Setelah Dikta dan Steven melakukan hubungan suami-istri. Agaknya membuat Dikta merasa ketagihan dan ingin melakukan hubungan suami-istri lagi, terkadang pakaian Dikta terlalu menggoda, sehingga Steven merasa tidak tahan untuk menahan hasratnya, Tetapi karena Heni ada di rumah, tidak mungkin bagi mereka untuk melakukan hubungan suami-istri.
3hari tidak melakukan hubungan suami-istri, Hasrat Dikta tidak terbendung lagi, Dikta sengaja ingin minta makanan yang bahan pembuatan nya tidak ada tersedia di kulkas, maksudnya agar Heni pergi belanja ke pasar.
Pagi pagi sekali, Dikta bangun dengan wajah manja dan memelas, "Ma, pengen makan rendang sapi, mama beli dong daging sapi, supaya kita bisa masak rendang", pinta Dikta manja dan memelas.
"Kamu ini, ada ada aja deh nya permintaannya kayak orang lagi ngidam aja, apa kamu lagi ngidam, sampai segitunya minta pengen makan rendang?", tanya ibu tegas kepada Dikta.
"Iiidih. apaan sih mah, tidak mungkin lah ngidam, secara Dikta belum menikah", sedikit panik Dikta mencari jawaban atas pernyataan mamanya, Heni.
"Kali aja", ucap Heni jengkel, karena dipaksa belanja untuk membeli daging sapi.
"Ayo dong ma, tapi Dikta memang ingin sekali makan rendang, Dikta lagi tidak berselera makan, seperti nya makan rendang, membuat selera makan Dikta besar", ucap Dikta penuh alasan.
"Iya deh, tapi kamu ikut dong temani mama, supaya kamu tahu bagaimana cara belanja di pasar", ajak Heni.
"Iiidih, nggak deh ma, mama aja yang ke pasar nya, di pasar kan jorok, becek, nggak deh ma, mama aja ya belanjanya", ucap Dikta menolak agar tidak ikut menemani Heni ke pasar.
"Kamu tuh ya, jangan sok tidak pernah susah ya, dulu aja kita makannya 1 kali sehari, nggak ada permintaan pengen makan rendang lah, apalah, kamu makan aja sudah syukur", ucap Heni mengingatkan kondisi ekonomi mereka saat susah.
"Sudah deh ma, jangan ngungkit ngungkit saat susah dulu deh, pengennya saat itu jangan diingat, habis menyedihkan sekali", ucap Dikta kesal.
"Terus sekarang masih pengen dimasakin rendang?", tanya Heni mengulangi.
"Masih pengen dong", ucap Dikta sambil tersenyum.
"Terus ke pasarnya ikut tidak?", tanya Heni kembali.
"Tidak dong ma, mama aja yah belanjanya, Dikta lagi tidak pengen keluar rumah", ucap Dikta mencari alasan.
"Ya udah deh, mama pergi ke pasar, ada lagi nggak yang pengen kamu beli dan kamu makan, barangkali aja kamu pengen sekalian gerobaknya atau penjual nya sekalian?", tanya Heni meledek sambil mencandai anak perempuannya.
"Iiidih mama, ada ada aja deh", ucap Dikta manja.
Setelah pergi mandi dan siap siap pergi ke pasar, tidak beberapa lama Heni pun berangkat ke pasar mengendarai sepeda motornya.
Dikta pun senang tiada terkira, Dikta mengantar ibunya sampai depan rumah "Hati-hati di jalan ya mama", pesan Dikta kepada Heni
"Iya, mama pergi dulu ya", ucap Heni sambil menyalakan motornya dan segera melaju meninggalkan Dikta, hingga tidak terlihat lagi oleh Dikta, kemudian Dikta langsung masuk ke rumah dan segera mengetuk pintu kamar Steven.
Tok...tok...tok..
"Kak..buka dong pintunya", ucap Dikta memohon.
krek..pintu dibuka.
"Ada apa", ucap Steven.
Dikta pun langsung masuk dan langsung melompat naik ke tempat tidur Steven.
"Hei, apa apaan sih kamu, nanti ketahuan ibu lho", ucap Steven ketakutan.
