Seruni Bab 14

Sabir dan Suga maju ke depan dua langkah sejajar dengan Seruni. Ada raut gelisah dan ketakutan di wajah Sabir. Bagaimana pun dia yang membuat tuduhan Dokter pembunuh. Kini, dia dihadapkan pada pembuktian yang dua-duanya tidak menguntungkan baginya. Jika terbukti dia sendiri akan mati, dan jika tidak terbukti dia akan malu.

Berbeda dengan Sabir yang gelisah. Suga terlihat santai dengan wajah angkuhnya. Dia sudah menyusun rencana licik untuk Seruni. Rencana yang menurutnya sangat cerdik. Suga sedang meremehkan perempuan bergelar Dokter Kandungan di sampingnya itu.

"Menyerah saja, mumpung masih ada waktu. Daripada nanti ada apa-apa sama saya dan Sabir malah kamu yang repot," bisik Suga, sangat pelan sembari mengeluarkan kedipan mata genitnya.

"Menyerah hanya untuk pecundang yang takut mengakui kemenangan orang lain," jawab Seruni, meski lirih tapi sangat tegas.

Kepala Adat mempersilahkan pada Seruni untuk melakukan pembuktian dengan memegang kedua pria yang kini berdiri di samping kiri dan kanannya itu.

"Nama saya Seruni. Demi tegaknya kebenaran, mari kita semua membuktikan dan saksikan, apa yang akan terjadi pada kedua bapak ini jika saya memegang mereka? Untuk mempersingkat waktu, langsung saya mulai saja." Seruni memejamkan matanya untuk berdoa sebentar.

"Halah, baca mantra segala," cibir Suga.

Seruni, hanya menbalasnya dengan sebuah senyuman. "Kalian bersorak lah Jika kutukan itu benar. Kalian akan mati dengan menyedihkan. Lihatlah badan kalian. Gagah dan seperti bertenaga, tapi kalah hanya dengan satu pegangan tangan Seruni," bisiknya sembari menatap Suga dan Sabir satu per satu.

Ucapan Seruni sukses membuat Sabir semakin pucat. Tangannya berkeringat dan kakinya gemetaran. Setelah semua yang ada di sana terlihat tidak sabar, Seruni dengan penuh percaya diri menggenggam pergelangan tangan Suga dan Sabir layaknya tiga orang yang bergandengan tangan. Sebagai seorang dokter tentu saja Seruni bisa mendeteksi apa yang dirasakan keduanya dari hitungan denyut nadi yang terasa di genggamannya. Seruni tersenyum kecut, dengan sengaja dia mengeratkan genggamannya. Di wajahnya sama sekali tidak ada raut kekhawatiran.

Bulir keringat sebiji mentimun, mulai mengalir di kening Sabir. Laki-laki itu sungguh gugup dan cemas. Air hangat dan kekuningan pun mengalir dari sela-sela kedua pahanya. Celana bagian depannya jelas terlihat basah. Bau khas air seni dari orang yang kekurangan air putih pun tercium menusuk hidung.

Baru sepuluh menit, celana pak Sabir sudah terguyur cairan air kecilnya sendiri dua kali. Sebagian yang hadir, dengan susah payah menahan tawanya. Sayaka menatap Seruni dengan tatapan cemas. Bukan karena takut tuduhan warga terbukti benar. Tapi lebih pada kecemasan menanti hal licik yang akan dilakukan Suga. Pria licik yang ada dipikiran Sayaka saat ini, sedang menghitung waktu, dia masih menunggu saat yang tepat untuk memulai aksi dramanya.

Sudah berjalan sepuluh menit. Warga yang menyaksikan termasuk pak Sajad dan bu Sajad mulai gelisah. Ada yang berdoa agar tuduhan itu terbukti benar dan ada sedikit orang yang berharap tuduhan itu tidak benar. Seruni mulai menangkap gelagat aneh dari Suga, dia pun menoleh pada laki-laki itu. Melihat dari atas ke bawah, wajahnya masih bersemu merah, pertanda darah masih mengalir bagus di sana. Detak nadi biarpun lebih cepat, juga masih bisa dikatakan normal. Sedikit menerka arah pikiran Suga, Seruni membuka jalan dengan meregangkan genggaman tangannya. Dan benar saja, seketika tubuh Suga limbung, terhuyung menimpa tubuh Seruni.

''Astaga, orang apa ini. Pura-pura pingsan pun, masih bisa memilih sandarannya,'' batin Seruni.

Melihat Suga pingsan, kehebohan warga pun terjadi. Mereka yang tidak bisa membedakan pingsan sungguhan atau bohongan, langsung menarik kesimpulan bahwa tuduhan mereka benar adanya.

"Benar, kan. Tangan Dokter ini memang kutukan," teriak seorang warga.

"Mengerikan sekali kalau ada orang seperti ini di desa kita," timpal yang lain.

