiri.
Pria itu berusaha menutupi kecurangannya karena telah menyalahgunakan dana pembangunan jalan desa itu untuk kepentingannya pribadi. Dia juga harus menutup mulut beberapa pejabat dan orang - orang tertentu dengan uang yang cukup besar.
Rumor tentang kutukan hutan bambu itu juga beberapa kali disampaikan Pak Baskoro dalam pidatonya, saat berkampanye ke beberapa desa lain untuk pencalonan dirinya menjadi calon bupati berikutnya.
Ayah Pak Junaidi itu memerlukan modal yang sangat besar untuk kegiatan pilkada tersebut. Sebagian besar biaya kampanye itu diambilnya dari dana pembangunan jalan desa di Sendang Mulyo dan desa- desa lainya. Padahal proyek pembukaan jalan itu sudah dikerjakan oleh Pak Harjo Winangun dengan dana desa, bantuan masyarakat juga menggunakan uang pribadinya.
Mungkin karena dari uang korupsi atau memang Pak Baskoro kurang layak menjadi bupati, dalam pemilihan itu dia kalah. Sedangkan pria itu sudah menghabiskan uang ratusan juta rupiah. Bahkan Pak Junaidi muda akhirnya dinikahkan dengan seorang perempuan dari anak pengusaha kaya yang mempunyai pabrik dan berbagai pengolahan produk makanan yaitu, Sriyatun.
Keluarga Pak Baskoro kembali bangkit lagi setelah kekalahannya. Beliau malah semakin memperluas usahanya dengan memiliki peternakan dan usaha kerajinan rakyat, sehingga ekonominya terangkat. Namun masalah penggelapan dana pembangunan jalan itu mulai diselidiki oleh team pengawas dari provinsi, beberapa tahun kemudian. Nama Pak Baskoro tercatat dalam penerima dana miliaran rupiah itu
Dia tak berkutik saat satu persatu bukti keterlibatannya ditemukan. Juga namanya dan tanda tangan di tertera proyek itu. Bukti - bukti itulah yang diajukan ke meja hukum. Pak Baskoro diputuskan bersalah dan mendapat hukuman kurungan penjara yang cukup lama. Segala kekayaan Pak Baskoro disita pemerintah dari berbagai usaha, pabrik, rumah di kota sampai koleksi mobilnya.
Pak Junaidi terpaksa membawa ibu, istri juga anaknya kembali ke asal mereka yaitu di desa Sendang Ranti. Hanya saja belum setahun mendekam di penjara, Pak Baskoro meninggal dunia karena sakit parah yang menderanya.
Berita itu dulu sempat menjadi heboh dan menjadi pembicaraan umum oleh masyarakat setempat. Namun bertahun- tahun kemudian mulai hilang dan terlupakan.
" De, aku coba tanya pada Pakde Sanjaya yang ada di sana , ya? "
"Untuk apa, Pak? " ujar istri Lek No itu agak cemas.
" Ya , silaturahmi gitu, Bu! Pisang yang di belakang rumah kuambil ya, Bude. Buat oleh- oleh!"
Begitulah saudara sepupu, Bude Ayu itu. Mau mengambil apa pun selalu minta izin dahulu. Padahal ayah Ninuk itu yang rajin menanami semua halaman dan kebun mereka dengan berbagai tanaman buah dan sayur untuk kebutuhan dapur. Juga yang mengurus kebun dan sawah mereka selama ini, setelah ayah Bude Ayu berpulang.
Mereka tidur sangat larut. Mas Kusno tidur di rumah Lek No. Di rumah itu ada beberapa kamar tidur yang dulu jadi kamar anak- anaknya dan beberapa pekerja yang datang dari berbagai desa yang jauh.
Mas Kusno terus membatin setelah berbaring di kamar yang seluruhnya terbuat dari kayu. Betapa jahatnya keluarga Pak Baskoro dan anaknya itu ,untuk membalas penolakan Bude Ayu dengan kehancuran yang maha dahsyat.
Paginya keluarga Lek No terbangun setelah mendengar azan Subuh di mushola. Pria itu tak berani mengusik Kusno yang menurutnya beragama non- muslim. Sebab keluarga Koh Edy selalu memberikan kue keranjang pada pelanggan toko emasnya atau para pemilik toko di sebelahnya untuk merayakan tahun baru Imlek.
Mereka berangkat ke pasar setelah menikmati bubur sambel tumpang yang dimasak Bulek Ratih sedari pagi . Sebagai pelengkapnya adalah rebusan berbagai sayuran hijau yang dipetik Bude Ayu sore kemarin di halaman belakang. Ada daun kenikir, daun pepaya dan daun singkong. Sementara kemarin sore Si Bude masih membeli tauge dan kangkung.
Keringat membasahi dahi Mas Kusno ketika dia menghabiskan makanan khas di daerah ini, dengan suapan terakhirnya. Lek No duduk di sudut ruangan sambil menikmati isapan rokoknya. Dia juga melihat Asti dan Bude Ayu sudah melakukan persiapan untuk berangkat ke pasar.
Suara motor Mas Kusno meraung- raung ketika mengiringi motor Asti dengan Bude Ayu yang duduk di boncengan di belakangnya. Pria itu hanya mengantar sampai ke depan pintu gerbang pasar. Sebab Mas Kusno berniat pulang ke rumahnya untuk berganti pakaian. Walaupun dia sudah mandi di rumah Lek No
Bude Ayu masih anteng melayani pembeli, saat Asti memesan teh manis hangat. Namun dia melihat kedatangan Mbak Nanik dengan seorang wanita tua dari tempat parkir . Tampaknya Mbak Nanik mencari seseorang karena dia bertanya kepada petugas parkir pasar.
Mbak Nanik tidak tahu kalau Asti mengamati mereka. Tampaknya seorang petugas parkir itu menunjuk ke arah pertokoan tempat Asti berjualan. Namun nggak mungkin kalau Mbak Nanik tidak tahu tokonya! Sebab lebaran tahun lalu, wanita itu masih memborong beberapa gaun gamis yang selalu disebutnya pasaran atau murahan. Namun Mbak Nanik tetap ngotot minta diskon besar walau hanya memberi tiga potong gaun gamis dan tiga kerudung segi empat yang sewarna dengan gamis yang dibelinya.
Cepat Asti kembali ke toko. Mas Kusno juga tidak terlihat di sana. Sementara Koh Edy datang bersama dengan anak perempuan yang memakai seragam TK yang berada di dalam toko itu. Mungkin pria itu baru saja menjemput anaknya dari sekolah lalu ikut menjaga toko tersebut.
Hampir satu jam menunggu, Asti tidak melihat kehadiran Mbak Nani dan wanita tua tadi di area depan toko. Apakah yang dicarinya Mas Kusno? Mau berbuat apalagi Mbak Nanik itu.
Sementara gosip berhembus dengan beberapa tindak kriminal yang mulai terjadi di beberapa jalan utama yang agak jauh dari daerah ini, selama seminggu ini. Mereka memperkirakan kelompok kejahatan itu adalah kelompok begal yang dipimpin oleh Mas Timbul.
Pikir Asti mungkin peluru panas yang ditembakkan oleh seorang petugas polisi , baru dapat menghentikan sepak terjang Mas Timbul.
" Bulek! Lek No belum pulang dari rumah Pakde Sanjaya, ya ? " tanya Asti ketika dia ke rumah pria itu. Asti baru saja pulang dari pasar sambil membawakan titipan wanita itu yaitu gula merah.
"Lek No disuruh nginap di sana. Kata Pakde Sanjaya kalau di daerah sana semakin tidak aman untuk perjalanan malam dengan motor!"
Asti akhirnya menyampaikan informasi, saat dia melihat kedatangan Mbak Nani siang tadi di pasar.
" Masa dia mencari Kusno, mau apa, lagi ?"
" Mungkin minta ditarik laporannya dari jambret HP jadi begal motor .."
" Sst. sudah nggak usah diomongin. Biar saja. Orang bodoh dan keblinger itu merasa paling benar saja tindakannya."
Mas Kusno sudah jarang terlihat di toko sejak dia pulang menginap dari rumah Lek No. Malah Pakde Sanjaya yang menemui Asti dan Bude Ayu di pasar. Kakak Ibunya almarhum itu tampak semakin tua dengan rambut yang seluruhnya memutih.
" Sehat- sehat kamu, Asti?"
" Sehat Mbah Kung."
" Jaga Budemu, ya? Kalau ada apa- apa telpon aku atau Pakde Cahyadi yang tinggal di Purwokerto!"
Bude segera membeli gula, kopi dan bermacam - macam makanan untuk dibawa pulang Pakde Sanjaya nanti sebagai oleh- oleh. Tak lama datang seorang pria muda berseragam polisi datang.
" Ini Cucuku. Kemarin baru pulang tugas dari Bandung" ujar pria itu bangga. Sambil menepuk - nepuk bahu pria muda yang merupakan anak Bulek Widyati yang tinggal di Purwokerto.
Dulu saat Mbah Harjo Winangun masih ada, rumahnya di desa Sendang Mulyo menjadi pusat kunjungan dua keluarga besar dari Pak Harjo sendiri yang asli dan lahir di desa itu dengan keluarga istrinya yang berasal dari Boyolali. Setiap hari Raya semua sanak keluarga datang dari berbagai kota di Pulau Jawa.
Kadang berhari - hari rumah besar itu dipenuhi tamu. Sebab kakek Asti itu yang dituakan dan sangat dihormati oleh keluarga besar mereka.
" Kamu, Nastiti,ya? Kok, semakin gede semakin cantik ?" Kata pemuda yang bernama Satrio Wibowo.
Bude Ayu tertawa geli mendengar rayuan receh dari keponakannya itu. Apalagi lelaki tua yang dipanggil Asti, Mbah Kakung Sanjaya sampai terbatuk - terbatuk menahan tawanya karena sedang merokok.
Ternyata pria muda itu menjemput kakeknya untuk kembali ke rumah mereka. Segala belanjaan yang tadi dibeli Bude Ayu disimpan di bagasi.
" Nastiti simpan nomorku ya, nanti aku telpon!" Ujar si Satrio itu lagi sambil mengedip- ngedipkan mata genitnya.
Si Asti hanya dapat menepuk dahinya. Sekalinya bertemu pria yang masih ada hubungan kekerabatan, konyol dan punya rayuan gombal yang sangat recehan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 441 Episodes
Comments