Setelah acara ulang tahun Kenzo kemarin, badan Dikta serasa pegal-pegal semua, padahal Dikta tidak kerja banyak, cuma jalan-jalan ke mall, cari kue tart dan aksesoris untuk pesta ulang tahun. langsung balik ke rumah padahal.
Padahal mama yang paling capek. Biasa saja tidak merasa letih dan pegal-pegal,
memasak menu-menu dan kue yang sangat banyak, bahkan hingga habis acara pun masih saja harus kerja,
beres-beres rumah, membersihkan sampah-sampah bekas jajanan anak-anak dan mencuci semua perlengkapan makan para tamu,
"Kok malah Dikta yang seperti letih banget ya", tidak habis pikir Dikta, badannya tidak bersemangat dalam melakukan aktifitas,
Dikta pun ingin terus di tempat tidur.
krinnng Alarm hp berbunyi tandanya pukul 06.00, artinya Dikta harus bangun dan melakukan rutinitas pagi, yakni bersih-bersih rumah dan memasak untuk sarapan pagi.
Steven sih bekerja nya bebas bisa melalui rumah dan sesekali harus pergi ke proyek,
Steven bekerja sebagai Developer untuk proyek pembangunan mall, apartemen atau gedung-gedung bertingkat.
Hari ini Steven tidak ada jadwal ke kantor, karena Steven kemarin bilang sama Dikta, ingin istirahat, karena Steven pun merasa kelelahan.
Karena Steven tidak ke kantor, artinya Steven tidak ada kegiatan pagi ini, Dikta tidak usah memasak sarapan,
"Sangat pas", pikir Dikta. Pas banget tidak membuat sarapan karena Dikta malas bergerak. Dikta pun tidak masalah untuk bangun hingga siang.
Dikta melakukan pekerjaan rumah sendiri karena Steven suka istrinya yang meladeninya.
Lagi pula Heni tidak suka ada pembantu, karena terkadang pembantu rasa ingin tahunya terlalu tinggi atas kehidupan majikannya.
Heni tidak mau masalah Dikta dan Steven diketahui oleh orang lain. itulah sebabnya tidak ada pembantu di rumah keluarga Steven.
Baru saja Dikta berkhayal, bahwa hari ini Dikta akan bangun kesiangan.
Tiba-tiba Kenzo menangis kencang,
Dikta pura-pura tidak dengar, karena badannya terasa rontok semua.
Tangisan Kenzo semakin kencang, sehingga membangunkan Steven.
"Bangun dong Dikta, Kenzo nangis tu" teriak Steven malas.
"Badan ku terasa sakit semua bang" balas Dikta dengan manja.
"Gimana sih kamu, aku kan semalam sudah bilang, kalau aku lelah, tidak ke kantor karena ingin istirahat" ucap Steven tegas.
"Iya bang, Dikta ingat, tapi Dikta memang kurang enak badan juga, tolong Abang iya yang urus Kenzo!" Dikta memelas.
"Nggak ahh, kamu saja" Steven tidak peduli, malah membalikkan badannya dan menutup kepalanya dengan bantal, agar teriakan Kenzo tidak berisik ditelinga nya.
Kenzo pun makin kencang nangisnya, karena sudah terlalu lama Kenzo menangis, Heni pun segera membuka kamar Dikta, kebetulan kamar Steven dan Dikta tidak dikunci, subuh tadi kebetulan Dikta keluar mengambil minum dari dapur karena merasa haus.
Heni langsung mengambil Kenzo dari tempat tidur nya dan berteriak, kepada Dikta dan Steven.
"Dikta, Steven, bagaimana sih kalian, dari tadi Kenzo menangis kenapa tidak didengar" teriak Heni kencang sambil menimang-nimang Kenzo.
"Bukan tidak dengar ma, tapi Dikta lagi tidak enak badan, bang Steven juga merasa kelelahan, tadi bang Steven sudah menyuruh Dikta, tetapi Dikta memang lagi tidak enak badan ma, badan Dikta terasa lemah dan letih tidak bersemangat " Dikta mengeluhkan sakitnya.
"Sudah lah, istirahat saja kalian, biar mama yang urus Kenzo" Heni luluh.
"Tapi kamu minum obat dong, atau sarapan supaya kamu bisa lebih fit, mama ga tahan terus ngurusin Kenzo, tulang mama tidak kuat menimang-nimang Kenzo, maklum tulang mama sudah tua" ucap Heni tegas.
"Iya ma, Dikta rebahan dulu satu jam lagi ya, sebentar lagi Dikta nyusul ke dapur" mohon Dikta.
"Ok lah kalau begitu, sekarang mama mau kasih Kenzo sarapan dulu, segera ya kamu nyusul ke dapur!" ucap Heni memaksa Dikta.
Setelah sejam yang dijanjikan Dikta, akhirnya Dikta keluar dari kamarnya.
Tiba-tiba Dikta berlari-lari kecil masuk ke kamar mandi dan "uuuek...uuuueeek" Dikta muntah-muntah.
"Kamu kenapa Dikta" tanya Heni heran.
"Tidak tahu ma, Dikta rasanya pengen mau muntah saja, tiba-tiba terasa pusing dan letih" Dikta memegangi kepalanya dan perutnya, tiba -tiba balik lagi berlari ke kamar mandi "uuuueeek.... uuuueeek" Dikta kembali muntah-muntah.
"Kamu masuk angin atau lagi hamil Dikta?" tanya Heni penasaran.
"Tidak tahu ma" Dikta duduk lemas di bangku meja makan.
"Kamu ingat-ingat dulu haid terakhir kamu kapan, nanti kamu hamil!" Heni tegas dan sedikit kesal, karena Kenzo masih 1 tahun sudah harus ngurus cucu lagi.
Dikta coba mengingat-ingat tanggal terakhir haidnya, "Ohh benar.., mama benar.. aku sudah telat haid selama 1 bulan lebih" Dikta yakin.
"Aduh gimana sih Dikta, kenapa kamu tidak memberi jarak terhadap kehamilan mu.
minimal 3 tahun, atau setidaknya minimal Kenzo bisa mandiri, makan sendiri, atau bisa berjalan,
kalau sekarang Kenzo jalan saja belum bisa,
Setelah Dikta melahirkan, Kenzo mungkin sudah bisa berjalan, tetapi belum bisa mandiri, makan sendiri atau mandi sendiri" ucap Heni menjelaskan.
"Mama, Dikta belum pasti juga hamil, Dikta kan belum test pack" Dikta coba meredakan emosi Heni.
"Ya sudah, kamu test pack sana, mama yakin kamu pasti hamil" jawab Heni yakin.
"Terus kalau Dikta benar-benar hamil gimana ma, apa Dikta harus menggugurkan janin ini?" tanya Dikta ketus.
"Mau gimana lagi, ya terpaksa deh, tetapi kamu yang paling berperan aktif" jawab Heni tegas.
Dikta pun coba memeriksa kotak obatnya, atau laci-laci meja di kamarnya, seingatnya kemarin Dikta ada test pack 1 buah.
Dikta pun segera memeriksa laci-laci meja di kamarnya, "ehh benar ada, lumayan tidak capek-capek lagi belinya ke apotek", pikir Dikta dalam hati nya.
Dikta lantas buru-buru masuk ke kamar mandi untuk segera mengunakan test pack nya agar Dikta tidak penasaran, apakah Dikta hamil atau tidak hamil.
Setelah beberapa menit di kamar mandi Dikta langsung memasukkan alat testpack itu kedalam air seni yang sudah di tampung nya,
beberapa detik terlihat hasilnya garis 2, artinya Dikta benar-benar positif hamil.
Dikta tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepada Heni, karena pasti Heni akan marah-marah pada Dikta.
"Biarlah mama yang menanyakan nya sendiri", pikir Dikta.
"Kira-kira Steven akan marah atau gembira nggak apa?" pikir Dikta bingung.
"Ahh sudah lah, pusing aku, jalani saja lah, aku pun masih ingin istirahat" Dikta lantas merebahkan badannya, mencoba cuek, terhadap masalah yang dihadapinya.
Heni masih belum selesai menyuapi Kenzo,
karena Kenzo sedikit cengeng dan tidak mau makan.
Tidak tahu karena apa, apa perutnya terasa kembung sehingga tidak berselera untuk makan,
atau kah kekenyangan, karena terlalu banyak minum susu, Heni tidak mengerti,
selagi Kenzo masih mau makan, walaupun hanya sesendok demi sesendok kecil, tidak apalah yang penting habis, pikir Heni dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Litaalzhaazzila Azzila
biasanya anak yg di lahirkan gak normal, lagian bukannya bertobat ee malah jadi 🤦♀️
2022-12-18
0