"Dokter pembawa kutukan, pergi dari sini!" Seorang warga mencoba memprovokasi.

"Benar usir saja" sahut yang lain.

"Usir ... usir ... usir ...." Warga mulai bersahut-sahutan meneriakannya.

Suga nampak tersenyum tipis, tidak disadari orang lain. Tapi Seruni melihatnya dengan jelas.

Seruni mengirimkan isyarat pada Sayaka untuk mendekat. Lalu dia membisikkan sesuatu pada laki-laki itu. Meskipun sedikit heran, Sayaka tetap menuruti kemauan Seruni. Kemudian perempuan tersebut berbicara pada Kepala Adat, tidak berbisik tapi mengucapkan dengan suara lebih pelan, bahkan Pak Sajad dan bu Sajad yang tidak jauh dari mereka pun tidak mendengar apa yang dibicarakan Seruni.

"Semua harap diam! Jangan bersuara!" perintah Kepala Adat dengan tegas.

"Silahkan!" Kali ini Kepala Adat berbicara dengan Seruni.

Untung saja Sayaka tidak terlalu lama. Rupanya, yang diminta Seruni pun berhasil diberikan.

"Baik, sekarang mari kita membuktikan apakah Bang Suga pingsan sungguhan atau tidak. Orang pingsan Sungguhan tidak bisa langsung berdiri, bereaksi apalagi mengumpat. Butuh waktu untuk bergerak normal dengan spontan." Seruni mencoba menjelaskan.

"Bang Sayaka, bisa saya meminta tolong lagi," pinta Seruni.

"Silahkan, Ndhuk." Jawaban Sayaka, membuat pak Sajad dan bu Sajad saling melempar pandang. Keduanya sama-sama tahu arti kata Ndhuk meski bukan berasal dari Jawa.

"Tolong abang remass-remass daun kelor yang abang bawa barusan, lalu balurkan ke seluruh muka bang Suga. Setelah itu berikan hidungnya balsem tahi ayam alami yang diambil langsung dari kandangnya ," perintah Seruni dengan sopan.

Sayaka langsung mereemas-reemas daun kelor dan membalurkan kewajah Suga, Lalu dia langsung mengolesi bagian bawah lubang hidung Suga dengan kotoran ayam yang berwarna coklat kekuningan dan bau menyengat. Bersamaan dengan itu, Seruni menusukkan duri daun jeruk tepat di jempol kaki laki-laki itu.

"Sialan... bau apa ini, kalian apakan aku? Bukan begini perjanjiannya? Berani sekali kamu memoleskan tahi ayam ke hidungku!" Suga langsung beranjak berdiri dan mengumpat.

Warga yang menyaksikan reaksi Suga, akhirnya mengakui jika Seruni tidak bersalah dan apa yang dituduhkan terbukti tidak benar. Pak Sajad dan istrinya menarik napas lega. Akhirnya kebenaran menemukan jalannya sendiri dengan mudah.

Kepala Adat pun tidak ingin berlama-lama membuang waktu karena kegaduhan yang tidak perlu ini. Beliau menutup dengan ucapan maaf sekaligus terimakasih pada Seruni. Semua kembali ke rumah dengan membawa pemikiran masing-masing. Ada yang langsung percaya pada Seruni, ada yang masih meragukan dan ada yang semakin membenci Seruni. Siapa lagi, kalau bukan Suga.

.

.

Sampai di rumah Pak Camat, semua dikejutkan dengan sosok Shakala yang datang membawa sepeda motor baru di atas double cabinnya dan tidak lupa juga membawa serta barang-barang pesanan Seruni. Pak Sajad dan bu Sajad pun kompak menyambut Shaka dengan ramah seperti biasa.

"Bang, kenapa tidak memberi kabar dulu kalau datang. Aku kira masih besok." Seruni mendadak agak canggung pada Shaka.

"Barangnya sudah ada semua, maunya nunggu besok, Tapi aku sudah tidak sabar mau ketemu sama kamu." Jawaban Shaka sukses membuat Pak Sajad dan istrinya senyum-senyum.

Sedangkan Sayaka malah buru-buru berbalik badan sebelum menyapa Shaka. Dia berniat ingin masuk ke dalam rumah terlebih dahulu. Pak Sajad dan bu Sajad menyusul kemudian. Keduanya paham dan memberi waktu pada Shaka untuk berdua bersama Seruni.

"Ser ... boleh bilang kangen nggak, sih?" Shaka bertanya dengan tatapan yang membuat Seruni seketika menundukkan pandangannya.

Terpopuler

Comments

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

Bang Shakala jujur sekali, langsung to the point ya.

2023-01-02

1

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

Hanya ada didunia pernovelan atau perfilman, tangan sakti yang bisa bikin orang yang dipegang langsung mati 😂

2023-01-02

1

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

masih berani memprovokasi Seruni, jelas-jelas dia yang salah.

2023-01-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!