Di rumah, Angelica kepikiran terus sosok Steven "Mengapa aku terus memikirkan Steven?, apakah aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama?", pikir Angelica dalam hati, gundah gulana perasaan nya, sambil mengacak acak rambutnya.
"Harusnya aku tidak usah memikirkan dia, bagaimana kalau Steven sudah punya pacar, pasti aku akan kecewa banget", bathin Angelica dalam hati dan ingin segera membuang perasaan nya kepada Steven.
Angelica sangat tidak bersemangat untuk melakukan kegiatan, padahal ada tugas-tugas siswa yang harus di periksa, untuk memasukkan nilai bulanan siswanya, karena sebentar lagi siswanya akan menerima raport bulanan. Angelica mencoba untuk fokus menyelesaikan tugasnya, tetapi semangatnya dan konsentrasinya juga tidak kunjung datang.
Hingga larut malam Angelica tidak bisa tidur lelap karena yang ada dipikirannya saat ini adalah sosok Steven yang telah mencuri hatinya.
Akhirnya Angelica lelah sendiri dan terlelap setelah jam 4 dini hari.
krinnggggg....krinnng Alarm nya berbunyi kencang, sengaja Angelica menyetelnya begitu kencang, kalau tidak, pasti Angelica masih terlelap jam segini.
Sudah menunjukkan jam 6.30 pagi. Buru-buru Angelica terperanjat dari tempat tidur nya, dan segera beberes apa yang perlu dibawanya ke sekolah, untuk mandi sepertinya tidak sempat lagi dilakukan, hanya bisa cuci muka saja, karena hari ini kebetulan Angelica yang piket, harus terlebih dahulu datang, daripada guru-guru lain yang tidak piket.
Langsung tancap gas Angelica menggunakan sepeda motornya, untuk sarapan pun tidak sempat dilakukan, Angelica pamit kepada ibu dan adik-adiknya. "Angelica berangkat y Bu!", ucap Angelica dengan buru-buru mengeluh sepeda motornya dari garasi dan langsung tancap gas memacu sepeda motornya.
Dengan laju kecepatan yang cukup kencang, karena tidak fokus lagi pikiran sudah bercabang kemana-mana, tiba tiba di ujung gang Angelica hampir laga kambing dengan sepeda motor yang datang dari depan, karena keduanya saling memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.
Untung tidak terjadi apa apa. Begitu sepeda motor hendak melanjutkan perjalanan menuju sekolah, tiba-tiba Angelica di kagetkan dengan suara yang memanggil-manggil namanya "Hai, Angelica, ketemu lagi kita disini, mau pergi kerja ya!", tanya suara tersebut, sepertinya suara itu tidak asing ditelinga Angelica, "seperti pernah mendengar suara itu", gumam Angelica dalam hati, sambil mencari-cari asal suara tersebut.
"Kamu Stev, iya Angel mau kerja. Kamu sendiri mau kerja juga?", ucap Angelica ramah menyapa Steven. Sudah tidak ada lagi dipikiran Angelica, bahwa saat ini harusnya Angelica harus buru-buru ke sekolah, karena hari ini Angelica piket.
"Yang penting Angelica ingin selalu dekat dengan Steven, masalah lain itu bisa diatur", gumam Angelica dalam hati, mengatur siasat alasan apa nanti yang Angelica katakan kepada kepala sekolah, bila ia terlambat sampai di sekolah.
Angelica berjalan beriringan dengan Steven dengan pelan sambil bercerita menuju tempat kerja Steven di ujung dekat lapangan.
Steven tersadar dan menegur Angelica "He, sudah jam berapa ini, bukannya kamu ke sekolah harus cepat berangkat, secara ini sudah jam 7:30, sudah telat dong kamu", Angelica hanya menjawab santai "Tidak apa-apa, nanti tinggal cari alasan kalau ada kepentingan mendadak".
"Kamu ini ya, sepuluh lagi oknum guru seperti kamu, bisa rusak negara ini", ledek Steven dengan senyum-senyum.
"Iiih, kamu bisa aja", ucap Angelica sambil mencubit manja perut Steven. "Aduh...aduh..sakit tahu", teriak Steven.
"Aku sudah sampai di tempat kerja, terima kasih ya sudah mengantar ku, kapan-kapan kita ketemu lagi ya", ucap Steven penuh harap.
Angelica pun senang dengan perkataan Steven seperti itu, sepertinya membuka peluang, bahwa Angelica dan Steven ada kesempatan bertemu lagi.
