Pekerjaan Satrio semakin tidak teratur waktunya. Terkadang dia keluar kota dalam waktu dua atau tiga hari. Sebulan pun bisa tiga kali dia keluar kota. Pada saat seperti Itupun, dia hanya sesekali mengirim pesan atau menelpon. Alasannya sibuk atau saat di lapangan susah sinyal
Jarang- jarang Asti keluar rumah, kecuali untuk belanja atau ke toko seberang yang banyak menjual berbagai kebutuhan rumah tangga seperti mini market saja layaknya.
Kadang Ibu Anggita mampir di sore hari, sambil mendorong si kembar dengan dua sepeda mini lucunya.
Memang di depan rumah Asti itu ada ada taman yang cukup lebar untuk anak- anak bermain. Sebab setelah dua rumah di sampingnya adalah jalan buntu.
Sampai ibunya Jeng Anggita yang dipanggil Eyang Uti pun jadi berhubungan baik dengan Asti. Eyang Uti asli orang Yogyakarta. Wanita paruh baya itu itu sangat ramah dan rajin mencoba berbagai resep kue.
Setiap Satrio pulang dari perjalanan dinas luar kota, pria itu akan mengurung istrinya seharian di dalam kamar. Dia minta tidur dipeluk istrinya karena kangen berat. Malah suaminya jadi lebih manja dari si kembarnya Ibu Anggit yang baru berusia 3 tahun.
Dua anak laki- laki yang lucu yang bernama Torro dan Tarra itu sangat menggemaskan karena sedang belajar mandiri, melakukan apa pun tidak mau ditolong! Walaupun yang mereka lakukan kadang mengejutkan orang-. orang di sekelilingnya.
Hari ini Asti dikejutkan dengan kedatangan mertuanya yang datang tanpa memberi tahu. Mereka malah berencana tinggal seminggu di rumahnya. Mereka langsung datang dari Purwokerto.
Beruntungnya Asti, karena sikap kedua mertuanya santai saja karena dia belum memberikan tanda- tanda akan mendapat tambahan cucu.
Konyolnya Satrio akan melarang kedua orang tuanya membawa Asti bepergian jauh ataupun menginap.
Justru saat berkeliling kota kecil ini, Asti malah tidak tahu jalan. Akhirnya setiap dia keluar rumah bersama mertuanya mereka harus memakai bantuan GPS.
Setiap pagi, setelah mengantar Satrio berangkat kerja, Asti akan menunggu tukang sayur lewat. Begitu juga yang dilakukan beberapa ibu tetangga di sebelah rumahnya. Bahkan Pakde Cahyadi dan Bude Widyati ikut berdiri bersama menantunya itu.
Tampaknya Ibu Suparlan itu pun mendekati pasangan paruh baya itu yang tetap rukun dan harmonis
" Mbak Asti, ini siapa?" Tanya wanita itu yang kali ini memakai pakaian ala wanita yang selesai joging dengan t- shirt ungu ketat dan celana selutut yang biasa dipakai oleh atlet bersepeda.
" O, ini mertua saya, baru dua hari lalu datang dari Purwokerto!"
Bude Widya tampak senang berkenalan dengan para ibu- ibu yang satu persatu mulai keluar dari halaman rumah mereka.
" Tumben tukang sayur belum lewat juga? " Tanya ibu Fani.
"Asti apa kita ke pasar saja, sekalian jalan- jalan."
Memang tadi Asti sudah menyiapkan sarapan berupa nasi goreng dan ceplok telur. Stok sayuran di kulkas habis, setelah tadi malam Satrio dan ayahnya membuat mie rebus dengan potongan cabe rawit, kol, tauge dan sawi yang cukup banyak.
Tampaknya Ibu Suparlan agak bingung, karena tangan Asti digandeng mesra oleh ibu mertuanya masuk ke dalam rumah. Sebuah pemandangan langka baginya, bila melihat mertua perempuan dan menantu perempuan menjadi mesra dan saling menyayangi.
Tak lama, Pak Cahyadi mulai mengeluarkan mobilnya dari halaman. Asti masih memberi anggukan sopan kepada beberapa ibu yang masih setia menunggu tukang sayur langganan mereka. Mobil itu berjalan keluar dari gerbang depan perumahan khusus anggota polri itu.
Pasar di kota ini lebih besar dan lebih beragam jualannya. Pak Cahyadi dengan sabar mengangkat dua kantor kresek besar belanjaan yang berisi segala sayuran dan buah- buah. Semua itu pilihan istrinya yang selalu saja disetujui Asti.
" Sore nanti, kita ke rumah Budemu, Asti!" Ujar Pria itu kepada menantunya.
Mereka telah menyelesaikan makan siang dengan hidangan pecel, tempe dan tahu bacem ditambah kerupuk gendar yang gurih.
Sorenya mereka langsung berangkat setelah Satrio pulang. Walaupun agak lelah, pria muda itu tetap menggantikan ayahnya membawa mobil niaga terbaru itu.
Kehadiran Asti, suami dan kedua mertuanya sudah ditunggu Bude Ayu dengan harap cemas. Begitu mendengar suara mobil yang memasuki halaman depan, wanita itu segera membuka pintu depan dan langsung menyambut mereka.
" Aduh, aku kangen..."
Jerit bude memeluk kakak sepupunya yang tetap sehat dan awet muda setelah menikmati masa pensiunnya.
Di ruang makan sudah ada Bulek Ratih dengan masakan istimewanya berupa gule kambing , kalau di daerah ini disebut Tengkleng.
" Jangan nambah terus, Pak! Ingat kolesterol naik"
Satrio mengangkat wajahnya saat mendengar suara ibunya. Saking enaknya masakan itu, mereka makan dalam keadaan diam. Kecuali bunyi- bunyian yang tercipta dari dentingan sendok dan piring di meja makan besar itu.
" Sudah, Asti. Biar nanti Ninuk yang mencuci piring itu!"
" Biar, Lek cuma sedikit kok. Tanggung kalau nggak diselesaikan."
Tak lama terdengar salam yang berasal dari suara Ninuk yang muncul di pintu penghubung belakang. Wajah ABG itu tampak ceria saat melihat kehadiran Asti sang kakak.
" Mau lama di sini, Mbak?"
" Terserah Bude Widyati. Dia yang mau jalan- jalan...."
" Wuih, enaknya hidup seperti kedua mertuamu itu Mbak, banyak duit. jalan- jalan terus setelah pensiun"
Asti menatap Ninuk lama. " Mereka dulu juga belajar sampai sekolah tinggi, Ninuk. Nggak kayak kita paling cuma SMA atau SMK, lalu kerja kalau nggak rumah tangga.
Bude Widayati sarjana pendidikan sampai diangkat jadi kepala sekolah. Pakde Cahyadi kuliahnya sampai S2 dan jadi camat."
Ninuk mengangguk tanda mengerti akan penjelasan kakaknya itu. Walaupun warisannya Bude Ayu banyak , wanita itu agak keberatan untuk membiayai kuliah keponakan satu- satunya itu.
Sebab perkara melanjutkan sekolah itu bukan hanya keinginan saja, juga harus ada biaya yang tidak sedikit. Ayahnya selalu bilang kalau tidak dibantu dan dipercaya Bude Ayu mengelola sawah dan kebunnya, beliau tidak akan mampu menyekolahkan kedua anaknya minimal sampai lulus SMA.
Banyak penduduk di desa ini bekerja sebagai buruh tani yang penghasilan nya tergantung dari datangnya musim tanam atau musim panen. Upah mereka yang dibayar harian itu pun tak seberapa.
Bahkan Bude Ayu sudah memberi Lek No sertifikat rumah yang ditempatinya beserta sawah di ujung desa. Akhir - Akhir ini segala tindakan dan ucapan Bude Ayu agak membuat bingung kedua suami- istri itu.
Lagi- lagi Satrio menolak rencana kedua orang tuanya untuk membawa Asti ke rumah mereka di Purwokerto. Dulu setelah menikahi Asti, anak bungsunya itu menolak acara ngunduh mantu di rumah keluarga penganten laki- laki dengan alasan sudah harus masuk kerja karena hanya mendapat cuti seminggu.
Ibu Widyati ngotot tetap akan membawa menantunya pergi sebab Satrio selalu beralasan sibuk. Wanita itu ingin memperkenalkan Asti kepada tetangga atau kenalannya di sana sebagai menantunya mungkin dalam acara yang lebih sederhana seperti syukuran .
Kota Purwokerto sudah seperti tempat lahir keduanya bagi Ibu Widyati setelah dia menikah dan dibawa suaminya menetap di sana karena tugas dinasnya.
" Kamu itu Satrio! Kerja terus sibuk. Memang Asti kamu jadikan istri keduamu, ya?" Tanya Pak Cahyadi.
Semua orang yang sedang duduk- duduk di ruang keluarga itu terkejut dengan pernyataan Pak Cahyadi. Apa mungkin Satrio pernah punya istri sebelum dengan Asti.
" Wuih bapak, nggak mungkin itu. Asti tetap istriku satu- satunya!
" Iya, istri nomor satunya itu pekerjaanmu. Nggak bisa pisah sebentar. Lihat, setiap hari Asti di rumah aja. Bosen dia!"
Satrio terdiam. Sebenarnya dia agak sungkan sering- sering izin dengan pimpinan di tempat tugasnya yang baru. Apalagi dengan niat ibunya dulu untuk mengadakan acara ngunduh mantu. Dengan terpaksa Satrio berkilah kalau sisa uang tabungannya akan digunakan untuk membeli perabotan rumah tangga di rumah dinas yang baru. Walaupun Satrio tahu istrinya tidak menuntut dipenuhinya rumah mereka dengan perabotan serba baru dan lengkap .
Istri kedua? Asti tersenyum lembut dalam pelukan suaminya yang muda dan gagah ini. Dia rela dan ikhlas menjadi yang kedua di hidup Satrio, setelah tugas dan pekerjaannya. Bukan wanita lain. Walaupun dalam ajaran agama lelaki diperbolehkan poligami. Tetapi dia lebih banyak melihat kepahitan wanita dalam ikatan seperti itu . Contohnya Bude Ayu yang akan terus dirundung masalah dengan mantan anak- anak tirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 441 Episodes
Comments