Setelah menginap di rumah sakit selama hampir 3 hari, akhirnya Dikta sudah diizinkan pulang ke rumah. Segala barang-barang dikemas dan dibawa kembali pulang ke rumah, termasuk baby junior, Heni yang menggendong baby junior, Karena Dikta belum paham cara menggendong.
Steven memapah dan menggandeng tangan Dikta hingga masuk kedalam mobil. Setelah semua barang sudah dimasukkan kedalam mobil, akhirnya mobil di laju berangkat menuju rumah, Steven berkewajiban mengendarai mobil. 3 bulan yang lalu mobil ini di beli Steven, agar mempermudah Steven untuk berangkat ke tempat kerja, karena kebetulan Steven ada proyek di Tanjung Karang.
"Akhirnya sampai di rumah" ucap Heni sambil membuka pintu mobil dan segera turun dari mobil menuju rumah.
"Selamat datang baby junior di rumah kita" ucap Heni setelah masuk ke dalam rumah.
Semua barang-barang di keluarkan dari mobil dan dibawa masuk ke dalam rumah.
Heni pun segera merebahkan baby junior di dalam kamar Dikta, tempat tidur baby junior sudah di persiapkan sebelum Dikta lahiran.
Setelah merebahkan baby junior di tempat tidur nya Heni berbicara, "Steven kamu sekarang tidur di kamar Dikta, layaknya suami istri" Steven dan Dikta terkejut dan terdiam tidak menyangka Heni akan bicara seperti itu, segera di sahut Steven "Baik ma" Steven pun segera mengemasi pakaiannya dari kamar nya dan memasukkan nya ke lemari yang ada di kamar Dikta.
Melihat ada mobil parkir di depan rumah Heni. Tetangga datang bermaksud untuk menjenguk dan melihat baby junior.
"Permisi" ucap ibu-ibu serentak.
"Iya, silahkan masuk" teriak Heni dari dalam kamar, sebelumnya Heni berada di kamar Dikta untuk merebahkan baby junior di tempat tidur nya. Tetangga pun masuk menuju kamar Dikta.
"Iiidih, gantengnya, mirip papanya ya" ucap salah satu ibu-ibu tersebut.
Dikta dan Heni pun hanya senyum- senyum.
Melihat ibu-ibu lumayan banyak yang datang, Heni segera keluar dari kamar dan menuju dapur, apa saja makanan yang ada di dapur di keluarkan, Ada sekotak bolu pisang dan termasuk buah-buahan yang kemarin di beli Heni dari depan rumah sakit. Heni senang ada tetangga yang perhatian kepada keluarganya, baru kali ini Heni merasa diperhatikan tetangga. Sehingga Heni tidak pelit-pelit mengeluarkan stok makanan yang ada di dapur.
Ibu-ibu pun senang di sambut dengan sukacita oleh keluarga Heni, sesekali terdengar suara tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah dari baby junior yang terkadang berubah-ubah.
Semua mengucapkan "Selamat ya kepada Dikta, semoga Dikta dan baby bertambah sehat dan dilimpahkan rezekinya buat papanya" ucap para ibu-ibu sambil permisi untuk pamit pulang. Mereka juga ada menyerahkan bingkisan untuk si baby junior "
"Terima kasih banyak ya ibu-ibu atas perhatiannya dan kasih sayang nya kepada kami dan baby junior, semoga dilimpahkan juga rezekinya kepada ibu-ibu, semua kita disini sehat-sehat y ibu-ibu" ucap Dikta membalas ucapan terimakasih ibu-ibu yang datang menjenguk.
Ibu-ibu pun segera izin pamit pulang dan segera meninggalkan rumah Heni.
Heni segera membereskan segala yang bisa dibereskan, karena beberapa hari rumah ditinggal, kursi-kursi dan lantai sangat berdebu, Steven membantu Heni untuk beberes, sedangkan Dikta dikamarnya rebahan, karena Dikta pun sementara waktu tidak boleh beraktifitas terlalu banyak, agar luka operasi cepat pulih.
Setelah semua rasanya sudah beres, Heni pun segera pergi istirahat masuk kedalam kamarnya, karena selama dirumah sakit tidur Heni tidak pernah pulas dan nyenyak, entah mengapa Heni tidak bisa terpejam ketika beberapa hari di rumah sakit kemarin.
Begitu juga Dikta dan Steven ingin beristirahat melepas lelah dan penat selama beberapa hari di rumah sakit, tidak nyaman tidur.
Dikta senang bisa sekamar dengan Steven, baru saja dia berharap untuk bisa kembali mesra dengan Steven, tidak beberapa lama Heni langsung mengabulkan keinginannya.
"Apakah bang Steven senang kita bisa sekamar begini?" tanya Dikta ingin tahu perasaan Steven.
"Sudahlah, aku ingin istirahat dan bisa tidur lelap, besok-besok kita omongin lagi" ucap Steven langsung menutup matanya dan berharap bisa langsung terpejam.
Dikta pun tidak bisa memaksa Steven untuk menjawab pertanyaan nya, yang pasti saat ini Dikta merasa senang dan bahagia, Dikta pun tidur sambil memeluk tubuh Steven.
"uuuek...u...uuuek..." teriak baby junior,
Padahal baru saja Steven terpecam matanya dan sebentar terlelap, mata masih ingin rasanya tidur kembali karena rasa ngantuk yang amat sangat, tetapi karena rengekan dan teriakan baby junior yang terus menerus tiada henti membuat Steven tidak bisa melelapkan tidurnya kembali.
Dengan malas Steven menyuruh Dikta untuk segera menyusui baby junior, tetapi Dikta dengan manjanya mengatakan "Abang aja lah yang memberi susu, badan ku terasa pegal dan sakit semua"
Steven pun geram dan kesal Dikta tidak peduli dengan rengekan baby junior, "Gimana sih, kamu kan ibunya, masa kamu tidak peka dan kasihan mendengar tangisannya".
Karena tangis baby junior semakin kencang dan tidak henti-hentinya, Heni tersentak dan kaget mendengar suara tangisan baby junior, Heni pun turun dari tempat tidurnya dan pergi menghampiri baby junior.
"Disini kalian rupanya, kenapa tidak mendengar baby junior menangis" tanya Heni kesal dan langsung menggendong dan menimang-nimang baby junior supaya bisa mereda tangkisnya.
"Buat dong susunya" perintah Heni kepada Steven. Karena memang Dikta belum bisa banyak bergerak cepat.
"Bagaimana caranya ma?" tanya Steven balik, "Aduh" keluh Heni, tidak bisa disalahkan juga Steven yang membiarkan baby junior menangis, karena Steven memang belum paham cara membuat susu. "2 sendok susu untu 80ml air hangat, jangan terlalu panas, suam-suam kuku saja, tetapi sebelumnya botol susunya dicuci dulu bersih kemudian direndam air hangat, agar bisa membunuh bakteri yang melekat pada botol susunya" mama memberi penjelasan.
"Aduh ribet banget sih ma" ucap Steven kesal.
"Iya memang harus begitu, semua-semua harus steril, karena imun baby masih belum ada untuk menangkal segala bakteri penyakit" ucap Heni panjang lebar.
Kewalahan Steven melakukannya, akhirnya selesai juga membuat 1 botol susu.
"Ini mah susunya" Steven menyerahkan botol susu kepada Heni.
Henipun segera memberikannya kepada baby junior, dan baby junior pun kembali terlelap setelah minum susu.
"Baby emang begini, kalau nangis ya, mungkin karena lapar, atau karena popoknya basah, kedua itu yang lebih diutamakan harus diperhatikan" ucap Heni tegas.
Steven pun langsung manggut-manggut "Iya ma".
"Kalian berdua harus belajar bagaimana merawat baby, bukan tahunya membuat aja" ucap Heni kesal.
Kamu juga Dikta, harus belajar bagaimana cara membuat susu dan menimang-nimang baby junior setidaknya bisa meredakan rengekannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments