Rumah joglo peninggalan almarhum Harjo Winangun semakin ramai, karena semakin dekatnya hari pernikahan Asti. Undangan sudah disebar oleh para pemuda yang menjadi bagian dari karang taruna desa .
Bude Ayu dan Bulek Ratih sudah berkeliling desa untuk memberitahukan acara pernikahan keponakannya, sekaligus mengundang para warga desa tersebut.
Begitulah adat di desa, tetap saja harus ada sopan santun! Memberitahukan rencana pernikahan Asti itu dengan bertamu dari rumah ke rumah. Berbicara tatap muka dengan orang yang diundang. Padahal sudah ada kartu undangan . Namun tetap saja harus menemui beberapa warga yang tinggal satu desa dengannya. Semua itu demi tata krama dan adat- istiadat setempat.
Seminggu sebelum hari H, Asti menjalani pingitan alias tidak boleh keluar rumah. Padahal penjualan barang- barang di toko sedang ramai- ramainya.
Sampai Lek No membawa Dania keponakan istrinya yang sudah lama menganggur setelah lulus SMP. Untungnya walaupun gadis desa, gadis itu cepat paham yang diajarkan oleh Asti. Jadi Asti tinggal memesan barang- barang belanjaan lewat telepon atau WA saja. Barang- barang belanjaannya dikirim lewat ekspedisi angkutan antar kota.
Asti pun diharuskan puasa mutih selama 3 hari menjelang pernikahan oleh Mbah Rono, karena wanita itu yang menyiapkan segala perlengkapan upacara, adat dan tata upacara yang sangat kental budaya setempat di rumah .
Sedangkan untuk MUA didatangkan Bu Haji Anissa dari daerah Orang tuanya di Purwodadi, sebagai hadiah dari wanita itu untuk Asti. Dulu saat Asti datang ke pernikahan adik Bu Haji, Asti sangat kagum dengan dandanan adik tetangganya itu. Walaupun berhijab, adik Bu haji tampil cantik, segar dan tidak medok.
" Kok, lemes? " tanya Satrio ketika mereka saling video call. " Kangen, ya?"
Muka Asti makin jutek. Satrio malah tertawa ngakak melihat hal itu. Sejak Mereka bertunangan hampir tiga bulan yang lalu, Asti sudah jarang menunduk lagi bila diajak bicara oleh Satrio. Apalagi sejak mereka jarang bertemu bulan lalu, pria muda itu semakin merindukan wajah cantik calon istrinya yang lembut dan menenangkan .
" Aku puasa mutih, Mas! " adu Asti yang mulai berani bermanja- manja pada calon imamnya itu .
" Lho, memangnya harus apa? "
" Permintaan Bude Ayu demi kelancaran hari pernikahan, kata orang tua dulu."
" Nanti kalau kamu sakit dan lemes saat kita nikah nanti, kan nggak lucu!"
" Doain aku kuat ya, Mas!"
" Harus dan wajib itu. Masak aku nggak bisa malam pertama, Dek!"
Wajah Asti makin kuyu. " Huh, ngomongnya jadi begitu?"
"Nggak boleh ya, Dek? Jangan takut, ya. Sayangmu ini akan memperlakukanmu dengan sangat hati- hati."
Asti tambah kesal. " Udah ah. Ku tutup HP- nya, satu..."
" Ya, udah . Selamat tidur cantik . I love you..."
Lama Asti tercenung sambil memegang alat komunikasi itu yang sudah mati. Bukan puasa itu yang menyiksa karena Asti sering menjalani puasa sunah Senin- Kamis. Tetapi dia dipaksa makan yang serba putih. Nasi putih, tahu putih, kerupuk.
Padahal Asti gadis yang aktif, tidak seperti sekarang yang tubuhnya lemas tanpa tenaga. Bahkan di rumahnya sendiri pun dia dilarang memegang pekerjaan apapun. Semua orang akan melarang!
Dapur sementara di belakang rumah terus mengepulkan asap. Tanda acara masak- memasak dimulai.
Sejak pagi bapak- bapak berkumpul dengan berbagai rangkaian adat orang desa yaitu meminjam beberapa peralatan masak dan peralatan makan. Barang yang dipinjam terdiri dari berbagai peralatan memasak sampai gelas, piring atau sendok.
Para bapak- bapak itu akan menggotong barang- barang pinjaman itu dengan dipikul. Sedangkan barang- barang yang berat akan dibawa dengan gerobak dan didorong beramai- ramai.
Siangnya para ibu- ibu mulai berdatangan ke rumah Bude Ayu untuk acara rewang yaitu bantu-bantu menyiapkan berbagai bahan masakan. Ada yang mengupas berbagai bumbu- bumbu, memotong sayur- sayuran sampai membuat beragam kue tradisional.
Semua kegiatan memasak makanan dipusatkan di rumah Lek No. Di halaman belakang itu ditambahkan tenda- tenda plastik untuk berteduh, yang dipasang di kebun dan dekat gudang .
Sementara bapak- bapak mulai bekerja bakti memotong rumput yang tinggi dan meratakan halaman depan rumah untuk dipasang tenda . Tak berapa lama datang truk dan mobil boks yang membawa berbagai peralatan pesta.
Ada bangku- bangku plastik, besi- besi untuk penyangga tenda yang lebih besar dan bagus. Mereka membuat panggung rendah untuk memasang pelaminan dan untuk upacara ijab qobul.
Para remaja dan gadis muda dengan cekatan mengantar bergelas- gelas teh manis untuk para pekerja yang menyiapkan pelaminan juga berbagai hiasan dari janur dan pita.
Dua malam ini rumah joglo itu dipenuhi lampu yang terang dan orang - orang yang hampir menyelesaikan semua persiapan pesta.
Para kerabat Bude Ayu mulai berdatangan dari desa dan kota yang jauh. Juga ada yang dari perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Mereka ditampung di rumah Pak Haji Anwar karena berdekatan dengan tempat acara pernikahan. Sementara kerabat yang lebih dekat tinggal di rumah joglo atau di rumah Lek No.
Rombongan pengantin laki - laki sudah datang dari Purwokerto dan mereka menginap di Rumah Mbah Sanjaya. Jaraknya tidak sampai 1 jam dari desa ini.
Ninuk dan gengnya berkeliling di rumah joglo yang sudah selesai dihias dengan rangkaian bunga- bunga, janur dan pita- pita. Kamar pengantin tidak dihias karena permintaan Asti.
" Tidur, Mbak Asti. Istirahat! " Bisik Ninuk yang sudah terkantuk- kantuk menunggu Asti yang masih membaca Al-Qur'an setelah sholat Isya.
Ninuk harus bolak- balik belanja ke pasar karena ada bahan makanan atau bumbu yang kurang. Baru dua Minggu lalu, Scoopy yang dipesan ayahnya hampir dua bulan lebih telah datang. Ibunya terus mengingatkan agar anaknya itu memakai motor baru itu dengan hati- hati.
Bude Ayu yang menambah separuh dari harga motor itu, karena Lek No tadinya mau membeli motor yang seken. Ternyata hampir semua biaya pesta ini ditanggung oleh keluarga pengantin laki- laki. Apalagi Mbah Sanjaya sampai menjual sapinya untuk memberi uang mahar yang cukup besar.
Lelaki tua itu sangat bahagia karena cucu dari adiknya almarhumah Sri, kini menjadi cucu mantunya.
Pagi hari, Asti sudah dibangunkan oleh Bude Ayu dan Bulek Ratih.
Mereka menggurus keperluan gadis tersayangnya itu untuk terakhir kalinya. Asti sudah mandi dan memakai pakaian dalam yang nyaman karena akan dipakai untuk memakai gaun pengantin berupa kebaya dan kain batik panjang.
Seminggu yang lalu datang kiriman kebaya putih cantik yang telah dipesan Mbak Sasya di butik langganannya. Kebaya itu akan dipakai untuk acara akad. Nanti di acara resepsi Asti akan memakai gaun pengantin Jawa yang disewa dari butik penyewaan khusus pengantin. Betapa cermatnya Asti memilih busana pengantinnya yang simpel dan berbahan nyaman dipakai.
Pukul 07.00 datanglah Mbak Dita MUA yang dipilih Bu Haji Anissa. Dari perkiraan wanita cantik itu dia dapat menyelesaikan riasan untuk Asti sampai jam 09.00. Karena acara akad berlangsung pukul 10.00 tepat.
Mungkin karena Asti berhijab, di depan kamar Asti ditutup rapat dengan pembatas ruangan. Bude Ayu menyuapi Asti dengan setengah piring nasi, sop sayur dan ayam goreng . Bulek Ratih yang menyiapkan semuanya, termasuk minuman dan kue- kue untuk para perias dan asistenya.
Tak lama terdengar suara Ninuk yang juga dirias karena dia akan menjadi pendamping pengantin nanti. Betapa cekatannya Mbak Dita memberi make up pada wajah halus dan polos milik Asti.
Bude Ayu dan Bulek Ratih malah sudah selesai di make up dan memakai kebaya seragam berwarna merah muda lembut. Tiga puluh menit kemudian selesailah dandanan Asti lengkap dengan kebaya putih dan jarik batik panjang. Semua asisten Mbak Dita berseru kagum saat melihat hasil dandanan itu.
Bude Ayu menitikkan air mata ketika Asti difoto oleh fotografer dari pihak Mbak Dita dari berbagai sudut dan pose. Kata Mbak Dita foto ini akan menjadi koleksinya pribadi dan akan ditampilkan pada medsos miliknya untuk ajang promosi sebagai MUA profesional.
Nanti Asti akan diberi foto yang paling bagus dan diberi pigura sebagai kenang-kenangan. Lek No memberitahukan akan kedatangan rombongan pengantin laki- laki.
Bude Ayu dan Bulek Ratih segera keluar untuk menyambut tamu mereka sebagai tuan rumah. Tiba- tiba Bu Haji Anissa menyelinap ke samping Asti.
" Masya Allah, kamu cantik banget Mbak Asti. Benar- benar pangling aku!" Seru Bu Haji tertahan. Karena merasa berbicara agak keras.
Padahal di halaman depan sedang ada adat penerimaan tamu.
Agak lama, setelah itu terdengar suara pembawa acara atau MC terdengar. Acara Akad akan segera dimulai. Asti semakin tenang sangat mendengar suara Satrio yang dipandu suara Pak penghulu mengucapkan ijab qobul.
Tak lama terdengar suara keras bersamaan "Sah." Setelah Satrio mampu mengucapkannya dengan satu tarikan napas. Ternyata Lek No yang menjadi wali nikah Asti. Pria itu dan istrinya selama ini berperan menjadi orang tua angkat gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 441 Episodes
Comments