****
Seperti biasa, hari minggu pagi, karena tidak ada aktifitas dan merasa bosan di rumah tidak ada kegiatan, Angelica bermaksud untuk bersepeda keliling lapangan, selain untuk membakar lemak-lemak yang ada di tubuhnya, Angelica juga berharap bisa bertemu dengan Steven. "Malu juga bila mendatangi rumah Steven seorang diri, tanpa ditemani seorang teman, sebagai perempuan baik-baik, harus bisa menjaga harga diri", pikir Angelica dalam hati.
Ternyata prediksi Angelica benar, dari kejauhan belum juga nyampe di lapangan, sosok Steven sudah terlihat memakai T-shirt tanpa lengan berwarna biru, dengan sepatu olahraga berwarna putih dan celana pendek berwarna biru, setelan itu membuat lekukan tubuh Steven terlihat atletis, dan semakin menunjukkan kemacho annya, siapun wanita pasti akan tergoda.
Angelica mendekati sosok Steven, sambil mengayuh santai sepedanya. Seeet.....sepeda di rem tepat disamping Steven yang kebetulan berolah raga melakukan gerakan gerakan pemanasan, agar tidak merasa kram bila sedang berlari mengelilingi lapangan.
"Pagi Steven, bersemangat sekali olah raga nya", goda Angelica.
"Iya dong, sehat itu pengorbanan, harus ada pengorbanan yang dilakukan bila ingin sehat dan bugar", ucap Steven tegas.
"Iya deh, tapi aku juga kan melakukan pengorbanannya juga, bersepeda keliling lapangan kan juga olah raga", Angelica tidak mau kalah.
"Iya iya, kamu memang tidak pernah mau kalah, ada saja jawaban, yang seolah-olah tidak pernah habis dari pikiran kamu", ledek Steven.
Angelica dan Steven, makin hari makin dekat dan ada saja perkataan dan topik mereka sehingga, obrolan mereka tidak pernah habis. Angelica merasa cocok dengan Steven, begitu juga Steven merasa cocok dengan Angelica.
Entah siapa yang pertama kali mengucap cinta, Angelica pun tidak ingat lagi, seperti mengalir saja hubungan mereka, terkadang Steven memegang tangan Angelica ketika berjalan, menyuapi Angelica ketika makan, bahkan entah sudah berapa kali malam minggu mereka lewati dan selalu nongkrong berdua duduk mesra di pinggir taman.
Angelica tidak ingat, tanggal dan bulan mereka jadian, seperti nya tidak ada yang mengungkapkan itu, tiba-tiba hubungan Angelica dan Steven mesra dan sering bergandeng tangan. Angelica pun tidak pernah menanyakan itu, begitu juga Steven.
Ketika ada teman pria Angelica ketemu di luar, saat Angelica dan Steven jalan berduaan, ada sorot cemburu dimata Steven ketika teman pria Angelica memegang tangan Angelica. Angelica pun mengambil kesimpulan bahwa Steven mencintai Angelica.
Angelica tidak peduli tanggal dan bulan jadian mereka. "Yang pasti hubungan mereka baik baik saja", pikir Angelica dalam benak nya.
Terkadang Steven juga memarahi dan menasihati Angelica bila melakukan perbuatan yang tidak baik, Steven juga mengungkapkan rasa cemburunya bila ada telpon atau chatingan dari teman pria se sama guru. Dari semua sikap dan tingkah laku Steven Angelica mengambil kesimpulan bahwa Steven sangat mencintai dan menyayangi Angelica.
Dari sifat terbuka Steven, Angelica tahu, bahwa Steven adalah anak pertama dari dua bersaudara, Steven mempunyai adik perempuan yang seumuran dengan Angelica, adik perempuan nya tinggal bersama ibunya.
Dulu keluarga Steven sangat miskin ketika Steven kelas 3 SD, ayah nya meninggal dunia, sepeninggal ayahnya hidup mereka semakin bertambah susah, dan sering di gunjingkan orang lain karena miskin, sekarang Steven bisa membuktikan ke orang-orang, bahwa Steven yang dulu tidak sama dengan Steven yang sekarang, sekarang Steven adalah seorang yang memiliki segalanya, boleh dibilang cukup sukses, walaupun Steven tidak menunjukkan gaya hidup mewah.
Dari keterbukaan Steven, berarti Steven sudah menganggap Angelica adalah teman berbagi nya, mau menceritakan semua kepahitan nya. Bila seorang pria melakukan hal itu, berarti teman wanita nya adalah orang spesial yang bisa menumpahkan segala suka maupun dukanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments