Kesibukan bersih- bersih di rumah Joglo masih dilakukan oleh Asti, Bude Ayu dan Bulek Ratih. Kemarin sore, orang tua Satrio pulang kembali ke Purwokerto. Jadi merekalah tamu terakhir yang meninggalkan rumah Ini .
Tadi pagi, Satrio dan Lek No berboncengan dengan Scoopy baru berbelanja ke pasar sekalian ngecek ke toko Asti. Seperti biasa Bulek Ratih sudah menyiapkan makan siang dengan berbagai lauk dan makanan dari sayur mayur yang masih tersimpan di kulkas hasil pemberian para pedagang di pasar yang mengenal Bude Ayu dengan baik.
Bulek Ratih yang mendengar pintu diketuk, segera berlari ke ruang tamu depan. Tampaknya wanita itu agak cemas setelah memanggil Bude Ayu yang sedang memasukan beberapa jarik panjang koleksinya ke dalam lemari.
" Bude, ayo cepat keluar!" Suaranya agak takut- takut. Asti yang mendengar kehebohan itu juga keluar dari kamarnya karena tertarik.
Benar saja! Di ruang tamu itu tampak Mbak Nanik duduk dengan ibu mertuanya, Ibu Condro alias mantan Kakak madunya Bude Ayu yang merupakan istri pertama Pak Kushari .
Bude Ayu masih mengutamakan sopan santun dan adat istiadat Jawa, saat menyapa tamunya. Mata dan wajah tamu dari dua wanita yang beda usia itu hampir sama mengandung kemarahan.
" Apa maksudmu nggak ngundang kita ketika Asti menikah. Marah ? atau dendam gitu?" Ucap Bu Condro ketus.
Wanita yang mengenakan baju bepergian yang cukup bagus itu duduk dengan angkuhnya di kursi teras. Wanita itu masih mau tahu bagaimana Bude Ayu mencari alasan untuk rasa tidak hormat yang diberikan kepadanya.
" Maaf, Mbak Yuk. Anak - anak Karang Taruna yang menyebar undangan. Mungkin tidak sampai ke tangan Mbak Yuk. Saya mohon maaf!"
" Ah, itu alasanmu , aja. Yu! Malu, begitu mengundang ibu dari Timbul yang buronan, ya? Mentang- mentang Asti dapat orang kaya dan berpangkat. Huh, nyesel aku saat memberi izin suamiku nikahan kamu. Janda tidak bermartabat!"
Asti tersulut emosi." Maaf, Bu! Saya sudah menuliskan nama ibu ke dalam daftar undangan. Terus kenapa Bude yang disalahkan? Itu acara pernikahan saya. Seharusnya ibu yang marah sama saya!"
Mbak Nani juga nggak mau kalah.
"Jangan sok pinter kamu! kalau nggak dibayarin bapak, kamu juga nggak bakal lulus SMK. Asti , jadi orang itu harus tahu diri dong! Ditolong kok mukul ! "
Asti menatap mata Nanik yang berpendar dengan amarah dan dendam itu. Dia semakin emosi dengan ratu drama ini. Yang selalu bisa membolak- balikkan fakta untuk kepentingan dirinya sendiri!
"Mbak nggak lupa, ya? Dulu nangis - nangis minta maaf sama Bude. Terus diberi uang sama Bude?"
" Ah cuma uang sedikit aja, diungkit- ungkit!"
"Sekarang maksud Mbak Nani apa. Bawa Bu Condro melabrak Bude,
Mbak? Allah nggak tidur . Yang berbuat salah ya salah, yang berbuat baik akan dibalas kebaikan.
Maaf Bu Condro kalau saya dan Bude salah . Mohon meninggalkan rumah ini !"
Mbak Nanik yang tidak terima dengan pengusiran itu. Dia segera mengebrak meja di ruang tamu dengan keras.
" Sudah, Bude! Nggak usah didengar. Orang kalau sudah hatinya busuk, mata batinnya tertutup dengan kebaikan orang lain."
Mbak Nanik menarik tangan ibu mertuanya agar keluar dari rumah itu. Saat sampai di depan halaman, tiba - tiba motor baru Lek No datang dengan Satrio yang mengendarainya.
Wajah Lek No menjadi waspada "Ada apa lagi dengan mereka, De?"
" Aneh aja, Lek. Masak nggak terima undangan ngatain Bude senak udelnya sendiri. Bukannya introspeksi diri dengan kelakuan suaminya. Malah nyalahin semua orang! "
Mereka agak terkejut kalau Asti berani memarahi mereka .Padahal selama dia mengenal Asti, gadis itu tampak kalem, tenang dan agak tertekan saat menginap bersama budenya di rumah mertua laki - lakinya.
Tampaknya Mbak Nani mencoba memprovokasi mertuanya dengan alasan undangan itu. Dia mau menunjukkan kalau kehadiran Bude Ayu di dalam rumah tangga mertuanya yang membuat si Timbul menjadi pemberontak dan pembuat keonaran.
" Maaf, Mbak Nanik masih sering ke hotel di jalan ----. " Bisik Asti pelan di telinga Mbak Nanik.
Mata Mbak Nanik melotot . " Kamu ngomong apa, Asti! Sialan kamu. Saya akan laporkan fitnah ini. Ini pencemaran nama baik, namanya!"
Asti tersenyum sinis. " Sebentar! Supir Bu Haji Anissa sepertinya pernah merekam Mbak Nanik waktu di sana. Kalau Mbak nggak percaya, tuh. tanya Bu Haji! Rumahnya yang itu loh !" Asti menunjuk rumah di depannya.
" Kalau Mbak terus terus ganggu hidup Bude Ayu. Tak suruh Pak Ton menyebarkan video itu biar viral"
Mbak Nani semakin tidak nyaman berada di depan rumah ini. Apalagi melihat sosok pria bertubuh tinggi dan kokoh yang memeluk bahu Asti. Sial! Anak terkutuk itu selalu mendapat keberuntungan dalam hidupnya.
Padahal dia adalah gadis yang dikutuk seumur hidup dengan penderitaan, menurut Eyang Baskoro! Karena Kakek Asti melanggar adat istiadat dan petuah ajaran nenek moyang dengan mengganggu ketentraman dan kedamaian hutan bambu di desa, itu alias Alas Pring!
Segera saja Mbak Nani menyalakan motornya dan tak sabar menunggu Bu Condro yang agak susah payah naik dibonceng belakang.
Bu Condro bukan saja sudah tua, tetapi tubuhnya sangat gemuk dan berat. Walaupun hampir sebagian warisan peninggalan suaminya tandas, masih ada satu dua orang adiknya yang memberi bantuan. Karena terbiasa hidup berlimpah harta, wanita itu tak tahu cara bekerja untuk menopang hidupnya. Jadi dia hanya meminta bantuan sana- sini dari adik kandung maupun adik iparnya.
" Sudah marahnya?" Tanya Satrio sambil mengusap pipi Astri yang panas. Setelah melepas kepergian tamu tak diundang itu.
Lek No segera masuk ke dalam rumah Joglo mencari keberadaan istrinya. Asti akhirnya ikut masuk ke rumah sambil membawa berbagai barang yang dibeli kedua laki- laki ini dari pasar.
Di dapur terdengar suara percakapan mereka. Tampaknya Bude juga emosi. Dia sudah memaafkan Nanik, sudah memberinya pertolongan. Eh, ini kambuh lagi anak Wewe gombel itu. Melabrak orang tanpa memandang persoalan mana yang benar dan mana yang salah!
Lek No juga yakin kalau anak- anak remaja itu bekerja dengan benar! Walaupun mereka bukan satu desa, pasti tahu rumah orang tua si Timbul. Pria yang bertahun- tahun jadi preman pasar karena usaha terakhirnya membuka warung mie ayam bangkrut karena sepi pembeli.
" No, Satrio, makan dulu mumpung belum adzan, sana!"
" Nggak berlebihan bumbu sayur ini, De?" tanya Lek No serius sambil mengambil beberapa centong nasi ke piringnya.
" Nggak kok, sudah pas waktu dicicipi Asti . Maksudmu apa, No?" tanya Bude Ayu curiga.
" Takut ditambah emosi, sakit hati atau kemarahan jiwa ..." Ucap suami Bulek Ratih itu sambil menggotong piring yang sudah lengkap dengan sayur dan lauk - pauk ke bangku ke ruang tengah.
" Aduh, kamu Sarno . Ketularan Satrio juga kamu, ya!"
Asti dan Bulek Ratih tertawa ngakak dengan lelucon receh dari Lek no. Satrio yang disebut- sebut namanya oleh Bude Ayu malah asyik menikmati sayur sup khas olahan Bulek Ratih
" Biar nggak stres, Bude. Habis dilabrak Nanik. Jangan terlalu serius Bude! "
Selesai mencuci piring dan merapikan dapur, Asti masih melihat Bulek Ratih menunggu di ruang tengah. Satrio dan Lek No akan sholat dhuhur berjamaah di mushola.
" Kamu tadi ngomong pernah liat Nanik apa? "
Asti mendekat " Memang Lek No nggak pernah cerita?"
" Maklum sudah tua Pak Lek No itu. sering lupa. Jadi aku sering ketinggalan berita terbaru!"
Asti memang masih bisa untuk tidak mengumbar rahasia gelap
orang lain. Tetapi miris melihat tindak tanduk Mbak Nanik yang selalu menyalahkan Budenya untuk kesalahan sedikitpun.
" Ayo bisikan aja kalau kerjaan Nanik itu kurang pantas. Ayo, to. Asti!"
Pelan- pelan Asti berbisik di telinga Bulek Ratih. Wajah wanita itu jadi melongo. Antara kaget dan tak percaya. Yah , kata orang pekerjaan yang dilakukan Mbak Nanik adalah pekerjaan yang sudah ada sejak zaman purba atau zaman Jahiliah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 442 Episodes
Comments