Hampir seminggu Satrio tinggal di rumah Lek No. Terkadang Bude juga tidak ikut ke pasar karena diajak bepergian Satrio, sowan ke beberapa saudara dari pihak ibunya.
Zaman dahulu, sejak program KB sedang giat- giatnya disampaikan ke masyarakat, keturunan Winangun hanya punya anak sedikit. Kalau tidak satu, ya dua. Jadi, Pak Harjo Winangun adalah anak tunggal. Sedangkan Bu Sumiarsih, istrinya punya dua orang kakak laki- laki dan 1 orang kakak perempuan.
Keluarga besar Atmodjo Darmo tinggal dan menetap di seluruh kota di Jawa Tengah karena tugas dinas atau mencari pangsa pasar baru untuk yang mempunyai usaha. Ibu Sri Sumiarsih lahir dari orang tua yang mempunyai usaha pembuatan kain batik cap untuk pemesanan seragam sekolah atau lembaga tertentu.
Lek No mengalah karena istrinya ikut dalam kegiatan jalan- jalan tipis itu. Justru Bude Ayu yang sudah berpengalaman melakukan perjalan Jawa- Sumatera saat masih menikah dengan suami pertamanya dulu.
" Ini Lek No. lauk dan nasinya. WA aja kalau perlu kopi atau gula, ya?"
Pesan Asti saat Lek No datang ke toko sambil membawa dua kardus belanjaan Asti.
Pria itu santai saja walaupun sudah lima hari Bulek Ratih dan Bude Ayu belum pulang. Mungkin juga Satrio mau menemui beberapa kerabatnya itu sebelum ditempatkan di daerah baru dari dinas kesatuannya. Dia juga belum mendapat informasi akan ditempatkan di daerah mana.
"Asti aku pulang, ya! Kopi dan pisang goreng sudah dibayar"
" Tadinya biar aja sama aku yang bayar, Lek .." Kata Asti membujuknya.
Minggu lalu, Lek No mendapat bayaran dari bagi hasil sawah yang di Utara desa. Uang itu diberikan ke Bude Ayu, sedang bagian Lek No untuk bayar kost Ninuk dan bayar LKS untuk semester berikutnya. Dia tampak iri ketika ibu, Bude Ayu dan Mas Satrio menengoknya sebentar di tempat kostnya sore itu.
" Mbak Asti nggak belanja ke Yogya atau Solo Minggu ini?" tanya Ninuk ketika Sabtu pagi itu dia muncul di rumah Bude Ayu
" Tuh, belanjaan masih numpuk!"
Di sebelah lemari hias ada tumpukan dua kardus besar. Lagi- lagi wajah Ninuk jadi muram dan kesal.
" Temenin aku jualan di pasar aja, ya! Nanti dibeliin es cendol, Soto kuali. Hum, apalagi, ya? "
" Emang aku anak kecil dibujuk beli es segala.." jawab Ninuk makin bete.
" Mau ikut, nggak?"
" Ikutlah, nggak ada ibu nggak seru! Sama Bapak pasti disuruh- suruh terus. Yang bikin kopi, masak mie, ke warung beli rokok. Capek!"
Di sepanjang jalan, Asti hanya tertawa saja mendengar keluhan gadis remaja itu tentang orang tuanya, keadaan di sekolah juga di tempat kost.
Di toko, Ninuk masih mau bantu membereskan barang- barang belanjaan yang belum semua dirapikan. Ninuk juga memesan es cendol, beberapa jajanan gorengan. Hanya masakan soto itu tidak dipesan , lebih enak makan langsung di warungnya. Sebab kuah seger dan masih panas itu yang hal terpenting dari sajian masakan itu.
Jadilah mereka makan soto kuali yang warungnya ada di seberang jalan utama pasar yang cukup ramai.
Meja - meja di warung yang cukup bersih dan luas itu sudah dipenuhi para pembeli. Satu orang pelayan mengenali Asti dan menempatkannya di tengah. Karena meja itu baru saja ditinggalkan oleh pembeli yang sudah menyelesaikan makan siang mereka.
Mereka makan soto dengan nasi putih. Bagian nasi Asti yang hanya dimakan setengahnya, akhirnya dihabiskan Ninuk tanpa sisa.
" Ninuk, kamu itu lapar atau rakus?"
" Dua- duanya," jawab Ninuk pasrah. Sebab dia terlihat kekenyangan. Ninuk juga agak tertarik dengan pasangan Koko dan Cici yang makan di meja sudut warung itu.
Sang pria terus menatapi wajah cantik Asti yang hanya tersapu bedak tipis. Padahal Cici cantik di sampingnya bermake-up sempurna. Dengan alis mata yang disulam dan anting emas panjang.
Wajah putih bersihnya semakin kinclong dengan makeup sempurna. Dia memakai gaun tipis biru berbunga- bunga putih selutut. Jangan lihat harga tas dan sepatunya! Semua barang- barang itu biasanya dipakai oleh artis muda Indonesia saat ini, yang selalu Ninuk pantau dari twitter dan Instagram miliknya.
Ninuk menepuk bahu Asti," Mbak dicariin?"
" Dicariin, siapa?" jawab Asti tenang.
" Sama tukang becak! " jawab Ninuk geram. Selalu begitu, kakaknya itu selalu menundukkan kepala di tempat umum. Apalagi bila berbicara dengan laki- laki. Selain mengikuti ajaran agama, Asti pemalu dan sangat hati- hati dalam bersikap dan bertindak.
" Diliatin tuh, sama cogan alias cowok ganteng !"
" Biarin, mereka punya mata ini"
Aduh, Ninuk hanya garuk- garuk- kepala. Tadi si Ninuk yakin kalau pria yang wajahnya mirip Oppa Goon Yo yang main di drama " Goblin" itu mengawasi gerak- gerik Asti.
Saat kembali ke toko, Ninuk bertemu dengan pasangan tadi yang juga makan soto kuali di warung yang sama.
Lagi- lagi si Oppa yang mengunakan kemeja pendek hitam dan celana jeans hitam itu menampakkan aura kejantanannya. Tampan, berkulit bersih dengan bibir sedikit merah yang kadang menahan senyum bila tatapannya di balas si Ninuk.
" Si Oppa itu namanya Mas Kusno, ya?"
"Tanya aja sendiri! Kan, kamu cewek zaman sekarang. Nggak berani?"
" Emoh. Tuh, lihat si Cici wajahnya jutek gitu. Atut, ah!"
Asti tak mengomentari kekonyolan Si ABG itu. Dia mulai merapikan baju- baju yang digantung untuk dimasukan ke dalam toko
" Sana mau jajan apa lagi, buat cemilan di rumah! Kalau keluar malam ke warung, nanti ditunggui Mas Timbul. Kan, asyik tuh?"
Belum menyelesaikan omongannya, Asti sudah mendapat cubitan manja dari Ninuk. Jeritan Asti justru menarik perhatian orang- orang yang ada di toko emas. Ninuk cepat menyambar uang lima puluh ribuan yang tadi disodorkan kepadanya.
"Kenapa, Mbak,?" Tanya Mbak Rum salah satu penjaga toko emas yang keluar toko sambil membuang sampah.
" Nggak apa- apa kok, Mbak. Adik saya itu mau nungguin Mas Timbul. Tuh, sudah disiapin jajanan!"
Mbak Rum tertawa geli. " Beneran dia mau nungguin si Timbul?"
" Nanti tanya anaknya aja kalau sudah datang. Daripada suka om- om Korea mending produk asli dalam negeri. Ganas.."
Ninuk celingukan mencari keberadaan Mbak Asti. Sebab pintu rolling door toko sudah tertutup rapat. Sedangkan di depan toko ada tas belanja plastik kesayangan kakaknya itu yang setiap pagi berisi wedang jahe hangat buatan ibunya.
" Eh, kamu Ninuk ya? Mbak Asti lagi ngambil motor di belakang. Memang suka banget sama Mas Timbul?"
" Suka? maksudnya..."
Mbak Rum masih ngoceh saja.
" Ya, anak ABG sekarang kan berani melawan arus dengan pandangan orang lain. Tetapi Mas Timbul kan bertindak kriminal , kamu nggak takut?"
Ninuk tambah bingung dengan omongan si Mbak penjaga toko emas itu yang dengan panjang lebar menjelaskan berbagai hal negatif yang suka dilakukan para remaja saat ini.
" Mau pulang, nggak? " tanya Asti sambil mendekatkan body motornya ke tempat Ninuk berdiri.
" Ya maulah... Eh, mbak makasih infonya. Mbak cocok lho kalau bisa dapat iklan dari obat sakit perut. Pas!" Teriak Ninuk pada si Mbak yang tadi memberinya ceramah menjelang sore hari.
Asti paham, pasti ada kesenjangan umur dan informasi antara Ninuk dan Mbak Rum yang memang suka menasehati orang lain.
Sambil merasakan hembusan angin sore, Asti dan Ninuk masih ngobrol sebentar di sepanjang jalan. Motor dijalankan tidak terlalu cepat.
" Mbak, kapan Ibu sama Bude Ayu pulang?"
" Belum tahu. Malah Bude Widyati nyuruh kita nyusul ke Purwokerto."
"Ayok, Mbak. Ayok!" Jawab Ninuk antusias.
" Bolos- bolos, Mau dimarahin bapakmu, nanti !"
Wajah Ninuk kembali kecewa. Bagi Lek No pendidikan adalah nomor satu. Selama ini, dia rela bekerja keras untuk membiayai sekolah anak- anaknya. Walaupun anak sulungnya, Joko sudah bekerja. Tetapi sebagian gajinya digunakan untuk biaya hidup dia selama bekerja dan tinggal di Semarang.
Malam itu, Ninuk kembali menggotong bantal buluk kesayangan dan selimut birunya. Tanda dia mau tidur di rumah ini dan satu kasur dengannya. Pasti Asti harus bersiap - siap perang kaki lagi.
Gaya tidur Ninuk sudah seperti gasing yang berputar. Sama juga dengan keseharian gadis ABG itu yang ribut, rame dan nggak bisa diam.
" Anak sapi!" Begitulah makian Joko pada adiknya yang setiap hari ribut seperti angin tornado. Justru sewaktu masih bayi Ninuk mendapat ASI eksklusif dari Bulek Ratih, sampai dia berumur 2 tahun. Malah Asti yang baru berumur 3 bulan sudah diberi susu formula sejak ibunya kembali ke Banjarmasin karena orang tuanya mendapat musibah. Asti malah pembawaannya kalem, tenang dan sabar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 441 Episodes
Comments