"Tenang aja kak, mama sudah pergi ke pasar", ucap Dikta melompat dari atas tempat tidur untuk merangkul tubuh Steven.
"Kamu yakin", ucap Steven sambil melihat ke arah ruang tamu.
"Yakinlah, aku antar mama tadi sampai ke luar rumah", ucap Dikta terus memeluk tubuh Steven.
Steven pun segera membalas pelukan Dikta sambil terus menciumi bibir dan leher Dikta.
"Rindu banget aku kak, setelah hubungan suami-istri yang kita lakukan kemarin, begitu lamanya aku harus menunggu 3 hari lagi, aku ingin kita melakukan nya setiap hari", ucap Dikta manja di telinga Steven.
"Bagaimana kelanjutan dari hubungan kita ini Dikta?, kamu kan tahu hubungan kita sedarah, dan pasti nya hubungan terlarang dan tidak direstui", ucap Steven ketakutan.
"Santai aja kali kak, yang penting kita bisa berdua dan melakukan ini dengan mesra itu sudah cukup untuk ku, besok besok kita pikirkan lagi bagaimana penyelesaian nya", ucap Dikta santai sambil terus melakukan aksinya menciumi semua bagian tubuh Steven, begitu juga Steven sangat bernafsu menikmati tubuh Dikta.
Baik Dikta maupun Steven, sama-sama belum pernah melakukan hubungan suami-istri, Keperjakaan Steven direnggut oleh Dikta, begitu juga keperawanan Dikta di renggut oleh Steven.
Dikta dan Steven sama-sama bernafsu karena 3 hari hasrat dan keinginan mereka tertahan karena ada Heni, kalau Heni ada, Dikta dan Steven tidak berani melakukannya.
Dikta dan Steven kembali mengulangi hubungan intim mereka, yang pertama karena terburu-buru dan nafsu yang menggebu-gebu. Untuk yang kedua ini dilakukan secara santai, membuat rekaman video adegan mesra mereka.
Terdengar suara ******* mereka dan sesekali Dikta juga tertawa manja dan nakal. Entah apa yang ada di benak mereka, atas hubungan terlarang ini. masing masing berpikir hanya untuk segera menyelesaikannya, dan tidak ingin nafsu mereka tidak terpuaskan.
Setelah selesai melakukan hubungan suami-istri tersebut, Dikta dan steven segera memakaikan pakaian mereka masing masing, "Takut kepergok Heni nanti", gumam Steven dan Dikta dalam hati.
Dikta kembali ke kamarnya, dan Heni belum juga sampai di rumah, tidak apa bathin Dikta dalam hati. Aku bisa pura-pura beberes rumah, agar Heni tidak curiga dan tidak bertanya yang tidak-tidak bila pintu rumah lama dibukakan.
Belum juga Dikta selesai membersihkan rumah, Heni sudah datang dari pasar, tetapi Dikta sengaja tidak mengunci pintu, agar Heni bisa langsung masuk ke rumah, tanpa mengetuk-ngetuk pintu.
Heni senang melihat putrinya membersihkan rumah, biasanya putrinya Dikta, malas tidak mau membereskan rumah. "Ada hujan apa tadi turun dari langit?", tanya Heni meledek Dikta, karena rajin membereskan rumah.
"Apaan sih ma, rajin salah, ga rajin makin salah, mama maunya aku apa?", tanya Dikta pura-pura kesal.
"Mama maunya, putri mama ya rajinlah, masak maunya tidak rajin, kan tidak lucu namanya", ledek ibu.
"Sudah dong ma, jangan meledek Dikta terus deh, besok besok Dikta tidak mau membersihkan rumah ya", ancam Dikta.
"Jangan dong sayang, kalau kamu tidak membersihkan rumah, masak iya kakak kamu Steven yang membersihkan rumah, atau maksud kamu mama yang membersihkan rumah, itu namanya kamu anak tidak tahu diri namanya, atau anak durhaka. Masak iya mamamu kamu biarkan membersihkan rumah mu, itu namanya, anak yang tidak menghargai dan menghormati orang tua", ucap Heni dengan antusias dan menasihati putrinya Dikta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments