Setelah Dikta melahirkan, Steven tidak pernah lagi berhubungan dengan Angelica, terakhir Steven mengatakan kepada Angelica, bahwa Steven lagi sibuk, mengerjakan proyek ke Kalimantan, dan daerah tempat Steven bekerja tidak ada sinyal, sangat susah untuk menelepon karena jaringan tidak ada, para karyawan proyek memakai HT.
Angelica sedih tidak bisa lagi berhubungan dengan Steven, nomor SIM card yang diberikan ke Angelica tidak pernah diaktifkan lagi. Angelica sedikit pun tidak menaruh curiga terhadap Steven, Angelica merasa bahwa Steven, adalah laki-laki yang jujur.
Angelica sedang duduk termenung di depan rumah, sudah 4 bulan terakhir ini Angelica jadi sedikit pendiam, biasanya Angelica adalah anak yang periang.
"tar.." teriak Veni sengaja mengagetkan Angelica, tetapi Angelica tidak terkejut.
"Wah, gawat kamu Angel, mengapa kamu tidak bergeming sedikitpun, padahal aku sudah teriak sekeras-kerasnya.
Angelica hanya diam saja, pandangan nya kosong tidak bersemangat untuk melakukan apa saja, bahkan untuk berbicara pun dengan Veni tidak berselera, Angelica kembali melanjutkan lamunannya.
"Kenapa sih kamu Angel, kok sikapnya akhir-akhir ini, bawaannya diam dan termenung sendiri tidak bersemangat seolah-oleh putus asa gitu" tanya Veni kesal melihat adiknya selalu diam dan termenung.
Angelica tetap diam bahkan memutar arah duduknya, maksudnya lagi tidak ingin diganggu.
Veni pun segera menyadarkan Angelica agar tidak termenung sendiri begitu " Angel sudah dong, semangat dong, jangan membuat kakak takut" teriak Veni sambil mendorong-dorong tubuh Angelica.
"Kakak apaan sih, aku lagi pengen sendiri dan tidak ingin di ganggu" Angelica kesal.
"Angel tolong bagi sedikit bebanmu kepada kakak, karena kakak tidak senang kamu seperti ini, seperti orang linglung saja" ucap Veni kesal.
"Biarin seperti orang linglung" ucap Angelica cuek.
Veni pun marah dan kesal, Angelica tetap tidak mau terbuka kepada nya.
"Angel, kakak sangat mengkhawatirkan kondisi kamu seperti ini, kamu seperti tidak bersemangat dan selalu termenung, Sebenarnya ada apa sih, apa yang sedang terjadi?" Veni penasaran.
"Steven Kak " Angelica diam
"Iya, kenapa dengan Steven" Veni bingung.
" Steven tidak pernah menghubungi Angelica lagi, katanya Steven sedang ada proyek di Kalimantan, tempatnya jauh dari pemukiman penduduk tidak ada sinyal, sehingga tidak bisa menghubunginya" ucap Angelica sedih.
Veni menarik napas panjang, bingung hendak mengucapkan apa.
Pelan-pelan Veni mencoba berbicara dengan Angelica, takut membuat Angelica tersinggung dan sakit hati, mahal tidak mau lagi terbuka akan masalah nya.
"Menurut perasaan mu, Steven gimana orangnya?" tanya Veni lembut.
"Steven orangnya baik, terbuka dan menurut ku jujur" ucap Angelica antusias.
"Berarti kamu yakin dan percaya kalau Steven benar-benar di Kalimantan dan memang karena tidak ada sinyal, makanya tidak menghubungimu, iyakan?" Veni memastikan pernyataan nya.
Angelica manggut-manggut.
"Terus yang membuat kamu termenung dan banyak diam, karena apa dong?" Veni bertanya balik kepada Angelica.
Angelica diam sejenak tidak menjawab apa-apa. Tidak beberapa lama kemudian kembali mulai mau berbicara.
"Teman-teman ditempat kerjaan tidak ada yang percaya kalau Steven benar-benar di Kalimantan, dan tidak mau menghubungi karena tidak ada sinyal.
''Kalau memang Steven cinta sama kamu, tidak mungkin Steven tidak berusaha menghubungi mu'' ucap semua teman kerjaan kepadaaku. Angelica mengulangi perkataan teman-temannya.
Sebenarnya Veni sependapat dengan teman Angelica, tetapi tidak mungkin Veni mendukung teman Angelica, bisa-bisa Angelica akan ngambek dan tidak mau terbuka lagi kepada Veni.
Veni bingung harus mengatakan apa. Sejenak Veni diam tidak bisa berkata-kata.
"Ya sudah, kamu tidak usah memikirkan apa kata orang, sekarang turuti saja apa kata hati mu, kalau kamu memang percaya Steven baik-baik saja, ya sudah tidak apa-apa.
Tetapi kakak berharap kamu tidak banyak temenung dan diam sendiri an melamun, harusnya kamu bertambah semangat, dan tetap berdoa, mudah-mudahan Steven tidak berbuat yang macam-macam disana, ayo sekarang tersenyum dong" Veni memberi semangat dan dorongan kepada Angelica.
Akhirnya Angelica kembali tersenyum.
"Terima kasih banyak kak, kakak sudah memberi semangat dan dorongan kepada ku" ucap Angelica tersenyum dan segera memeluk erat Veni.
Veni pun bahagia bisa melihat Angelica tersenyum dan ceria kembali.
...****************...
Disisi lain.
Di kehidupan Steven.
Steven tidak menghubungi Dikta karena sekarang Steven sudah menikmati hidup sebagai kepala keluarga yang baik, Steven makin sayang kepada Dikta, Steven juga sangat menikmati sebagai ayah.
Steven sekarang begitu royal dan tidak pelit dalam mengeluarkan uang untuk memesan makanan siap saji dari rumah bila Dikta dan Heni malas untuk masak.
Bahkan untuk kebutuhan pribadi seperti salon dan barang-barang fashion seperti: Tas, sepatu dan pakaian dari mall. Steven ikhlas memberinya, bahkan sangat royal,
walaupun begitu banyak menghabiskan rupiah, Steven tidak marah,
Karena menurut Steven, bila semakin royal kepada istrinya dan Heni ibunya, maka proyeknya akan semakin lancar, rezekinya akan bertambah-tambah, ada-ada saja rezekinya yang diterimanya.
Steven juga sangat perhatian kepada baby junior, perhatian Steven melebihi perhatian Dikta yang sebagai ibu kandungnya, baby junior begitu di manja, hampir setiap hari selalu dibeli mainan.
"Jangan terlalu memanjakan baby junior lho bang, jangan semua-semua harus dibeliin, nanti kita juga yang repot" ucap Dikta menasihati.
"Tidak kok, biarkan dia bermain, supaya imajinasi nya berkembang" Steven memberi pandangan.
"Sudah lah, berdebat terus tidak ada gunanya, toh tidak mengurangi uang belanja yang diberikan kepadaku" Gumam Dikta dalam hati.
Melihat sikap dan tingkah laku Steven yang berubah seratus delapan puluh derajat setelah kelahiran baby junior, Dikta pun semakin sayang dan cinta kepada Steven, begitu juga Steven semakin bergairah melihat perubahan Dikta yang terlihat lebih muda dan lebih putih kulitnya, karena sering ke salon.
Setelah selesai makan malam jam 19.00, sebentar berbincang-bincang di meja makan dan kembali lanjut nonton tv disofa. Akhirnya jam 21.00 beranjak masuk ke kamar untuk beristirahat.
Dikta sebentar ke kamar mandi untuk mencuci mukanya, sebelum tidur Dikta rajin untuk mengoleskan cream malam ke wajahnya agar wajah nya terlihat cantik.
Segera juga Dikta mengganti busana tidurnya dengan memakai daster yang transparan, terlihat lekukan tubuh Dikta, Steven segera menarik nafas panjang tidak tahan digoda dengan pemandangan indah tersebut.
Steven pun langsung menarik Dikta ke atas ranjang, bergulat dan bermain sepuas hatinya terhadap bagian sensitif Dikta, Dikta pun mengerang semakin bernafsu mempermainkan bagian sensitif Steven juga, tidak ingin menunda-nunda dan merasa malu-malu lagi, mereka berdua sama-sama menggebu-gebu memuaskan hasrat masing-masing, dan keduanya pun langsung tergeletak tidur dengan napas yang masih ngos-ngosan seperti sedang berlari jarak pendek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments